PROGRAM TRANSISIONAL UNTUK REVOLUSI SOSIALIS

Kematian Kapitalisme dan Tugas Internasional Keempat

Leon Trotsky (1938)


Sumber terjemahan: The Transitional Program dan Programme de Transition. Leon Trotsky Internet Archive.

Penerjemah: Ted Sprague (Februari 2007. Perbaikan Februari 2012)

Penerbit: Wellred/Resist Jogja, 2012. (Buku bisa didapatkan dari Toko Buku Buruh Membaca)


DAFTAR ISI

Pengantar Edisi Bahasa Indonesia (Internasional Keempat dan Program Transisional)

Syarat-Syarat Objektif untuk Sebuah Revolusi Sosialis

Kelas Proletariat dan Kepemimpinannya

Program Minimum dan Program Transisional

Upah Relatif dan Jam Kerja Relatif

Serikat-serikat buruh di era transisional

Komite-Komite Pabrik

“Rahasia-Rahasia Bisnis” dan Industri dibawah Kontrol Buruh

Penyitaan Hak Milik Kelompok-Kelompok Kapitalis Tertentu

Ekspropriasi Bank-Bank Swasta dan Nasionalisasi Sistem Kredit

Garis Piket, Milisi Kelas Buruh, dan Penyenjataan Kaum Proletar

Aliansi Kaum Buruh dan Tani

Perjuangan Melawan Imperialisme dan Perperangan

Pemerintahan Buruh dan Tani

Soviet-Soviet

Negara-Negara Terbelakang dan Program Tuntutan-Tuntutan Transisional

Program Tuntutan-Tuntutan Transisional di Negara-Negara Fasis

Uni Soviet dan Masalah Periode Transisional

Melawan Oportunisme dan Revisionisme Tanpa Prinsip

Melawan Sektarianisme

Buka Jalan ke Kaum Buruh Perempuan! Buka Jalan ke Kaum Muda!

Di Bawah Panji Internasional Keempat

Pengantar Program Transisional Edisi Bahasa Indonesia (Internasional Keempat dan Program Transisional)

Program Transisional Untuk Revolusi Sosialis adalah sebuah dokumen perspektif politik yang ditulis oleh Leon Trotsky untuk Kongres Pembentukan Internasional Keempat pada tahun 1938. Depresi Hebat 1929, kebangkitan Hitler tahun 1933, cekaman Perang Dunia baru yang kemudian pecah tahun 1939, Perang Sipil Spanyol, inilah periode yang dimasuki oleh masyarakat kita ketika Leon Trotsky menggagaskan dan mempersiapkan sebuah Internasional yang baru dengan tugas sejarah “menumbangkan kapitalisme, bukan mengubahnya ... dan penaklukkan kekuasaan oleh kelas proletariat guna menyita hak kepemilikan kelas borjuis.”

Dalam perjuangannya melawan konter-revolusi birokrasi di dalam Uni Soviet dan Partai Bolshevik, Trotsky tidak pernah mengambil jalan sektarian, yakni dia tidak memisahkan diri dari organisasi perjuangan massa. Semenjak pembentukan faksi Oposisi Kiri pada tahun 1923, sampai ia dipecat dari Partai Komunis Uni Soviet dan lalu diasingkan, Leon Trotsky tetap menganggap kelompoknya sebagai faksi oposisi di dalam Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) dan Komunis Internasional (Komintern atau Internasional Ketiga) dengan tujuan mengembalikan PKUS dan Komintern ke jalan komunisme yang sejati. Selama bertahun-tahun, Trotsky dan pengikutnya berjuang di dalam kondisi yang sulit ini, dicemooh, dipukuli, bahkan sampai dibunuh oleh agen-agen Stalinis. Semua ini demi meraih telinga kaum buruh dan komunis sejati di dalam PKUS dan Komintern.

Namun ketika Komintern tidak sanggup melawan kebangkitan Hitler -- dan bahkan tidak mampu belajar dari kekalahan tersebut yang akhirnya menyiapkan Perang Dunia Kedua -- Trotsky menganggap bahwa secara de fakto Komintern telah mati dan tidak bisa dihidupkan kembali. Oleh karenanya, pada tahun 1938 ia membentuk Internasional Keempat sebagai Internasional baru. Analisanya tidak keliru. Lima tahun kemudian pada tahun 1943, Stalin meresmikan secara formal apa yang telah menjadi kenyataan secara de fakto, yakni ia membubarkan Komintern untuk menyenangkan hati negara-negara Sekutu dan memastikan kepada mereka tidak ada lagi agenda revolusi sosialis dunia.

