Untuk Persatuan yang Lebih Luas dari Semua Kekuatan Nasional di Indonesia

Pidato atas nama Politbiro dalam Sidang Pleno II
Central Comite Partai Komunis Indonesia, pada tanggal 8-9-10 November 1954

D.N. Aidit (1954)


Penerbit: Departemen Agitprop, CC PKI, JAKARTA - 1954. Scan PDF Booklet.


 

DARI PENERBIT

Salah satu keputusan terpenting dari sidang pleno II Central Comite Partai Komunis Indonesia bulan November lalu ialah disahkannya laporan kawan D.N. Aidit yang disampaikannya atas nama Politbiro Central Comite.

Betapa besar arti laporan ini dan apa nilai khususnya untuk keadaan dewasa ini sudah tersimpul di dalam kepalanya: UNTUK PERSATUAN YANG LEBIH LUAS DARI SEMUA KEKUATAN NASIONAL DI INDONESIA.

Penerbit yakin bahwa penerbitan tersendiri laporan ini akan mendapat sambutan yang praktis, artinya dijadikan pedoman praktis untuk usaha lebih memperluas lagi persatuan nasional.

Departemen Agitprop
Centra Comite Partai Komunis Indonesia
Jakarta, Desember 1954


------

Kawan-kawan, sejak sidang Central Comite Partai kita yang pertama, yang diadakan segera sesudah Kongres Nasional V, sampai kepada sidang CC yang kedua ini, telah banyak kita mengalami perkembangan-perkembangan kejadian yang mengenai situasi internasional dan dalam negeri, maupun yang mengenai Partai sendiri.

Partai kita di bawah pimpinan Politbiro sudah berusaha untuk mendorong lebih maju tiap-tiap perkembangan. Kita berusaha untuk tidak membuntut di belakang kejadian, tetapi supaya berada di tengah-tengah kejadian dan memimpin perkembangannya. Dengan ini bukan maksud saya bahwa partai kita sudah mencatat hasil-hasil yang maksimum dalam pekerjaannya. Tidak, dalam mendorong perkembangan-perkembangan kejadian, kita merasa bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus kita atasi dan kita perbaiki agar pekerjaan selanjutnya dapat berhasil lebih baik.

Suatu hal yang nayat ialah, bahwa Partai kita sudah menjadi kekuatan Nasional yang penting dan besar, yang tidak mungkin diabaikan oleh lawan maupun kawan. Peranan yang dipegang oleh Partai dalam keadaan sekarang sudah begitu pentingnya sehingga kaum imperialis dan tuan tanah-tuan tanah serta kaki tangannya menjadi tidak enak tidur dan sering menggigau. Mereka menjadi marah dan mencaci-maki serta memfitnah Partai kita, tempo-tempo mengancam akan mematahkan batang leher kita semua. Tetapi Partai Komunis mana yang tidak saban hari mendapat marah dan dicaci maki serta difitnah oleh musuh-musuh Rakyat? Di pihak lain, peranan Partai kita juga sudah tidak bisa diabaikan oleh putera Indonesia yang berkemauan baik, yang ingin hidup damai dan berkemajuan, tidak peduli apa politik, agaka dan kedudukan sosialnya. Partai kita yang makin luas dan makin berakar di tengah-tengah rakyat Indonesia, merupakan kekuatan yang besar dalam mempersatukan Rakyat, persatuan yang sangat penting untuk melawan tiap-tiap rencana jahat yang akan membakar dunia dalam perang dunia baru, untuk melawan kekuasaan imperialis asing dan kaum penindas di dalam negeri. Partai kita adalah kekautan yang besar untuk membikin Rakyat Indonesia berkuasa di negerinya sendiri, berkuasa atas kekayaan alam negerinya, atas hasil keringatnya dan atas peninggalan kebudayaan nenek moyangnya.

Sidang Central Comite Partai yang kedua ini diadakan dalam keadaan di mana kejadian di luar dan di dalam negeri berlangsung sangat cepat, dan dalam keadaan di mana banyak hal tergantung pada politik Partai kita dan pada kemampuan organisasi-organisasi dan anggota-anggota Partai mewujudkan politik ini. Kenyataan ini meletakkan tanggung jawab dan kewajiban yang berat di atas pundak Partai kita, di atas pundak tiap-tiap kader dan anggota Partai. Tiap-tiap kejadian menghendaki analisa yang dalam agar mendapat pemecahan yang tepat. Semuanya ini akan dapat kita lakukan, asal kita tetap setia berpedoman kepada Marxisme-Leninisme, asal kita dengan curahan sepenuh hati dan jiwa menghadapi tiap-tiap kejadian, asal kita senantiasa tidak lupa bahwa Partai kita adalah elemen yang obyektif daripada situasi negeri kita dan hasil daripada perjuangan kelas di dalam dan luar negeri

***

Kawan-kawan, situasi internasional di mana kita sekarang hidup berkembang dengan penuh pertentangan-pertentangan. Di satu pihak kita melihat adanya perlombaan persenjataan secara besar-besaran, adanya usaha-usaha membikin senjata-senjata yang lebih perfek, adanya “politik kekerasan” dari suatu negeri yang memaksa negeri-negeri lain menerima perjanjian-perjanjian militer dan yang dengan berbagai alasan yang dicari-cari merintangi hubungan diplomatik dan perdagangan yang normal. Ini ialah pihak-pihak negeri blok Atlantik Utara yang dipelopori oleh Amerika Serikat dan Inggris. Dipihak lain kita melihat adanya politik yang ditujukan untuk memperkuat perdamaian dan kerjasama internasional, politik mengurangi persenjataan secara besar-besaran dan melarang produksi serta pemakaian senjata-senjata penghancur massal seperti bom atom dan bom zat-air, dengan mengadakan kontrol internasional yang keras atas pelarangan tersebut. Politik ini berpangkal pada dalil yang pokok bahwa tidak ada persengketaan dalam hubungan internasional yang tidak bisa diselesaikan dengan jalan damai. Politik ini, yang sudah bertahun-tahun dibela dengan teguh oleh Uni Soviet dan sesudah perang dunia yang lalu juga dengan teguh dibela oleh negeri-negeri Demokrasi Rakyat, adalah sesuai dengan kepentingan-kepentingan kerjasama secara persahabatan di antara bangsa-bangsa dan membantu mempersatukan kekuatan-kekuatan yang cinta damai dari bangsa-bangsa di seluruh dunia.

Untuk dapat memahamkan perkembangan-perkembangan yang penuh pertentangan seperti yang kita alami sekarang, kita harus mengetahui lebih dalam apa sesungguhnya yang menjadi sebab-sebab dan dasar-dasar yang memungkinkan terjadinya kejadian-kejadian dengan segala akibat-akibatnya yang sangat luas itu. Dengan demikian kita akan dapat melihat gerak dan pertumbuhan kekuatan-kekutan sosial, sehingga di samping mengerti kejadian-kejadian sekarang, kita juga akan mempunyai gambaran tentang arah perkembangan yang sedang dituju oleh sejarah umat manusia dalam masa dekat yang akan datang.

Politik Amerika Serikat yang sekarang mengancam kehidupan internasional antara nasion-nasion dan mengacam umat manusia, adalah ditentukan oleh ekonomi AS yang didasarkan atas industri perang, yang lebih mengutamakan produksi senjata dan alat-alat perlengkapan militer untuk perang daripada produksi-produksi keperluan hidup Rakyat. Kenyataan ini dibuktikan oleh angka-angka dari sumber AS sendiri yang dimuat dalam majalah Ekonomic Indicator”1 bulan Oktober 1954, tentang pembelian barang-barang dan jasa-jasa oleh pemerintah AS: Tahun 1939 (sebelum perang) dari total pembelian 5,2 miliar dolar, untuk keperluan Angkatan perang 1,3 miliar dolar; tahun 1944 (dalam perang) dari total pembelian 89,0 miliar dolar, untuk keperluan AP 88,6 miliar; tahun 1953 (lama sesudah perang) dari total pembelian 60.1 miliar untuk keperluan AP 52.0 miliar. Dari beberapa angka-angka ini menjadi jelas, bahwa sekalipun sudah lama perang berhenti sebagian besar (lebih dari 86%) daripada pembelian pemerintah AS adalah untuk keperluan AP.

Ekonomi perang AS yang lahir di dalam perang dunia yang lalu bukan hanya tidak dirombak menjadi ekonomi damai, tapi malahan diperluas, seperti balon karet yang terus ditiup dan terus menggelembung menjadi besar sampai datang saatnya untuk tidak kuat lagi menahan tekanan dari dalam dan akhirnya meletus dan hancur. Ekonomi perang ini membawa keuntungan yang luar biasa kepada kaum kapitalis monopoli di AS. Ini dibuktikan oleh angka-angka yang dimuat dalam sumber tersebut di atas tentang keuntungan bersih kaum monopolis AS: tahun 1939 (sebelum perang) 5,0 miliar dolar; tahun 1944 (dalam perang) 10,4 miliar; tahun 1953 (lama sesudah perang) 18.3 miliar dolar. Dalam tahun 1949 ekonomi AS mengalami resesi (kemunduran) dan ini mengurangi keuntungan kaum monopolis dengan lebih dari 4.500 juta dolar. Tetapi kekurangan keuntungan ini dapat dikejar dengan mengadakan pembunuhan-pembunuhan terhadap Rakyat Korea yang dalam setengah tahun saja sudah dinaikkan keuntungan raksasa ini dengan lebih dari 6.300 juta dolar (angka keuntungan bersih tahun 1948 berjumlah 23,3 miliar dolar, tahun 1949 berjumlah 15,8 miliar dolar dan tahun 1950 berjumlah 22,1 miliar dolar).