Dokumen perspektif Program Transisional bertujuan mempersiapkan kader-kader yang mampu menghubungkan program-program tuntutan sehari-hari dengan tugas historis kaum buruh untuk menumbangkan kapitalisme dan membawa sosialisme. Metode ini dinamakan program transisional, sebuah jembatan penghubung antara program minimum, yakni reforma-reforma dalam batasan kapitalisme, dan program maksimum, yakni perebutan kekuasaan ekonomi dan politik oleh kaum buruh. Selama program minimum masih memiliki vitalitasnya dalam menyerang pondasi kapitalisme, kaum revolusioner tidak boleh mencampakkannya. Pertimbangan apa yang menjadi tuntutan transisional harus dilakukan dengan memperhatikan situasi sosial dan politik yang konkrit. Pada satu saat, apa yang sebelumnya adalah tuntutan transisional dapat menjadi tuntutan yang justru ada di belakang kesadaran rakyat dan menghalangi perkembangan kesadaran kelas.

Di dalam situasi krisis kapitalisme, apa yang biasanya adalah tuntutan-tuntutan yang mungkin dipenuhi di dalam batasan kapitalisme dapat menjadi tuntutan-tuntutan revolusioner. Krisis kapitalisme baru-baru ini pada tahun 2008 telah membuat banyak pencapaian-pencapaian kelas buruh negara-negara maju, seperti 8-jam-kerja, pensiun, dll., menjadi hal yang semakin sulit dipertahankan. Kapitalis menyerang pencapaian-pencapaian buruh-buruh negara maju ini. Di dalam situasi seperti ini, bahkan tuntutan jaminan pensiun di umur 65 tahun dan tuntutan 8-jam-kerja dapat menjadi tuntutan revolusioner yang mampu membantu kelas buruh memahami tugas historisnya.

Di Indonesia, dimana hak-hak dasar buruh saja masih belum terpenuhi, perjuangan untuk 8-jam kerja, upah layak, pendidikan gratis, kesehatan gratis, dsbnya. dapat menjadi tuntutan revolusioner, selama setiap usaha dilakukan untuk selalu menghubungkannya dengan tugas historis kelas buruh. Tidak seperti kaum reformis yang kerap berhenti pada tuntutan reforma saja dan tidak berani maju lebih lanjut ketika dihadapkan dengan momen revolusi yang menentukan, kaum revolusioner justru menggunakan tuntutan reforma sebagai batu pijakan menuju revolusi.

Apa itu program? Sebuah program adalah sebuah instrumen partai, seperti halnya sebuah perkakas adalah instrumen seorang buruh untuk melakukan tugasnya. Program partai tidak jatuh dari langit. Ia bukanlah hasil dari sebuah dorongan moral yang abstrak, tetapi adalah hasil pengalaman historis bersama dari perjuangan kelas buruh. Program memberikan sebuah ekspresi terorganisir bagi perjuangan massa. Program partai adalah satu daftar tuntutan yang tugasnya adalah untuk menguatkan kelas buruh di dalam kapasitasnya untuk berorganisasi dan berjuang. Ia bukan serta merta sebuah daftar tuntutan untuk dipenuhi, yang lalu disoraki setelah terpenuhi. Program partai adalah sebuah tuntutan perjuangan. Ia dikedepankan untuk "mendidik ulang" rakyat massa mengenai kekuatan mereka di dalam masyarakat ini. Ia dirancang untuk mengubah buruh menjadi sebuah kelas untuk dirinya sendiri, dan bukan kelas dalam dirinya sendiri (to be a class for itself, not just class in itself). Inilah yang membedakan seorang reformis dari seorang revolusioner. Yang pertama melihat sebuah program hanya sebagai daftar tuntutan untuk dipenuhi, yang belakangan melihat lebih jauh dari itu, yakni sebagai cara untuk menuju revolusi sosial.

Sebuah program dapat menjadi daftar tuntutan reforma di dalam kerangka kapitalisme selama periode non-revolusioner (gaji lebih tinggi, kepastian Jamsostek, jaminan pensiun, perbaikan THR, dll.), atau di ujung yang lain, ia dapat menjadi daftar tuntutan yang mengedepankan masalah perebutan kekuasaan selama periode revolusioner. Semua ini tergantung pada tingkat kesadaran kelas massa dan kondisi objektif umum (situasi ekonomi dan politik). Yang belakangan ini (kondisi objektif umum) adalah pemandu umum bagi bentuk dan isi program, sementara kesadaran kelas memiliki hubungan dialektika dengan program tersebut. Tugas program adalah untuk membawa kesadaran kelas menjadi harmonis dengan kondisi objektif umum, inilah hubungan antara program dengan kesadaran buruh. Program tidak boleh dibangun hanya berdasarkan tingkat kesadaran buruh pada saat itu. Ini mengekor namanya. Seperti yang dijabarkan oleh Leon Trotsky:

"Kesadaran massa bisa saja ketinggalan; maka dari itu tugas politik dari partai ini adalah untuk mengharmoniskan kesadaran massa dengan kondisi objektif, untuk membuat rakyat pekerja mengerti tugas objektif mereka. Tetapi kita tidak boleh mengadaptasikan program kita pada kesadaran terbelakang kaum pekerja. Kesadaran adalah faktor sekunder – faktor yang utama adalah situasi objektif." (Leon Trotsky, Diskusi dengan Trotsky Mengenai Program Transisional)

Setelah kita memahami pentingnya sebuah program di dalam gerakan, kita harus tahu bagaimana merancang dan mengantarkannya ke rakyat. Inilah salah satu pelajaran penting dari "Program Transisional" karya Trotsky ini. Jelas kalau tuntutan-tuntutan yang Trotsky kedepankan pada tahun 1938 adalah untuk situasi pada saat itu. Usaha untuk menjiplaknya ke situasi sekarang adalah dogmatis. Kita harus tahu konteks penulisan dokumen tersebut, yang sudah dijabarkan sedikit banyak di pengantar ini. Mari kita ambil contoh tuntutan pembentukan Milisi Pertahanan Buruh. Tuntutan ini tentunya akan konyol sekali kalau dikedepankan di Amerika Serikat sekarang. Leon Trotsky mengajukan tuntutan tersebut sebagai salah satu tuntutan penting ketika fasisme Italia dan Jerman (dan juga kekuatan-kekuatan fasisme di negara-negara lain) sedang menguat dan para fasis ini dengan brutal menyerang kaum buruh. Namun di Indonesia, dimana sering sekali pertemuan-pertemuan Kiri diserang oleh preman-preman semi-fasis (PERMAK, FPI, dsbnya.) dan polisi biasanya diam saja, tuntutan ini dapat dipakai. Tentunya tuntutan ini tidak akan menjadi tuntutan utama pada tahapan sekarang, namun tuntutan tersebut sudah bisa mulai disosialisasikan ke serikat-serikat buruh supaya setidaknya embrio-embrio kelompok pertahanan buruh sudah bisa mulai diorganisir.

Periode pada saat Trotsky menulis dokumen tersebut adalah periode ketika kepemimpinan organisasi-organisasi buruh resmi -- kaum Sosial Demokrat dan kaum Stalinis -- telah menjadi batu penghalang terbesar bagi revolusi sosialis. Di dalam partai-partai massa dan serikat-serikat buruh, para pemimpin ini lagi dan lagi membawa kaum buruh ke kekalahan. "Krisis yang sekarang dihadapi oleh umat manusia adalah krisis kepemimpinan proletarian," begitu ujar Trotsky. Salah satu tugas Internasional Keempat adalah mengekspos kebangkrutan para pemimpin pengkhianat tersebut dan membentuk kepemimpinan yang baru. Namun ini tidak bisa dilakukan dengan memisahkan diri dari perjuangan internal di dalam organisasi-organisasi massa. Dengan keras dan tegas Trotsky memerangi sektarianisme:

"Bagi para sektarian ini, mempersiapkan revolusi berarti meyakinkan diri mereka sendiri akan kehebatan sosialisme. Mereka menganjurkan untuk meninggalkan serikat-serikat buruh yang “lama”, dengan kata lain mereka menganjurkan untuk meninggalkan puluhan juta buruh yang terorganisir – mereka berpikir bahwa rakyat dapat hidup di luar kondisi perjuangan kelas yang sesungguhnya! Kaum sektarian tidak menggubris perjuangan internal di dalam organisasi-organisasi reformis – mereka berpikir mereka dapat memenangkan kepercayaan rakyat tanpa berpartisipasi di dalam perjuangan sehari-harinya rakyat!"

Trotsky dengan tegas menganjurkan kader-kader Internasional Keempat untuk bekerja di dalam organisasi-organisasi massa buruh -- partai politik maupun serikat buruh -- untuk meraih telinga buruh dan menemani mereka dalam perjuangan mereka melawan sayap-sayap kanan dan elemen-elemen borjuis di dalam organisasi perjuangan mereka. "Dia yang tidak mencari dan tidak menemukan jalan menuju ke Rakyat adalah bukan pejuang, ia adalah beban partai."