Selanjutnya mari kita lihat angka-angka yang menggambarkan banyaknya pengeluaran untuk AP jika dibandingkan dengan seluruh pengeluaran dalam anggaran belanja pemerintah AS, sekaligus dibandingkan dengan banyaknya dan terus meningkatnya utang negara (dalam miliar dolar):



Jumlah Pengeluaran

Pengeluaran untuk

Angkatan Perang

Utang Negara
Tahun Fiskal 1951 44,1 22,3 255,3
Tahun Fiskal 1952 65,4 43,8 259,2
Tahun Fiskal 1953 73,9 50,3 266,1


Dari angka-angka ini juga menjadi terang bahwa pengeluaran AS untuk AP dalam tahun 1953 lebih dari 68% dari semua pengeluaran. (Bandingkan: angka Uni Soviet dalam tahun yang sama hanya 20,8%, RRC 22,38%, Rumania 18%).

Dengan melalui wakil-wakilnya yang menguasai pemerintahan dan Kongres AS, kaum monopolis memaksakan adanya pesanan-pesananan perang, baik untuk keperluan Angkatan Perang AS sendiri maupun untuk mempersenjatai boneka-boneka di negeri-negeri lain melalui apa yang dinamakan “bantuan militer”. “Bantuan militer” ini merupakan bagian yang penting dari segala macam bentuk “bantuan” yang diberikan AS kepada negara-negara lain dengan maksud untuk mempengaruhi dan mengikat dan lambat-lambat menguasai dan menjajah sepenuhnya negara-negara itu, yang berarti pendudukan negara itu oleh Angkatan Perang AS. Angka-angka ini dari tahun ketahun memperlihat adanya pergeseran politik “bantuan” AS dan “bantuan ekonomi” ke “bantuan militer”. Angka-angka yang dikumpulkan oleh “Federal Reserve Bank of New York” menunjukkan bahwa “bantuan ekonomi” untuk Erpia antara tahun-tahun 1946-1948 rata-rata setahun 1, 252 juta dolar atau 11% dari “bantuan ekonomi”.

Nafsu perang kaum monopolis AS akan lebih nampak lagi kalah ditambahkan fakta (kenyataan) bahwa di AS masih tertimbun sejumlah senjata dan amunisi, termasuk bom atom, seharga tidak kurang dari 100.000 juta dolar, sedangkan industri perangnya terus bekerja membikin lebih banyak lagi senjata dan amunisi. Untuk semuanya ini tentu harus dicarikan konsumennya.

“Bantuan dolar” seperti yang dilakukan oleh AS sama sekali tidak membantu pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional di negeri lain, tetapi justru sebaliknya, “bantuan dolar” hanya menimbulkan kekacauan-kekacauan dan krisis ekonomi di negeri-negeri yang di-”bantu”. Contohnya yang lain terang tentang ini adalah kebobrokan ekonomi dan lenyapnya demokrasi di negeri-negeri seperti Iran, Pakistan, Muangthai, Filipina dan Korea Selatan, yaitu negeri-negeri yang hidupnya menggantungkan diri pada “bantuan dolar”. Menurut harian “Merdeka” 23 Januari 1954, “bantuan militer” AS kepada “negara Islam” Pakistan akan berupa: 3000 pesawat udara, 250 juta dolar untuk membeli alat-alat militer, 21 buah kapal perang. Angkatan Darat Pakistan yang sekarang 50.000 orang akan dibesarkan menjadi 400.000, artinya dibesarkan 8 kali. Ongkos semuanya ini sudah tentu dibebankan kepada kaum buruh dan kaum tani Pakistan yang sangat menderita itu. Kita semuanya mengetahui bahwa di Pakistan ini juga, yaitu Pakistan Timur kemenangan Rakyat yang dicapai secara demokratis melalui pemilihan umum ditindas dengan kejam dan kurang ajar. You Chan, duta besar Singman Rhee di AS mengakui bahwa “di Korea Selatan sudah semenjak jaman ECA terdapat regu-regu peninjau yang lari kian kemari berkejar-kejaran, tapi satu pabrikpun belum ada yang berdiri.” Sebaliknya dikatakan oleh You bahwa “Di Korea Utara proyek-proyek pembangunan perindustrian itu dijalankan dengan sangat cepat.” Kenyatan ini hendaknya menjadi pelajaran bagi Rakyat dan pemimpin-pemimpin Indonesia, karena juga di Indonesia masih ada orang-orang yang mengharapkan “bantuan dolar”, juga di Indonesia banyak “ahli-ahli” dan “penasihat-penasihat” Belanda dan Amerika yang berkeliaran, juga di Indonesia ada “mahasiswa-mahasiswa AS yang mempelajari sejarah”, ada “ahli-ahli tumbuh-tumbuhan asing yang mengadakan penyelidikan-penyelidikan di Sulawesi dan Maluku”, ada “atase-atase militer” asing yang suka pergi “berburu babi” dengan “ditemani” oleh pembesar-pembesar tinggi Indonesia. Tetapi mana pabrik yang sudah didirikan sebagai imbangan daripada kegiatan-kegiatan luar biasa dari para “hali”, “penasihat”, dan kaum peninjau asing ini? Sampai sekarang yang didapat oleh Indonesia dari “bantuan” Amerika bukan pabrik, tetapi barang rongsokan yang memang sudah tidak ada pasarannya lagi di Amerika atau di negeri-negeri lain yang sudah maju.

“Bantuan dolar” tidak membantu pembangunan ekonomi nasional, tetapi yang kongkrit ialah bahwa dengan “bantuan dolar” sudah ada satu setengah juta serdadu AS yang menduduki 63 negara (termasuk lebih dari 50.000 serdadu AS yang menguasai pangkalan udara dan militer di Inggris), sudah ada sepertiga dari angkatan udara AS menduduki 49 negeri di luar wilayah AS, dan sudah ada 82 pangkalan militer AS di wilayah negeri orang lain. Dan tidak boleh kita lupakan adanya rencana AS untuk menduduki 90 tempat strategis di Indonesia (harian “Merdeka” 9 Juli 1954).

Ekonomi perang dan politik agresif AS memang telah membikin sejumlah kecil orang-orang Amerika menjadi miliuner dan miliarder, tetapi ia sama sekali tidak membawa kebahagiaan kepada Rakyat Amerika sendiri. Ini dibuktikan oleh angka-angka pengangguran: bulan Januari 1954 yang 100$ menganggur di Amerika Serikat berjumlah 3.250.000, yang setengah menganggur 8.300.000, total yang menganggur dan setengah menganggur 11.550.000.

Kawan-kawan, dengan menunjukkan fakta-fakta di atas, jelaslah bagi kita bahwa politik perang AS adalah bersumber pada ekonomi perangnya, menjadi jelas bagi kita bahwa menyatukan diri dengan AS berarti turut menerima kebangkrutan ekonomi dan politik perangnya.