Delapan puluh tahun kemudian, kita masih dihadapi dengan kepemimpinan gerakan yang buruk, yang berulang kali telah menjadi penjegal perjuangan kelas. Runtuhnya Uni Soviet memang mengekspos kebangkrutan birokrasi Stalinis, namun tidak mengeksposnya secara revolusioner yang memberikan jalan keluar bagi perjuangan kelas. Yang terjadi justru adalah penguatan paham reformisme. Kelas borjuasi meningkatkan serangan ideologis mereka. Marxisme telah gagal, begitu kata mereka. Post-modernisme, post-Marxisme, neo-Marxisme, Jalan Ketiga, Akhir-Sejarah, Empire; berbagai ideologi asing ini masuk meracuni gerakan buruh dan kepemimpinannya. Tugas kaum revolusioner dari dulu sampai sekarang masihlah sama: mengobarkan perjuangan ideologi melawan gagasan-gagasan asing ini.

Sayangnya, Trotsky dibunuh oleh agennya Stalin dua tahun setelah pembentukan Internasional Keempat dan tidak bisa memandu organisasi yang masih muda ini. Perang adalah satu hal yang kompleks dan dapat mengubah relasi-relasi kekuatan kelas dan politik dengan begitu cepat, apalagi perang berskala dunia. Perang Dunia Kedua sebagian besar terjadi di garis depan Timur, yakni antara Nazi Jerman dan Uni Soviet. Perang ini akhirnya dimenangkan oleh Uni Soviet yang dengan ekonomi terencananya -- dan semangat rakyat buruh Uni Soviet untuk mempertahankan Revolusi Oktober dari serangan Fasisme -- yang mampu menggalang semua sumber dayanya. Kemenangan Uni Soviet ini mengubah tatanan politik dunia. Ini menguatkan Stalinisme, secara politik dan ekonomi. Secara politik, Uni Soviet dilihat oleh kaum buruh sedunia sebagai pembebas kemanusiaan dari cengkraman fasisme, dan ini memberikan otoritas politik yang sangat besar kepada kaum Stalinis. Secara ekonomi Uni Soviet mendapatkan begitu banyak negara-negara satelit di Eropa Timur.

Sementara, pada waktu yang sama, kehancuran Eropa menjadi landasan material untuk boom kapitalisme yang dipimpin oleh Amerika Serikat yang kekuatan produksinya utuh karena peperangan terjadi di dataran Eropa dan bukan di dataran Amerika. Dengan Marshall Plan yang disediakan oleh AS, era rekonstruksi Eropa yang hancur lebur karena kebrutalan Perang Dunia Kedua dimulai dan kapitalisme Eropa bangkit dengan megah. Kapitalisme Eropa mampu memberikan konsesi-konsesi kepada buruh dan ini menumpulkan perjuangan kelas. Bilamana buruh selalu bisa mendapatkan konsesi, maka ide reformisme -- ide bahwa kesejahteraan buruh dapat diraih secara perlahan-lahan -- pun menguat.

Tanpa Leon Trotsky, para pemimpin Internasional Keempat -- James Cannon dan yang lainnya -- tidak mampu menganalisa situasi yang baru ini. Mereka berpegang teguh pada prognosis Trotsky secara dogmatis bahwa revolusi akan berkobar setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, bahwa kapitalisme akan rubuh. Memang banyak revolusi yang terjadi setelah Perang Dunia Kedua berakhir, namun satu per satu mereka dikhianati oleh para pemimpin reformis dan Stalinis. Di Indonesia, kita tahu sendiri bagaimana revolusi Agustus 1945 dijegal oleh kaum sosial demokrat borjuis seperti Hatta dan Syahrir. Kegagalan para pemimpin ini untuk mengorientasikan Internasional Keempat di situasi yang baru ini akhirnya menyebabkan kehancurannya. Kemampuan untuk bisa mundur secara teratur adalah sama pentingnya dengan kemampuan untuk bisa maju menyerang.

Internasional Keempat mungkin sudah mati sebagai sebuah organisasi. Namun ide-de revolusioner Leon Trotsky terus hidup. Gerakan Trotskisme secara sejarah adalah satu bagian dari gerakan buruh di sebuah periode yang khusus, yakni periode dimana Marxisme  sedang diserbu dari berbagai arah, oleh kaum kapitalis di satu pihak dan oleh kaum birokrat Stalinis dan reformis di pihak lain; periode dimana gerakan buruh sedang diserbu oleh ide-ide asing seperti reformisme, post-modernisme, post-Marxisme, dsbnya. Tugas historis gerakan Trotskisme adalah menjaga redup api Marxisme di tengah badai, sampai suatu saat api ini akan berkobar kembali.