Berbeda dengan ekonomi dan politik perang Amerika, pekerjaan damai dan kreatif untuk kebahagiaan Rakyat banyak adalah hukum pokok daripada masyarakat Sosialis dan Demokrasi Rakyat. Di Hongaria negeri yang berpenduduk tidak lebih dari 10 juta, hasil industrinya antara tahun 1951-1953 naik dengan 73% sehingga dalam tahun 1953 hasil industrinya sudah menjadi 22,5% lebih tinggi dari seluruh indsutrinya dalam tahun 1938. Akibatnya dirasakan langsung oleh Rakyat Hongaria dengan sudah 3 kali mengalami penurunan barang-barang, sehingga upah riil kaum buruh menjadi 57% lebih tinggi dari masa sebelum perang. Penurunan harga barang dan kenaikan upah riil buruh adalah juga terjadi di negeri-negeri Dokratik Rakyat yang lain di Eropa Timur. Republik Demokrasi Rakyat Korea dengan bantuan yang banyak dan jujur dari Uni Soviet telah berhasil membangun pabrik-pabrik baja, besi, tekstil, sedangkan pabrik-pabrik mobil, kapal, listrik dan alat-alat pertanian sedang dibikin. Dalam keadaan yang sangat sukar, Republik Demokrasi Rakyat Korea selama tahun-tahun yang lalu telah dapat mengadakan penurunan harga barang-barang makanan dan manufaktur dengan 30 sampai 55% sehingga dengan demikian upah riil kaum buruh menjadi lebih dari dua kali lipat upah riil masa sebelum perang. Di Republik Rakyat Tiongkok/China kemajuan makin mengagumkan lagi. Tahun 1953, yaitu tahun pertama dari Rencana Lima Tahun yang pertama di RRC, telah mempertinggi seluruh hasil industri dan pertaniannya dengan 11,4% dibandingkan dengan tahun 1952. Ini mengakibatkan kenaikan kekuatan membeli seluruh masyarakat dengan 20%. Di Uni Soviet hasil industri dalam tahun 1953 adalah 12% lebih tinggi daripada tahun 1952 atau kira-kira dua setengah kali lebih besar daipada produksi tahun 1940. Sejak sesudah perang di Uni Soviet sudah 7 kali diadakan penurunan harga dan tiap-tiap penurunan harga berarti kenaikan upah riil daripada rakyat pekerja Soviet. Dengan dibukanya sentral listrik pertama yang dijalankan dengan tenaga atom pada tanggal 27 Juni 1954, maka penggunaan tenaga atom untuk kepentingan damai sudah menjadi kenyataan di Uni Soviet, dan dengan demikian terbukalah peluasan produksi industri yang tidak terbatas. Peluasan perdagangan luar negeri Uni Soviet sebesar 20.800 juta rubel dalam tahun 1952 menjadi 23.000 juta rubel dalam tahun 1953, suatu kenaikan 11%, menunjukkan bahwa hasil-hasil industri damai Uni Soviet juga menguntungkan dan dengan demikain adalah suatu yang masuk akal bahwa Uni Soviet sungguh-sungguh dan jujur menghendaki adanya perdagangan internasional yang normal, bebas dan luas.

Dengan demikian jelaslah bagi kita apa yang menjadi dasar daripada politik damai Uni Soviet, RRC dan negeri-negeri Demokrasi Rakyat lainnya. Tiap-tiap pikiran sehat tentu terbuka untuk menerima kebenaran dan hidup damai bagi Rakyat banyak tidak mungkin dikombinasi dengan peperangan. Politik damai di negeri Sosialis dan negeri-negeri Demokrasi Rakyat adalah bersumber pada ekonomi damai dan menyatukan diri dengan sistem ekonomi ini berarti ikut menciptakan perdamaian dan persaudaraan, berarti pembangunan ekonomi dan kebudayaan nasional.

Kawan-kawan, dengan mengetahui apa yang menjadi dasar daripada politik negeri-negeri blok Atlantik Utara yang dipelopori AS dan apa yang menjadi dasar politik negeri-negeri Sosialis Uni Soviet, RRC dan negeri-negeri Demokrasi Rakyat lainnya, menjadi jelas kenapa Partai kita senantiasa menganggap penting adanya konferens-konferensi internasional dan regional seperti Konferensi Berlin, Konferensi Jenewa, Konferensi Kolombo, kenapa Partai kita menganggap penting adanya pertemuan tokoh-tokoh berbagai negera seperti pertemuan Cou En-lai dengan Nehru dan Cou En-lai dengan U Nu yang telah melahirkan lima prinsip ko-eksistensi (hidup berdampingan) yang sangat terkenal itu, pertemuan Ali Sastroamdjojo dengan Nehru dan U Nu, pertemuan Nehru dengan Ho Ci Min, pertemuan Nehru dengan Mao Tse-tung dan Cou En-lai. Semuanya ini penting untuk meredakan ketegangan-ketegagan internasional supaya pertentangan-pertentangan yang ada tidak berakibat timbulnya perang dunia baru. Dalam hubungan dengan politik Internasional, Republik Indonesia telah membiki kemajuan-kemajuan penting, yang belum pernah dicapai sebelumnya. Pemerintah Indonesia bersama-sama dengan Rakyat Indonesia menyambut dengan gembira peletakan senjata di Korea dan hasil Konferensi Jenewa yang telah mendatangkan perdamaian di Indocina. Pemerintah Indonesia dengan Rakyat Indonesia berjuang untuk menghapuskan embergo dan memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia. Demikian juga Pemerintah Indonesia, bersama-sama dengan Rakyat Indonesia telah menolak pakta agresif SEATO. Kita menyambut politik luar negeri yang maju dari pemerintah ini sebagai kemenangan pikiran sehat yang penting di negeri kita.

Kemenangan pikiran sehat telah menyebabkan pakta agresif MPE (Masyarakat Pertahanan Eropa) yang maksudnya untuk melegalisasi persenjataan kembali Jerman, ditolak oleh Parlemen Perancis. Tetapi sebagaimana kita ketahui, AS tidak mengindahkan pikiran-pikiran sehat, ini kita lihat di Eropa dan Asia. Dengan tidak mengindahkan perasaan dan pikiran Rakyat Eropa, AS meneruskan pembentukan pakta-pakta agresifnya dengan mengadakan persetujuan-persetujuan agresif antara negara-negara Barat di London dan di Paris baru-baru ini, yang pada hakekatnya tidak lain daripada pelaksanaan MPE dengan nama lain. Dengan tidak mengindahkan perasaan dan pikiran Rakyat Asia, AS meneruskan pembentukan SEATO dalam konferensi Manila. Di samping itu, dengan tidak mengindahkan pikiran Rakyat Asia., AS dengan giat menghidupkan kembali militerisme di Jepang sebagai kekuatan yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan menguasai Asia. Kenyataan-kenyataan ini menunjukkan, bahwa pekerjaan untuk perdamaian di negeri kita harus lebih diperkuat lagi. Politik luar ngeri yang maju dari Pemerintah Indonesia sekarang harus mendapat sokongan dan dorongan yang lebih kuat lagi dari Rakyat Indonesia yang cinta damai.

Bagian yang diambil oleh Indonesia dalam Konferensi Kolombo mempunyai sifat menentukan dalam membikin Konferensi tersebut menjadi konferensi untuk memperkuat perdamaian di Asia. Konferensi ini adalah demonstrasi daripada kekuatan keinginan damai Rakyat Asia karena dalam konferensi ini telah dapat dikalahkan usaha-usaha Amerika Serikat lewat Kotelawala (Sailan) dan Mohamad Ali (Pakistan) yang mau membikin konferensi tersebut menjadi bagian dari rencana perang Amerika di Asia. Diserahkannya pelaksanaan konferensi Afro-Asia kepada Indonesia adalah bukti bertambah pentingnya kedudukan Indonesia dalam mempertahankan dan memperkuat perdamaian di Asia. Kita dapat menyetujui diadakannya Konferensi Afro-Asia asal dengan tujuan untuk meluaskan lima prinsip ko-eksistensi seperti yang sudah disetujui oleh tiga pemimpin pemerintah Asia, Cou En-lai, Nehru dan U Nu. Kedudukan Indonesia yang makin penting ini meletakkan tanggung jawab yang besar di atas pundak Rakyat dan Pemerintah Indonesia.

Pembubaran Uni Indonesia-Belanda sebagai hasil dari politik luar negeri pemerintah sekarang, adalah gejala yang positif yang disambut gembira oleh Partai kita dan seluruh Rakyat Indonesia yang berpikiran sehat. Ini adalah kemenangan politik, hasil daripada persatuan dan perjuangan Rakyat yang makin kokoh. Tetapi, sebagaimana sudah sering kita katakan, dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda saja, perjuangan Rakyat Indonesia melawan imperialisme Belanda sama sekali belum selesai. Perjuangan untuk menghapuskan kekuasaan Belanda di lapangan keuangan dan ekonomi, dan perjuangan untuk mengusir imperialisme Belanda di Irian Barat adalah berpuluh-puluh kali lebih berat dan lebih sengit daripada perjuangan untuk menghapuskan Uni Indonesia-Belanda. Untuk berhasilnya perjuangan-perjuangan ini dibutuhkan persatuan nasional yang berpuluh-puluh kali lebih luas dan lebih kuat daripada yang sudah kita punyai. Rakyat Indonesia harus lebih merapatkan barisannya, lebih mengokohkan persatuannya dengan tidak pandang wanita atau lelaki, dengan tidak pandang perbedaan politik, agama dan kedudukan sosial.

***

Salah satu keputusan Kongres Nasional V ialah Partai kita bersedia untuk meneruskan sokongannya kepada pemerintah Ali Sastroamidjojo dan memberikan kepadanya semua bantuan apabila ia bersedia melaksanakan suatu program yang menguntungkan kepentingan Nasional. Kongres berpendapat bahwa pemerintah Ali Sastroamidjojo mempunyai syarat-syarat untuk bertindak lebih maju daripada apa yang sudah ditindakkannya dan bahwa program yang diajukan oleh Partai kepada Pemerintah Ali Sastroamidjojo adalah sepenuhnya bisa dilaksanakan oleh Pemerintah sekarang, dan ini adalah syarat apabila pemerintah ini mau menempuh jalan kemerdekaan nasional, jalan demokrasi dan kemajuan bagi Indonesia.