Ted Sprague (Penerjemah),

Ottawa, 1 Agustus 2011

Syarat-Syarat Objektif untuk Sebuah Revolusi Sosialis

Situasi politik dunia dalam keseluruhannya digambarkan oleh sebuah krisis historis kepemimpinan proletariat.

Syarat ekonomi untuk revolusi proletar sudah secara umum mencapai tingkatan tertinggi yang mampu dicapai di bawah kapitalisme. Kekuatan-kekuatan produksi umat manusia tidak bertambah maju. Penemuan-penemuan dan perkembangan-perkembangan baru sudah tidak mampu meningkatkan kesejahteraan material. Krisis-krisis yang saling bertautan di bawah kondisi krisis sosial dari seluruh sistem kapitalis mengakibatkan kelaparan dan kesengsaraan yang semakin parah di dalam masyarakat. Tingkat pengangguran yang makin membengkak, pada gilirannya, memperdalam krisis finansial negara dan melemahkan sistem keuangan yang sudah tidak stabil. Rejim-rejim demokratik, dan juga rejim-rejim fasis, terhuyung-huyung dari satu kebangkrutan ke kebangkrutan yang lain.

Kaum borjuis sendiri melihat sudah tidak ada jalan keluar lagi. Di negeri-negeri dimana mereka telah terpaksa membuat pengorbanan terakhir dengan menggunakan fasisme, mereka sekarang meluncur dengan mata tertutup menuju bencana ekonomi dan militer. Di negeri-negeri yang lebih maju di dalam sejarah, yakni negeri-negeri dimana kaum borjuisnya masih mampu untuk sementara mengijinkan demokrasi dengan mengorbankan akumulasi-akumulasi nasional (Inggris, Prancis, Amerika, dll), semua partai-partai kapitalis tradisional berada di dalam kondisi kebingungan yang hampir lumpuh semangat.

Proyek “New Deal” [1], walaupun di dalam periode keteguhan awalnya yang palsu, merepresentasikan semacam kebingungan politik dan hanya mungkin diterapkan di sebuah negara di mana kaum borjuisnya telah berhasil mengumpulkan kekayaan yang tak terkira besarnya. Krisis sekarang ini yang masih jauh dari penyelesaiannya sudah berhasil menunjukkan bahwa politik “New Deal” ini, seperti halnya politik Front Popular [2] di Prancis, tidak mampu membuka jalan keluar dari kebuntuan ekonomi ini.

Hubungan-hubungan internasional tidak memberikan gambaran yang lebih baik. Di bawah tekanan disintegrasi kapitalisme yang semakin menguat, antagonisme-antagonisme imperialis menemui jalan buntu dimana perselisihan-perselisihan yang terpisah dan kekacauan-kekacauan lokal yang berdarah-darah (Etiopia, Spanyol, Asia Timur, Eropa Tengah) secara tidak terelakkan akan bergabung menjadi sebuah kekacauan dalam dimensi yang mendunia. Kaum borjuis tentu saja sadar akan bahaya sebuah perang yang baru terhadap dominasinya. Tetapi kelas tersebut semakin lemah dalam kemampuannya untuk menghindari perang dibandingkan pada awal tahun 1914.

Semua argumen bahwa kondisi sejarah belumlah “matang” untuk sosialisme adalah produk dari kebodohan atau penipuan yang dilakukan secara sadar. Syarat-syarat objektif untuk revolusi proletariat bukan hanya sudah “matang”, mereka sudah mulai membusuk. Tanpa sebuah revolusi sosialis di dalam periode sejarah selanjutnya, sebuah bencana akan mengancam seluruh peradaban umat manusia. Sekarang semua tergantung pada kelas proletariat, terutama kaum pelopor revolusioner kelas tersebut. Krisis sejarah umat manusia tereduksi ke krisis kepemimpinan revolusioner.

Kelas Proletariat dan Kepemimpinannya

Ekonomi, negara, dan politik kelas borjuis dan hubungan-hubungan internasionalnya terjangkiti oleh sebuah krisis sosial, yang merupakan karakter sebuah masyarakat dalam kondisi pra-revolusioner. Halangan utama untuk mengubah kondisi pra-revolusioner ini ke kondisi revolusioner adalah karakter oportunis dari kepemimpinan proletariat: ketakutan borjuis kecilnya terhadap borjuis besar dan kolusinya dengan borjuis besar bahkan di waktu kematiannya.

Di semua negeri-negeri, kelas proletar tergoncang oleh sebuah kekhawatiran yang mendalam. Berjuta-juta massa, lagi dan lagi, memasuki jalan revolusi. Tetapi setiap kali mereka memasuki jalan revolusi ini, mereka dihalangi oleh organisasi mereka sendiri yang birokratik dan konservatif.

Kaum proletar Spanyol sudah melakukan serangkai usaha-usaha yang heroik semenjak bulan April 1931 untuk mengambil kekuasaan ke dalam tangannya dan menuntun nasib masyarakat. Akan tetapi, partai-partai mereka sendiri (Sosial Demokrat, Stalinis, Anarkis, POUM [3]) – masing-masing dengan caranya sendiri menjadi sebuah rem dan menyiapkan kemenangan Franco.

Di Prancis, gelombang mogok kerja “okupasi”, terutama selama bulan Juni 1936, menunjukkan kesiapan sepenuh hati kelas proletar untuk menumbangkan sistem kapitalis. Akan tetapi, organisasi-organisasi yang memimpin (kaum Sosialis, Stalinis, Sindikalis) di bawah label Front Popular berhasil menelikung dan memblok arus revolusioner ini, setidaknya untuk sementara.

Gelombang mogok kerja okupasi yang tidak pernah terlihat sebelumnya dan perkembangan serikat buruh industri yang sangat pesat di Amerika Serikat (CIO [4]) adalah sebuah ekspresi tak-terbantahkan dari naluri perjuangan kaum buruh Amerika untuk memenuhi tugas-tugas mereka yang dibebankan oleh sejarah. Tetapi di sini, juga, organisasi politik yang memimpin, termasuk CIO yang baru saja terbentuk, melakukan apa saja yang mungkin untuk menghalangi dan melumpuhkan tekanan revolusioner dari massa.

Keberpihakan Komintern [5] ke sisi borjuis, peran konter-revolusioner Komintern di seluruh dunia, terutama di Spanyol, Prancis, Amerika, dan negara “demokratik” lainnya, menciptakan kesulitan-kesulitan tambahan yang teramat besar untuk kelas proletar sedunia. Di bawah bendera Revolusi Oktober, politik damai yang dijalankan oleh “Front Rakyat” tersebut membuat kelas buruh menjadi impoten dan membuka jalan untuk fasisme.

“Front Rakyat” di satu pihak; fasisme di pihak yang lain; ini adalah jalan keluar politik kaum imperialis yang terakhir di dalam perjuangannya melawan revolusi proletariat. Akan tetapi, dari sudut pandang sejarah, kedua jalan keluar tersebut bersifat sementara. Kemerosotan kapitalisme tetap berlanjut di bawah simbol topi Phyrgian [6] di Prancis ataupun di bawah simbol swastika di Jerman. Tidak akan ada jalan keluar tanpa penggulingan kaum borjuis.

Orientasi massa pertama-tama ditentukan oleh kondisi objektif dari kemerosotan kapitalisme, dan kedua, oleh politik pengkhianatan organisasi-organisasi buruh yang lama. Dari faktor-faktor ini, faktor yang pertama tentu saja adalah faktor yang menentukan: hukum sejarah adalah lebih kuat daripada aparatus birokratik. Bagaimanapun berbedanya metode-metode dari pengkhianat-pengkhianat ini -- dari undang-undang “sosial”-nya Blum [7] sampai ke pengadilan fitnahnya Stalin -- mereka tidak akan pernah berhasil mematahkan semangat revolusioner kaum proletar. Seiring berjalannya waktu, usaha-usaha nekat mereka untuk menghentikan roda sejarah akan mendemonstrasikan secara jelas kepada massa bahwa krisis kepemimpinan proletariat, yang telah menjadi krisis peradaban umat manusia, hanya bisa diselesaikan oleh Internasional Keempat. 

Program Minimum dan Program Transisional

Tugas strategis untuk periode selanjutnya -- periode pra-revolusioner agitasi, propaganda, dan organisasi -- adalah menyelesaikan kontradiksi antara kondisi objektif revolusioner yang sudah matang dan ketidakmatangan kelas proletar dan kaum pelopornya (kebingungan dan kekecewaan dari generasi yang lebih tua, dan generasi muda yang kurang berpengalaman). Di dalam proses perjuangan sehari-hari, kita harus membantu massa untuk menemukan sebuah jembatan penghubung antara tuntutan-tuntutan hari ini dengan program revolusi sosialis. Jembatan penghubung ini harus memasukkan sebuah sistem tuntutan transisional, yang berasal dari kondisi saat ini dan dari kesadaran umum kelas buruh sekarang ini dan menuju ke satu kesimpulan akhir: perebutan kekuasaan oleh kelas proletar.