Kongres Nasional V juga sudah menganalisa kemungkinan-kemungkinan perkembangan daripada keadaan Indonesia yang tidak stabil sekarang ini. Keadaan Indonesia yang tidak stabil bisa berkembang ke beberapa jurusan, ia bisa berkembang ke kiri atau ke kanan, ia bisa berkembang ke jurusan yang menguntungkan Rakyat dengan menempuh jalan nasional yang demokratis, tetapi juga bisa berkembang ke jurusan yang merugikan Rakyat dengan menempuh jalan yang anti-nasional dan anti-demokrasi. Adalah tergantung pada seluruh kekuatan demokratis, dan terutama tergantung pada seluruh kekuatan demokratis, dan terutama tergantung kepada Partai kita, perkembangan mana yang akan terjadi. Berhubungan dengan ini, sangatlah penting bagi Partai untuk pada waktu-waktu yang tertentu meninjau seluruh situasi politik negeri kita dan menarik kesimpulan-kesimpulan, agar dengan demikian senantiasa dapat menguasai keadaan dan selanjutnya memimpin keadaan itu ke perkembangan yang menguntungkan perjuangan kemerdekaan nasional dan demokrasi.

Keadaan sesudah Kongres Nasional V Partai menunjukkan, bahwa pada umumnya kebebasan demokratis lebih terjamin daripada ketika di bawah pemerintah-pemerintah reaksioner yang pernah ada sesudah persetujuan KMB. Saya katakan pada umumnya, karena tempo-tempo masih ada pejabat-pejabat di pusat dan di daerah-daerah yang belum bisa atau sengaja tidak mau menyesuaikan diri dengan politik umum pemerintah yang memberikan kesempatan bergerak kepada organisasi-organisasi Rakyat, kepada Partai Komunis dan partai-partai demokratis lainnya. Adanya kebebasan demokratis, walaupun di sana-sini masih ada pembatasan-pembatasan yang mencolok mata, telah memungkinkan perkembangan-perkembangan yang pesat daripada organisasi-organisasi massa yang demokratis dan telah menimbulkan kebangkitan massa yang besar. Di samping itu kerjasama antara partai-partai demokratis makin bertambah erat, dan purbasangka “anti-komunis” dari golongan tengah lambat-laun menjadi berkurang. Berkembangnya gerakan Rakyat dan makin eratnya kerjasama antara partai-partai demokratis merupakan kekuatan penting untuk menggagalkan tiap-tiap usaha kaum imperialis dan kaki-tangannya yang dengan sekuat tenaga mau memperkuat kembali kedudukan kolonialisme di Indonesia untuk menjatuhkan pemerintah Ali Sastroamidjojo. Berkat kekuatan Rakyat inilah percobaan-percobaan kaum reaksioner di luar dan didalam parlemen telah mengalami kekalahan-kekalahan penting yang membikin mereka kehilangan prestise. Juga percobaan Tadjudin Noor cs., dari partai PIR dalam bulan Oktober baru-baru ini untuk menggulingkan pemerintah Ali Sastroamidjojo dan membentuk pemerintah Masyumi-PSI yang mendapat dukungan penuh dari imperialisme Belanda, Amerika, Kua Min-tang dan kaki-tangannya, telah dapat digagalkan berkat kekuatan persatuan nasional yang demokratis. Adanya peristiwa Tadjudin Noor cs., sekali lagi membuktikan kepada Rakyat Indonesia betapa masih besarnya kekuasaan imperialis asing di negeri kita, dan ini adalah bukti betapa belum sempurnanya kemerdekaan negeri kita. Tetapi apa yang sampai sekarang sudah dilakukan oleh musuh-musuh Rakyat dan musuh-musuh Republik Indonesia untuk mematahkan kekutan demokratis dan menjatuhkan pemerintah Ali Sastroamidjojo belum sampai ke puncaknya, ia akan bertambah hebat lagi di hari-hari yang akan datang. Ini berhubungan dengan keadaan mereka yang makin terjepit dan mata gelap. Mereka akan lebih kurang ajar lagi dalam melakukan suapan-suapan, intimidasi-intimidasi, provokasi-provokasi sebagai persiapan mereka untuk mengadakan coup d’état. Kekuatan demokratis pasti akan dapat mengalahkan semuanya ini asal saja kekuatan demokratis lebih bersatu lagi. Untuk ini, faktor yang terpenting ialah kebebasan-kebebasan demokratis yang di dapat rakyat dengan perjuangan yang teguh dan yang dengan sadar diberikan oleh golongan-golongan yang sekarang duduk dalam pemerintahan. Rakyat Indonesia  harus mempertahankan dengan sengit kebebasan-kebebasan demokratis yang sudah didapatnya dan berjuang terus untuk mendapatkan kebebasan-kebebasan demokratis yang lebih banyak. Tiap-tiap pelanggaran terhadap kebebasan demokratis oleh pejabat-pejabat reaksioner harus mendapat perlawanan yang setimpal dan pemerintah harus senantiasa berpihak kepada Rakyat, jika pemerintah menanggap Rakyat sebagai sumber kekuatannya. Pendekanya, tidak boleh ada pelanggaran terhadap kebebasan-kebebasan demokratis yang didimakan.

Walaupun mendapat rintangan-rintangan yang tidak sedikit dari pejabat-pejabat dan partai-partai rekasioner, dan walaupun mengalami banyak kesulitan-kesulitan karena kurang pengalaman dan kurang pimpinan yang tepat dan militan, persiapan untuk pemeilihan umum yang pertama kali di negeri kita berjalan terus. Partai kita sudah dan sedang ambil bagian yang penting dalam membangunkan semangat Rakyat untuk dengan aktif dan sungguh-sungguh menghadapi pemilihan umum yang akan datang. Di mana Partai sudah ada dan berpengaruh, di situ pendaftaran pemilih berjalan dengan lancar, dan percobaan-percobaan membikin onar dan kecurangan dari pihak pemimpin-pemimpin partai-partai rekasioner segara ditelanjangi dan digagalkan. Bertambah kuatnya organisasi dan partai-partai demokratis telah melenyapkan keyakinan dan harapan kaum imperialis Belanda, Amerika dan Inggris serta kaki-tangannya akan kemenangan Masyumi-PSI dalam pemilihan umum yang akan datang. Oleh karena itu mereka dengan berbagai jalan dan terus-menerus berusaha untuk menggagalkan pemilihan umum, mereka mengadakan obstruksi-obstruksi di parlemen dan menyabot persiapan-persiapan yang sedang dilakukan. Juga percobaan-percobaan menggulingkan pemerintah dalam bulan Okteber baru-baru ini oleh klik Tadjudin Noor cs., dari partai PIR nyata sekali ada hubungannya dengan kekhawatiran mereka menghadapi pemilihan umum yang akan datang. Bagi Rakyat dan bagi pemerintah sekarang, tidak ada sikap yang lebih tepat daripada sikap yang tetap teguh meneruskan semua persiapan-persiapan pemilihan umum dan mematahkan tiap-tiap rintangan yang menjadi penghalang pelaksanaan pemilihan umum. Menyerah kepada mereka yang hendak menggagalkan pemilihan umum adalah sama dengan menyerahkan kepada musuh tanah air dan Rakyat Indonesia.

Tugas yang sangat berat bagi Rakyat dan pemerintah Indonesia ialah tugas memulihkan keamanan. Dibanding dengan ketika pemerintah-pemerintah reaksioner di waktu yang sudah-sudah, keadaan keamanan sekarang pada umumnya mendapat kemajuan-kemajuan, walaupun masih sangat banyak yang harus dikerjakan untuk memulihkannya sama sekali. Kalau pemerintah-pemerintah reaksioner di waktu yang sudah-sudah menyokong gerombolan-gerombolan teror atau bersikap tidak tegas terhadap gerombolan teror, pemerintah sekarang mempunyai kesungguh-sungguhan untuk membasmi semua gerombolan teror. Berkat politik pemerintah yang tegas anti-gerombolan teror, berangsur-angsur hubungan antara anggota-anggota Angkatan Perang dengan Rakyat menjadi bertambah baik, dan di banyak tempat yang kacau anggota-anggota Angkatan Perang bersama-sama dengan Rakyat berjuang dengan tegu menghancurkan gerombolan-gerombolan DI, TII, PUSA, Gerakan Merbabu-Merapi, dan gerombolan-gerombolan lainnya. Karena di waktu-waktu yang lalu banyak kesempatan yang sudah didapat oleh kaum imperialis Belanda, Inggris dan Amerika dan oleh Masyumi-PSI untuk menginfiltrasi Angkatan Perang dan meluaskan gerombolan-gerombolan teror, maka pekerjaan pemulihan keamanan ini hanya bisa berhasil dengan sempurna dan dalam waktu yang tidak terlalu lama jika pemerintah tidak ragu-ragu dan berani mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan terhadap aparat-aparatnya sendiri. Infiltrasi dari kaum imperialis dan partai-partai pendukungnya telah membikin sangat sulit usaha mengembalikan AP menjadi aparat yang benar-benar patriotik dan sungguh-sungguh mau berjuang bersama-sama dengan Rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Malahan ada klik-klik dalam AP yang sengaja membiarkan gerombolan merajalela untuk mengimbangi kemajuan gerakan rakyat yang demokratis, yang oleh mereka dikatakan “untuk mengimbangi kemajuan gerakan Komunis.” Tetapi walaupun demikian, Angkatan Perang Republik Indonesia yang lahir sebagai anak revolusi Rakyat tahun 1945-1948 mempunyai syarat-syarat untuk tidak mudah diadu dengan Rakyat dan dengan gerakan demokratis. Sampai sekarang pengalaman membuktikan, bahwa pemulihan kemanan sangat bergantung pada kebangkitan Rakyat di tempat-tempat yang kacau dan sangat bergantung pada bantuan yang ikhlas dari Rakyat kepada tentara dan pejabat-pejabat setempat. Dalam hubungan dengan pemulihan keamanan adalah penting artinya tindakan-tindakan pemerintah yang sudah mulai berani menggulung komplotan-komplotan Belanda dan Kuo Mint-tang. Sikap yang teguh dan tindakan yang tegas terhadap komplotan-komplotan ini tidak kalah pentingnya dengan operasi-operasi militer terhadap gerombolan-gerombolan teror yang ada di hutan-hutan dan gunung-gunung, karena komplotan-komplotan ini adalah bagian yang penting dalam rangka aktivitas kaum pengacau di negeri kita. Tiap-tiap sukses dalam usaha pemulihan keamanan adalah pukulan terhadap kaum imperialis asing dan kaki tangannya yang terus-menerus mengusahakan adanya kekacauan-kekacauan untuk menggagalkan pemilihan umum dan merobohkan Republik Indonesia.

Di lapangan ekonomi kita melihat adanya tindakan-tindakan pemerintah seperti menyediakan 80% dari seluruh devisen buat pedagang-pedagang warga negara Indonesia (tadinya sebagai besar devisen dibagikan kepada pedagang-pedagang besar asing, terutma Belanda), adanya anjuran dari pihak pemerintah agar distribusi barang-barang produksi pabrik-pabrik asing diserahkan kepada pedagang-pedagang Indonesia dan adanya kontrol terhadap impor barang-barang tekstil. Tindakan-tindakan ini relativ adalah tindakan-tindakan yang maju, tetapi di samping itu ia merupakan tindakan-tindakan yang setengah-setengah dan tidak disertai dengan persiapan-persiapan politik dan organisasi yang  pantas sehingga menimbulkan keruwetan-keruwetan yang dapat digunakan sebagai bahan untuk menghasut dan memfitnah oleh pemimpin-pemimpin dan koran-koran Masyumi-PSI. Ini adalah satu pengalaman, bahwa tiap-tiap tindakan maju, bagaimana pun kecilnya, haruslah disertai dengan persiapan-persiapan yang pantas. Di samping itu tiap-tiap tindakan harus dapat dirasakan gunanya oleh Rakyat banyak agar dengan demikian mendapat dukungan dari Rakyat dan organisasi-organisasi Rakyat yang demokratis. Hanya dengan begini fitnah-fitnahan dan sabotase-sabotase dapat diperkecil sampai batas minimum dan akhirnya dikalahkan sama sekali. Tindakan maju walau bagaimanapun kecilnya, tidak bisa dipisahkan dari tindakan-tindakan membersihkan aparat-aparat negara dari pengkhianat-pengkhianat bangsa, dari orang-orang yang reaksioner, yang korup dan birokratis serta mengganti mereka dengan dengan orang-orang yang bersedia mengabdikan dirinya kepada kepentingan Rakyat. Tindakan lain di lapangan ekonomi yang lebih positif dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh ialah penolakan terhadap pengembalian tambang minyak Sumatera Utara kepada maskapai minyak BPM dan tindakan mengadakan hubungan dagang yang normal dengan negeri-negeri Demokrasi Rakyat. Penguasaan tambang minyak Sumatera Utara oleh pemerintah adalah sangat penting karena ini suatu tindakan yang langsung memberikan pukulan kepada imperialis asing dan akan merupakan sumber penghasilan yang besar kepada Republik Indonesia.Oleh karena itu pemerintah harus melepaskan sama sekali sikap yang ragu-ragu terhadap penguasaan tambang minyak Sumatera Utara. Hubungan datang yang normal, yang masih sangat perlu lebih diperluas, adalah merupakan satu-satunya jalan buat melepaskan Indonesia dari segala macam “bantuan” yang mengikat, dari utang-utang yang berat dan dari keadaan “kekurangan dolar” atau “kekurangan pounsterling”. Hubungan dagang yang normal dengan negeri Sosialis dan negeri-negeri Demokrasi Rakyat yang dilakukan secara besar-besaran dan secara konsekuen, akan meluaskan impor dan ekspor serta memungkinkan perkembangan industri negeri kita; dengan demikian dapat mendorong kemajuan ekonomi Indonesia. Ini mungkin karena negeri Sosialis dan negeri-negeri Demokrasi Rakyat adalah negeri-negeri yang industrinya sudah maju dan tidak mempunyai tujuan-tujuan imperialis terhadap Indonesia dan terhadap negeri manapun. Pendeknya, pemerintah Indonesia harus melepaskan sikap ragu-ragunya dalam mengadakan hubungan dagang normal. Dengan demikian jelaslah, bahwa mengenai tindakan-tindakan pemerintah di lapangan ekonomi dapat dicatat kemajuan-kemajuan, tetapi kemajuan-kemajuan itu tidak seimbang dengan apa yang sering dikatakan oleh orang-orang pemerintah untuk “mengganti susunan ekonomi kolonial dengan susunan ekonomi nasional.” Pembicaraan tentang penggantian susunan ekonomi kolonial dengan susunan ekonomi nasional hanya akan merupakan demagogi belaka jika tidak disertai dengan tindakan-tindakan menghapuskan sistem tuan tanah dan kapitalis monopoli yang sekarang menguasai semua sektor ekonomi yang terpenting di negeri kita dan yang masih leluasa mentransfer (memindahkan) keuntungannya ke luar negeri. Dalam keadan sekarang, bertindak tegas mengurangi hak-hak tuan tanah-tuan tanah dan lintah darat serta monopolis-monopolis asing, dan mengadakan hubungan dagang normal yang luas dan konsekuen dengan negeri-negeri Sosialis dan negeri-negeri Demokrasi Rakyat adalah satu-satunya jalan yang dapat ditempuh untuk mengurangi kesulitan-kesulitan ekonomi yang sekarang akibatnya sangat berat diderita oleh massa Rakyat yang luas.

Mengenai perbaikan-perbaikan nasib bagi kaum buruh praktis tidak ada tindakan-tindakan berarti. Walaupun pihak Kementerian Perburuhan dan adakalanya suka menunjukkan kemauan baiknya dalam menghadapi tuntutan-tuntutan kaum buruh, sehingga sering pemogokan tidak diperlukan karena dalam perundingan pihak pemerintah memperhatikan tuntutan-tuntutan kaum buruh, tetapi sampai sekarang Undang Undang Darurat Tedjakusuma yang celaka itu masih terus berlaku. Konsep pengganti Undang-undang Darurat ini sudah pernah diajukan ke parlemen, tetapi pemerintah terpaksa menarik kembali, karena ditolak oleh pemimpin-pemimpin buruh di parlemen berhubung tidak banyak bedanya dengan UU Darurat Tedjakusuma. Undang-undang Darurat Tedjakusuma sampai sekarang masih tetap merupakan pentungan untuk menggagalkan aksi-aksi kaum buruh dan untuk memasukkan pemimpin-pemimpin kaum buruh ke dalam penjara. Oleh karena itu adalah kewajiban gerakan demokratis, terutama kewajiban serikat buruh-serikat buruh dan Partai kita, untuk terus berjuang guna membatalkan Undang-undang Darurat tersebut.

Dalam bulan Juni yang lalu, pemerintah telah mengeluarkan “Undang-udang Darurat tentang Penyelesaian Soal Pemakaian Tanah Perkebunan oleh Rakyat.” Undang-undang darurat ini memang pada umumnya menguntungkan kaum tani yang sudah menduduki tanah onderneming-onderneming asing, tetapi kaum tani yang mendapat tanah dengan Undang-undang ini jumlahnya tidak banyak. Berpuluh-puluh juta kaum tani masih hidup dalam keadaan lapar-tanah, hidup ditindas oleh kaum tuan tanah dan lintah darat. Pengusiran dan penangkapan terhadap kaum tani di beberapa tempat masih terjadi. Kenyataan-kenyataan ini meletakkan kewajiban-kewajiban yang berat pada pundak Partai kita untuk lebih giat mengorganisasi massa kaum tani dan membantu mereka dalam perjuangan melawan penindasan kaum tuan tanah dan lintah darat. Sebagaimana juga pekerjaan di kalangan kaum buruh, pekerjaan di kalangan kaum tani adalah bentuk kegiatan yang terpenting dan pokok dari pada Partai. Pekerjaan inilah yang terutama akan menjadi jaminan tercapainya sukses-sukses yang lebih besar bagi Partai kita dan seluruh kekuatan nasional yang demokratis.