Sosial Demokrasi klasik, yang berfungsi di sebuah era kapitalisme yang progresif, membagi programnya menjadi dua bagian yang independen: program minimum yang membatasi dirinya untuk reforma-reforma di dalam kerangka masyarakat borjuis, dan program maksimum yang menjanjikan sosialisme sebagai pengganti kapitalisme pada suatu saat di masa depan. Antara program minimum dan maksimum tidak ada jembatan penghubung. Dan memang Sosial Demokrasi tidak membutuhkan jembatan penghubung tersebut, karena kata sosialisme hanya dipakai untuk pidato pada masa liburan. Komintern telah mengikuti jalan Sosial Demokrasi di dalam era kemerosotan kapitalisme: ketika, secara umum, tidak mungkin akan ada perubahan masyarakat yang sistematis dan peningkatan taraf hidup rakyat; ketika setiap tuntutan kaum proletar dan bahkan setiap tuntutan kaum borjuis kecil secara tak-terelakkan melampaui batas-batas relasi kepemilikan kapitalis dan negara borjuis.

Tugas strategis dari Internasional Keempat adalah untuk menumbangkan kapitalisme, bukan mengubahnya. Tujuan politiknya adalah penaklukkan kekuasaan oleh kelas proletariat guna menyita hak kepemilikan kelas borjuis. Akan tetapi, pencapaian tugas-tugas strategis ini adalah mustahil tanpa perhatian yang penuh pada masalah taktik, sebagaimanapun kecilnya atau parsialnya. Semua seksi-seksi kelas proletar, semua lapisannya, harus ditarik masuk ke dalam gerakan revolusioner. Epos sekarang ini berbeda bukan karena dia membebaskan partai revolusioner dari kerja sehari-harinya, akan tetapi karena ia mengijinkan kerja tersebut untuk dijalankan secara terikat dengan tugas-tugas revolusi yang sebenarnya.

Internasional Keempat tidak mencampakkan program tuntutan “minimum” yang lama selama tuntutan-tuntutan tersebut setidaknya masih memiliki sebagian kekuatannya. Dengan semangat yang selalu berkobar, Internasional Keempat membela hak-hak demokratik dan pencapaian-pencapaian sosial kaum buruh. Tetapi dia menjalankan kerja sehari-hari ini sesuai dengan kerangka perspektif revolusioner yang tepat. Selama tuntutan-tuntutan “minimum” yang lama dan tidak lengkap ini bebenturan dengan tendensi kehancuran dan kemunduran dari kapitalisme yang sedang merosot -- dan ini terjadi pada setiap langkah -- Internasional Keempat mendorong sebuah sistem tuntutan transisional, yang esensinya terdapat di dalam fakta bahwa tuntutan-tuntutan tersebut ditujukan untuk melawan pondasi-pondasi rejim borjuis dengan lebih terbuka dan pasti. “Program minimum” yang lama diganti dengan Program Transisional, yang tugasnya adalah memobilisasi massa secara sistematis untuk revolusi proletariat.

Upah Relatif dan Jam Kerja Relatif

Di bawah kondisi-kondisi kapitalisme yang sedang luluh lantak, rakyat tetap hidup dalam kehidupan yang serba kekurangan, dan sekarang lebih terancam bahaya terlempar ke dalam jurang kemiskinan. Mereka harus mempertahankan sesuap nasi mereka, bila mereka tidak dapat meningkatkan atau memperbaikinya. Tidak perlu dan tidak ada kesempatan untuk menyebutkan satu persatu tuntutan-tuntutan parsial dan terpisah tersebut, yang dari waktu ke waktu lahir dari kondisi-kondisi yang konkrit -- nasional, lokal, serikat buruh. Tetapi, dua masalah ekonomi yang utama, yang meringkas meningkatnya absurditas sistem kapitalisme, adalah pengganguran dan harga yang melambung. Masalah-masalah ini membutuhkan slogan-slogan dan metode-metode perjuangan yang umum.

Internasional Keempat menyatakan perang tanpa kompromi melawan politiknya kaum kapitalis, yang mirip dengan politiknya kaum reformis yang merupakan agen kapitalis. Yakni sebuah politik yang bertujuan untuk meletakkan ke punggung rakyat pekerja semua beban militerisme, krisis, kekacauan sistem finansial, dan keburukan-keburukan lainnya yang merupakan akibat dari kehancuran kapitalisme. Internasional Keempat menuntut lapangan kerja dan kondisi hidup layak untuk semua orang.

Slogan inflasi moneter dan stabilisasi moneter tidaklah boleh menjadi slogan kaum proletar karena kedua hal tersebut adalah sama saja. Untuk melawan melambungnya harga-harga barang, yang akan menjadi semakin parah dengan semakin dekatnya perang, kita hanya bisa berjuang di bawah slogan upah relatif. Ini berarti bahwa perjanjian kolektif harus menjamin kenaikan upah yang otomatis seiring dengan naiknya harga barang-barang konsumen.