Kesimpulan dari semuanya ialah, bahwa dalam lebih kurang setangah tahun belakangan ini kita dapat mencatat kemajuan-kemajuan sebagai hasil perjuangan Rakyat yang dimungkinkan oleh keadaan politik di negeri kita. Ini nampak pada politik luar negeri yang dijalankan oleh pemerintah Indonesia, politik yang menghendaki perdamaian dan kerjasama internasional yang saling menguntungkan berdasarkan lima prinsip ko-eksistensi yang sudah disetujui oleh Tjou En-lai dengan Nehru dan Tjou En-lai dengan U Nu. Kemajuan-kemajuan juga nampak oleh kenyataan-kenyataan dalam negeri dengan makin berkembangnya gerakan rakyat yang demokratis dan dengan adanya tindakan-tindakan yang maju dari pemerintah di berbagai lapisan. Tetapi, mengenai keadaan dalam negeri, adalah juga kenyataan, bahwa masih banyak pejabat-pejabat pemerintah di pusat maupun di daerah-daerah yang bersikap memusuhi gerakan demokratis. Di samping itu tindakan-tindakan pemerintah di berbagai lapangan belum dapat dikatakan tindakan yang penting untuk perbaikan nasib massa Rakyat yang luas.

Adalah kewajiban Partai yang penting dan berat untuk mengembangkan kemenangan-kemenangan politik luar dan dalam negeri yang sudah dicapai hingga sekarang, untuk lebih mengembangkan gerakan Rakyat dan lebih memperkuat Partai untuk membantu dan mendorong pemerintah Ali Sastroamidjojo agar mengambil tindakan-tindakan yang lebih menguntungkan kepentingan nasional.

Politik Partai untuk meneruskan sokongannya kepada pemerintah Ali Sastroamidjojo, seperti yang diputuskan oleh Kongres Nasional V, sampai sekarang masih tetap politik yang benar.

***

Kawan-kawan, bisa atau tidaknya politik perdamaian dan politik dalam negeri yang agak maju dikembangkan, adalah tergantung pada apa yang menjadi perasaan dan pikiran Rakyat dan sampai ke mana massa Rakyat yang luas memperjuangkan tuntutan-tuntutannya secara terorganisasi. Kita tidak boleh melupakan, bahwa di samping berjuta-juta orang yang sudah sadar akan perlunya membela perdamaian dan perlunya ada tindakan-tindakan yang maju di dalam negeri, masih berjuta-juta massa Rakyat, yang sudah dan belum terorganiasasi, yang terus menerus menjadi sasaran propagandis-propagandis dan pers yang mendukung politik kolonial Belanda dan politik perang Amerika Serikat. Oleh karena itu, adalah kawajiban kaum Komunis untuk mengajak massa Rakyat supaya menyatakan perasaan dan pikirannya, agar perasaan dan pikiran merekalah yang akhirnya mendapat kemenangan. Ini adalah syarat untuk menimbulkan gerakan yang kuat dan untuk lebih meluaskan persatuan dari semua kekuatan nasional guna perdamaian, perbaikan nasib dan kemerdekaan nasional yang penuh bagi negeri kita.

Adalah kewajiban semua orang yang memimpin gerakan Komunis untuk secara kongkrit mengetahui bagaimana massa rakyat yang luas terorganisasi, sebab-sebab apa yang menimbulkan organisasi-organisasi itu, bagaimana organisasi-organisasi itu disusun, apa yang menjadi tujuannya, aliran politik apa yang diikuti oleh pemimpin-pemimpinnya. Pengetahuan yang kongkrit tentang semua ini akan membantu kita dalam menemukan jalan untuk membikin kontak-kontak guna mengadakan kerjasama buat mencapai tujuan kita, yaitu mengkonsentrasi seluruh kekuatan nasional yang lebih luas daripada apa yang sudah kita capai sekarang.

Di Indonesia sekarang pada pokoknya ada dua kekuatan yang tujuannya bertentangan satu sama lain. Di satu pihak jalan kekuatan nasional yang demokratis yang mengendaki perdamaian, kemerdekaan nasional, hidup rukun dan beradab. Di pihak inilah partai kita berdiri dan merupakan elemen yang sangat penting. Di pihak lain ialah kekuatan anti-nasional dan anti-demokrasi, kekuatan yang membela kepentingan tuan tanah dan lintah darat dan yang menjadi bagian daripada politik penjajahan Belanda dan politik perang Amerika di negeri kita, yang menentang usaha-usaha melikuidasi sama sekali kolonialisme di Indonesia. Di pihak ini pemimpin-pemimpin partai-partai Masyumi-PSI memainkan rolnya yang penting.

Pada umumnya Rakyat kita dipengaruhi oleh tiga aliran politik, yaitu aliran Komunis, Nasionalis dan Islam. Inilah aliran-aliran yang meresap sampai ke kalangan Rakyat banyak. Aliran sosialis kanan, sekarang terkenal dengan nama alirasan “soska” (sosialis kanan), yang di Indonesia diwakili oleh PS, tidak mempunyai pengikut yang luas di kalangan Rakyat banyak. Tetapi dengan ini tidak berarti bahwa aliran “soska” tidak perlu mendapat perhatian.

Di samping aliran Komunis dengan tradisi revolusionernya yang gemilang dan heroik, aliran Nasional dan Islam juga mempunyai tradisi dalam masyarakat kita. Aliran Nasionalis dan partai politik Nasionalis mulai dikenal oleh Rakyat Indonesia sejak permulaan abad ke-20, ia dikenal bersama-sama dengan lahirnya gerakan nasional di negeri kita. Agama Islam sudah dikenal ratusan tahun, sejak agama Islam datang di Indonesia, tetapi partai politik Islam baru dikenal juga sejak permulaan abad ke-20. Politik daripada partai-partai Nasionalis dan partai-partai Islam tergantung pada kelas-kelas daripada orang-orang yang memimpin partai itu.

Mengingat adanya tradisi dan aliran politik Nasionalis dan Islam di Indonesia, sudah tentu kaum imperialis asing berusaha mendudukkan orang-orangnya dipucuk gerakan-gerakan dan partai-partai Nasionalis dan Islam. Dengan perantaraan orang-orangnya penguasa-penguasa asing berusaha untuk mempengaruhi Rakyat dan mengadu-domba massa partai-partai Nasionalis dan Islam dengan kaum Komunis dan massa Komunis. Jika mereka tidak berhasil atau kurang berhasil dalam menggunakan sesuatu partai Nasionalis atau partai Islam, maka mereka memecah-belah partai Nasionalis dan partai Islam itu. Inilah yang menjadi sebab kenapa terdapat banyak partai-partai Nasionalis dan Partai-partai Islam di Indonesia, di samping bahwa timbulnya partai-partai itu juga disebabkan hanya oleh ambisi perseorangan dari pemimpin-pemimpinnya.

Mengingat proses timbulnya berbagai partai-partai Nasionalis dan Islam di negeri kita, dan mengingat sikap-sikap yang berbeda-beda dari partai-partai ini pada waktu-waktu yang tertentu, maka adalah keliru jika kita menyamakan begitu saja semua partai-partai itu. Mereka mempunyai perbedaan-perbedaan. Ada kalanya besar dan ada pula kalanya kecil. Oleh karena itu adalah keliru jika kaum Komunis menolak kerjasama dengan semua partai dan semua pemimpin Nasionalis dan Islam. Sebaliknyalah yang benar. Kita harus tidak henti-hentinya mencari kontak-kontak untuk mengadakan kerjasama yang erat berdasarkan suatu program kongkrit yang tertentu, dan bersama-sama membuka kedok partai-partai dan pemimpin-pemimpin Nasionalis dan Islam yang membela kepentingan tuan tanah dan lintah darat, dan yang membela politik kolonial Belanda dan politik perang Amerika Serikat.

Kebenaran tentang apa yang dikatakan di atas akan lebih jelas lagi kalau sudah di bawa ke massa, yang terorganisasi dan yang tidak terorganisasi. Tidak ada alasan-alasan sama sekali bagi massa Komunis, yang terorganisasi dan tidak terorganisasi, untuk menolak kerjasama berdasarkan suatu program yang kongkrit dengan massa Nasionalis dan Islam, yaitu massa partai-partai Nasionalis dan Islam yang terorganisasi dan tidak terorganisasi. Pengalaman menunjukkan, bahwa massa Nasionalis dan massa Islam tidak sedikit yang setuju pada Partai kita. Juga massa Nasionalis dan massa Islam yang tidak setuju dengan kita, dan malahan menentang kita, sangat banyak yang melihat adanya persamaan kebutuhan dengan massa komunis. Satu kenyataan yang tak dapat dibantah, bahwa antara massa Komunis dengan massa Nasionalis dan Islam lebih banyak terdapat titik-titik pertemuan daripada antara orang-orang yang memimpin mereka. Oleh karena itulah, perundingan satu dengan lain, saling mendekati dan mengadakan persetujuan-persetujuan dalam banyak hal adalah mungkin dan jalan inilah yang harus kita tempuh. Ke sinilah perhatian harus kita curahkan, sebab sebagai salah satu usaha kita yang penting untuk lebih meluaskan persatuan semua kekuatan nasional. Dengan ini kita mendidik massa Rakyat supaya tidak mau dipecah-belah oleh pemimpin-pemimpin Nasionalis dan Islam, yang dengan semboyan “anti-Komunis” mau mempraktekkan McCartyisme di negeri kita dan mau membawa Indonesai kembali ke dalam cengkraman peperangan dan kolonialisme. Ini situasi negeri kita, ini soal negeri kita. Jika soal ini dapat kita pecahkan, maka akan sangat membantu kita dalam menggalang persekutuan kaum buruh dan kaum tani dan dalam menciptakan persatuan yang lebih luas dari semua kekuatan nasional di negeri kita.

Kerjasama antara Partai dan massa Komunis dengan partai dan massa Nasionalis dan Islam bagi kita bukan hanya sesuatu yang dapat dibatasi sampai selesainya pemilihan umum yang akan datang, sebagaimana sering dikatakan oleh pemimpin-pemimpin Nasionalis dan Islam. Kita menghendaki kerjasama juga sampai sesudah pemilihan umum, dengan tidak peduli siapa yang akan menang nanti. Dan apa yang kita inginkan ini adalah sesuai dengan semboyan Republik kita “Bhineka Tunggal Ika.” (berbeda tetapi satu).

PSI yang mewakili aliran sosialis kanan di Indonesia bukanlah satu partai yang mempunyai pengaruh luas di kalangan Rakyat. Aliran sosialis kanan tidak mempunyai tradisi di negeri kita. Partai ini dibangun menurut resep kaum sosial-demokrat Eropa Barat dan pengaruhnya terbatas pada sebagian kaum intelektual, dan kebanyakan kaum intelektual yang ambisius dan oleh karena itu sangat setuju dengan metode kerja PS yang mengutamakan pekerjaan mendapat anggota-anggota di kedudukan-kedudukan penting dalam pemerintahan dan dalam pimpinan partai-partai lain. Karena masih banyaknya anggota-anggota PSI yang menyelundup dalam aparat-aparat pemerintah sipil dan militer dan dalam partai-partai borjuis, maka bahaya yang dapat ditimbulkan oleh partai ini tidak boleh dikecilkan kemungkinannya seperti berkali-kali sudah dibuktikan oleh peristiwa-persitiwa politik di negeri kita. Pimpinan partai-partai reksioner boleh dikata dijiwai dan diilhami oleh anggota-anggota PSI yang di tempatkan di dalamnya. Dengan demikian PSI memainkan rol yang penting dalam menghalangi pikiran-pikiran maju yang mungkin ada di kalangan-kalangan pemimpin-pemimpin partai yang diinfiltrasinya. Apakah sesudah mengetahui semuanya ini berarti,bahwa kita menolak kerjsama dengan partai sosialis dan massa sosialis? Tidak, juga seperti terhadap partai Nasionalis dan partai Islam beserta massanya, kita harus mencari kontak-kontak untuk melaksanakan kerjasama berdasarkan program-program kongkrit yang tertentu. Kita juga mengetahui, bahwa antara massa Komunis dengan massa sosialis lebih banyak terdapat titik-titik pertemuan daripada antara orang-orang yang memimpin mereka. Pada pokoknya demikian juga sikap kita terhadap partai Katolik dan partai Protestan serta massa mereka, yang di beberapa tempat di negeri kita mempunyai pengaruh tertentu.

Satu hal perlu diperingatkan kepada kader-kader Partai, ialah supaya dalam mereka melaksanakan kerjasama dengan partai-partai dan organisasi-organisasi dari berbagai aliran, kita harus cegah peggunaan mayoritas secara mekanis. Untuk mendapat sukses dalam kerjasama kita, tidak boleh menyandarkan diri pada banyaknya organisasi-organisasi yang pasti akan memihak tiap-tiap pendirian Komunis dan lingkungan kerjasama itu. Ini bukan cara yang benar. Kita harus mendasarkan diri atas kebenaran politik Partai, atas kejujuran, kegiatan dan keuletan-keuletan aktivis-aktivis Komunis. Politik Partai adalah sesuatu yang obyektif, yang seharusnya juga menjadi politik dan pendirian dari tiap-tiap orang yang berkemauan baik dan sadar. Jadi, yang penting ialah, bahwa kerjasama harus berdasarkan kesadaran akan kepentingan dan tujuan bersama.

Kawan-kawan, penggalangan persatuan nasional yang lebih luas tidak bisa dipisahkan dari pekerjaan memperkuat persatuan dalam Partai, persatuan di lapangan politik, ideologi dan organisasi. Jaminan bagi persatuan nasional yang lebih luas daripada sekarang ialah jika kita memperhebat pekerjaan kita meluaskan Partai ke seluruh Indonesia dan lebih mengeratkan hubungan Partai dengan massa, jika kita tidak henti-hentinya mengkonsolidasi Partai di lapangan politik, ideologi, dan organisasi. Ini sudah menjadi pendirian seluruh Partai kita.

Menurut laporan sementara yang sudah diterima oleh Sekretariat Central Comite, sampai akhir bulan Oktober yang lalu Partai kita sudah mempunyai anggota lebih kurang 500.000 (setengah juta) tersebar hampir di seluruh Indonesia. Dari hasil yang sudah dicapai selama kampanye perluasan keanggotaan dan organisasi dalam setengah tahun belakangan ini dapat kita tarik kesimpulan, bahwa perluasan organisasi adalah lebih sulit daripada perluasan keanggotaan. Jumalh banyaknya Comite-comite dan organisasi-organisasi basis yang sudah ditetapkan menurut rencana lebih sulit mencapainya daripada mencapai rencana jumlah anggota. Akhir tahun ini bersama-sama akan kita lihat sampai ke mana hasil plan peluasan keanggotaan dan organisasi. Sukses-sukses yang sudah didapat dalam peluasan keanggotaan dan organisasi Partai terutama disebabkan oleh benarnya program dan taktik serta garis organisasi Partai yang ditetapkan oleh Kongres Nasional V yang lalu. Mulai baiknya pekerjaan Partai di kalangan kaum tani adalah merupakan faktor yang sangat penting dalam peluasan keanggotaan dan organisasi. Kebenaran program dan taktik Partai telah menimbulkan kepercayaan yang lebih besar dari Rakyat kepada Partai. Tidak hanya dari kalangan kaum buruh dan kaum tani, juga dari kalangan intelektual, pelajar dan mahasiswa makin lama makin banyak yang memasuki barisan Partai.

Dengan bertambah banyaknya anggota dan organisasi Partai sampai beberapa kali lipat, maka berarti terbentanglah pekerjaan yang mahaluas dan mahaberat di hadapan tiap-tiap kader Partai. Kader-kader Partai belum kenal dengan sebagian besar dari orang-orang yang baru masuk ke dalam barisan Partai. Kader-kader kita harus mengenal mereka, harus mengetahui apa yang mendorong mereka masuk partai, ya, pendeknya harus mengetahui semuanya tentang mereka. Ini bukan pekerjaan yang mudah. Belum lagi pekerjaan mengorganisasi dan mendidik mereka, apalagi mengingat masih belum banyaknya kader Partai yang sudah mempunyai pengalaman yang lama di lapangan organisasi dan pendidikan. Padahal sebagaimana sudah dikatakan dalam tulisan untuk memperingati ulangtahun Partai yang ke-34, Partai akan menjadi rapuh dan tidak berdaya jika tidak mengkonsolidasi diri di lapangan politik, ideologi dan organisasi. Kita sekarang terpaksa mendayung dengan apa yang ada, kita hrus kerjakan semua ini dengan kader-kader yang sudah dipunyai Partai sekarang. Ini mungkin dan bisa asal kader-kader Partai bekerja lebih keras dan lebih sungguh-sungguh lagi dari sekarang ini, bekerja keras untuk mengorganisasi dan mendidik anggota-anggota dan bekerja keras untuk meninggikan pengertian teori dan memperkuat ideologi kader-kader sendiri. Pekerjaan ini berat, tetapi adakah Komunis yang tidak bekerja berat? Di mana ada pekerjaan berat dan sulit, di situlah tempat kita. Hanya sesudah melalui jalan yang berliku-liku dan berbeli-belit, suatu pekerjaan yang berat, kita akan sampai kepada tujuan kita. Kita sudah mempunyai pengalaman dalam meluaskan keanggotaan Partai dari 10.000 menjadi 100.000. Kita sudah menarik kesimpulan-kesimpulan dari pengalaman kampanye peluasan keanggotaan ini, dan pengalaman ini adalah sangat penting dalam pekerjaan perluasan keanggotaan sekarang ini.

Partai Komunis adalah Partai yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Adalah keliru jika kita mengira bahwa ideologi borjuis dan pengaruh borjuis hanya ada di luar partai. Apalagi dengan banyaknya orang-orang baru yang masuk ke dalam Partai kita, yang kebanyakan masih dengan membawa restan-restan ideologi dan kebiasaan-kebiasaan borjuis dan feodal ke dalam Partai. Di samping itu, musuh-musuh Partai tentu berusaha memasuki Partai kita, untuk merusak organisasi Partai dari dalam dan untuk melemahkan idelogi anggota-anggota Partai. Kemungkinan ini tetap ada, dulu dan sekarang maupun nanti. Juga seandainya Partai tidak mempunyai rencana peluasan keanggotaan, kemungkinan ini tetap ada. Ini hanya bisa dilawan dengan melipatgandakan kewaspadaan anggota-anggota dan terutama kader-kader Partai dan dengan memperhebat pekerjaan ideologi di dalam Partai.

Anggota-anggota pertama-tama harus diberi pengertian tentang apa Partai kita, bagaimana Partai kita disusun, apa kewajiban anggota Partai, dan tentang program Partai. Kepada mereka harus ditanamakan kepercayaan dan keyakinan tentang tidak terbatasnya kekuatan massa Rakyat, tentang rol memimpin daripada Partai dan tentang pentingnya Fron Persatuan Nasional. Untuk ini hasil-hasil Kongres Nasional V Partai merupakan sumber yang tidak akan kering bagi kader-kader yang bertugas mendidik anggota-anggota baru. Di samping itu tiap-tiap sikap politik Partai, yang dikeluarkan oleh CC jika yang bersifat nasional atau yang dikeluarkan oleh Provinsi Comite jika yang bersifat provinsial, harus menjaadi bahan pendidikan politik bagi anggota. Kewajiban mempergunakan hasil-hasil Kongres sebagai bahan pendidikan hanya mungkin jika kader-kader Partai sendiri menguasai sungguh-sungguh isi semua putusan Kongres, dan ini hanya mungkin dengan adanya kursus-kursus kader yang diadakan oleh tiap-tiap tingkat Comite. Singkatnya, kursus-kursus kader yang selama ini sudah berjalan, harus lebih diperhebat lagi, dibikin lebih sistematis dan lebih praktis lagi

Satu hal yang tidak boleh dibiarkan ialah, bahwa hasil diskusi dan putusan yang terpenting dari Kongres Nasional V tentang persekutuan buruh dan tani dan fron persatuan nasional sampai sekarang belum cukup dipahamkan oleh banyak kader Partai. Masih banyak kader partai yang mengertikan persekutuan buruh dan tani dan fron persatuan nasional sebagai sesuatu yang formil, yang mengira bahwa pelaksanaannya sudah cukup dengan adanya pernyataan-pernyataan formal tentang solidaritas serikat buruh-serikat buruh terhadap aksi-aksi kaum tani, atau dari organisasi-organisasi tani terhadap aksi-aksi kaum buruh, dan mengira bahwa fron persatuan nasional sudah terlaksana jika pimpinan-pimpinan Partai Komunis bersama-sama dengan pimpinan-pimpinan partai dan organisasi-organisasi lain sudah mengadakan rapat-rapat dan mengeluarkan pernyataan-pernyataan. Pengertian yang tidak tepat tentang persekutuan buruh dan tani telah tidak mendorong Partai untuk mengetahui benar-benar tentang hubungan agaria di desa. Dengan tidak ada pengetahuan tentang hubungan agraria di desa kader-kader Partai tidak mungkin menunjukkan dengan kongkrit kepada kaum tani musuh-musuh mereka yang sesungguhnya, yaitu tuan tanah dan lintah darat. Pengertian yang tidak tepat dari kader-kader tentang fron persatuan nasional telah tidak mendorong Partai untuk memperbaiki pekerjaan membantu dan mengorganisasi semua kelas daripada Rakyat. Sukses-sukses Partai dan sukses-sukses perjuangan nasional kita banyak tergantung pada pengertian yang tepat daripada kader-kader Partai, sampai kader-kader paling bawah, tentang apa yang sesungguhnya dimaksudkan oleh Partai dengan persekutuan buruh dan tani dan fron presatuan nasional.

Kader-kader Partai tingkat Seksi Comite dan ke atas harus membiasakan diri membaca dan mendiskusikan tulisan-tulisan klasik tentang Marxisme-Leninisme. Pengalaman kita dengan kampanye mempelajari tulisan Lenin “Komunisme ‘sayap-kiri, suatu penyakit Kanak-kanak” selama bulan  Juli dan Agustus tahun ini, menunjukkan bahwa mempelajari tulisan klasik tentang Marxisme-Leninisme sangat membantu kader-kader Partai untuk lebih mudah mengerti semua persoalan politik yang dihadapi, telah memperbesar kemampuan kader-kader Partai dan telah menimbulkan kegembiraan bekerja dap kader-kader Partai. Kemajuan kader-kader Partai ini membawa pengaruh yang baik pada seluruh pekerjaan Partai dan pada seluruh anggota Partai. Adalah suatu keteledoran, bahwa kampanye belajar ini di beberapa provinsi belum dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Mempelajari tulisan-tulisan klasik tentang Marxisme-Leninisme adalah syarat hidup bagi kader-kader Partai.

Prinsip yang tertinggi daripada pimpinan Partai ialah cara pimpinan kolektif. Ini adalah prinsip pimpinan Leninis dan ini adalah salah satu keputusan yang paling penting dalam Konstitusi kita. Partai kita adalah organisasi kelas buruh yang militan, yang aktif berpikir, yang berdiri sendiri dan yang menjalankan hidup yang aktif. Sifat-sifat Partai kita ini hanya bisa dipertahankan jika anggota dan kader Partai setia pada prinsip pimpinan Leninis, yaitu cara pimpinan koleketif.

Pengalaman kita sampai sekarang menunjukkan di mana tidak berjalan cara pimpinan kolektif di situ kita melihat kelemahan-kelemahan daripada Partai. Kalau ada rantai-rantai daripada organisasi yang lemah, maka sebab yang pokok biasanya tidak lain ialah karena tidak dijalankannya cara pimpinan kolektif. Di mana kurang kesetiaan pada cara pimpinan kolektif di situ Partai lemah di lapangan ideologi dan organisasi. Partai tidak militan dan tidak erat hubungannya dengan massa. Kurang kesetiaan pada prinsip pimpinan Leninis telah menyebabkan banyaknya pekerjaan yang terbengkalai, banyaknya persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan, timbulnya kelesuan di kalangan anggota-anggota Partai dan timbulnya perasaan-perasaan saling menyalahkan antara anggota satu dengan anggota lain. Dengan tidak dilaksanakannya cara pimpinan kolektif, hak-hak anggota yang sudah ditetapkan di dalam Konstitusi dirampas, rasa tanggung jawab anggota menjadi berkurang, rol pimpinan menjadi dikecilkan dan kemenangan-kemenanngan yang sudah dicapati tidak dikembangkan.

Untuk menjadikan Partai kita tipe Lenin dan Stalin, Partai kelas buruh yang militan, yang aktif berpikir, yang berdiri sendiri dan menjalankan hidup aktif, maka tiada ada jalan lain kecuali anggota-anggota dan kader-kader Partai harus setia melaksanakan cara pimpinan kolektif. Ini hanya bisa dijamin jika tiap-tiap organisasi Partai, tiap-tiap Comite, departemen, bagian, fraksi, resort, grub dan sebagainya melaksanakan adanya rapat-rapat periodik yang teratur dan yang disiapkan oleh tiap-tiap anggota kolektif dan terutama sekali oleh pemimpin kolektiaf itu. Tidak boleh lagi ada rapat yang hanya diadakan “jika dianggap perlu”. Ini tidak boleh ada dan sebenarnya juga tidak mungkin ada, karena siapakah yang berhak menentukan perlu atau tidaknya rapat diadakan? Tidak lain yang berhak ialah kolektif itu sendiri dan bukan masing-masing anggota sendiri-sendiri. Jadi, perlu atau tidaknya sesuatu koletiktif mengadakan rapat, kolektif itu sendiri harus rapat untuk menentukannya. Dan kalau rapat diadakan, tidak mungkjin tidak ada yang harus dibicarakan, karena dalam waktu misalnya satu minggu tentu ada persoalan-persoalan mengenai organisasi massa, mengenai politik, mengenai organisasi Partai, pendeknya mengenai apa saja yang meminta perhatian, pemecahan dan pimpinan Partai. Jadi, untuk menjamin adanya pimpinan kolektif pertama-tama harus dibiasakan adanya rapat-rapat periodik yang dipersiapkan.

Dengan membiasakan adanya rapat-rapat periodik yang dipersiapkan dari semua organisasi Partai, kita menuju pelaksanaan cara pimpinan kolektif sebagai syarat yang tidak boleh tidak untuk mengkonsolidasi Partai di lapangan idelogi dan organisasi, untuk membikin Partai lebih militan dan untuk mempererat hubungan Partai dengan massa. Dengan Partai yang demikian, persatuan yang lebih luas daripada semua kekuatan nasional pasti akan menjadi kenyataan.***

1  Ikhtisar ekonomi yang diterbitkan oleh Parlemen Amerika.