Di bawah ancaman hancurnya kapitalisme, kaum proletar tidak boleh mengijinkan rakyat pekerja untuk menjadi kaum miskin pengangguran yang kronik, yang hidup di tempat-tempat kumuh di dalam masyarakat yang hancur. Hak untuk mendapat pekerjaan adalah satu-satunya hak penting yang tersisa bagi kaum pekerja di masyarakat yang berdasarkan eksploitasi. Hari ini hak tersebut adalah hak yang tersisa bagi kaum pekerja di masyarakat yang berdasarkan eksploitasi. Hak ini sekarang sedang direnggut dari kaum proletar dalam setiap langkahnya. Dalam melawan penggangguran, secara “struktural” maupun “akibat krisis”, waktu sudahlah matang untuk maju dengan slogan pekerjaan umum, dengan slogan jam kerja relatif. Serikat-serikat buruh dan organisasi-organisasi massa harus mengikat kaum pekerja dan kaum penganggur di dalam solidaritas untuk tanggungjawab bersama. Berdasarkan ini, semua pekerjaan akan dibagi di antara semua pekerja sesuai dengan bagaimana jam kerja mingguan ditentukan. Upah rata-rata setiap pekerja tetap sama seperti halnya di bawah jam kerja mingguan yang lama. Upah, berdasarkan upah minimum yang dijamin dengan ketat, akan mengikuti harga-harga barang. Dalam periode bencana sekarang ini, adalah tidak mungkin untuk menerima program yang lain.

Pemilik-pemilik properti dan pengacara-pengacara mereka akan membuktikan “tidak mungkin tercapainya” tuntutan-tuntutan ini. Kapitalis kecil, terutama kapitalis yang sudah hancur, akan merujuk pada pembukuan mereka. Kaum pekerja menolak mentah-mentah kesimpulan-kesimpulan dan informasi-informasi tersebut. Masalahnya bukanlah sebuah pertentangan “normal” antara dua kepentingan material yang berlawanan. Masalahnya adalah untuk menjaga kaum proletar dari kehancuran, demoralisasi, dan keruntuhan. Masalahnya adalah masalah hidup atau mati satu-satunya kelas yang kreatif dan progresif, dan karena kekreatifan dan keprogresifannya kelas tersebut adalah masa depan umat manusia. Bila kapitalisme tidak mampu memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut yang secara tidak terelakkan lahir dari bencana yang disebabkan oleh dirinya sendiri, maka biarlah kapitalisme hancur. Dalam kondisi sekarang ini, “kemungkinan dicapainya” atau “ketidakmungkinan dicapainya” tuntutan-tuntutan tersebut adalah sebuah masalah relasi kekuatan-kekuatan sosial, yang hanya bisa ditentukan dengan perjuangan. Dengan jalan perjuangan ini, apapun keberhasilan praktis dan segera dari perjuangan tersebut, rakyat pekerja akan mengerti dengan sangat baik bahwa perbudakan kapitalisme harus dilikuidasi.

Serikat-serikat buruh di era transisional

Di dalam perjuangan untuk tuntutan-tuntutan parsial dan transisional, kaum pekerja sekarang sangat membutuhkan organisasi-organisasi massa, terutama serikat-serikat buruh. Perkembangan serikat buruh yang sangat kuat di Prancis dan Amerika Serikat membuktikan kelirunya khotbah-khotbah kaum ultra-kiri yang mengajarkan bahwa serikat-serikat buruh sudah “melewati masa gunanya”.

Kaum Bolshevik-Leninis berdiri di garis depan segala macam perjuangan, bahkan ketika perjuangan tersebut hanya melibatkan kepentingan material atau hak demokratik yang paling sederhana untuk kelas pekerja. Dia ikut serta secara aktif di dalam serikat-serikat buruh massa guna menguatkan mereka dan menaikkan semangat militan mereka. Dia berjuang tanpa kompromi untuk melawan segala usaha untuk mengikat serikat-serikat buruh di bawah kendali pemerintah borjuis dan mengikat kaum proletar dengan “arbitrasi wajib” dan semua bentuk pengawasan polisi -- bukan hanya dalam bentuk fasis tetapi juga dalam bentuk “demokratik”. Perjuangan melawan kaum reformis, termasuk juga kaum birokrat Stalinis, hanya akan mungkin berhasil bila berdasarkan kerja di dalam serikat-serikat buruh seperti tersebut di atas. Usaha-usaha sektarian untuk membangun atau mempertahankan serikat buruh kecil yang “revolusioner”, sebagai sebuah edisi kedua partai, sesungguhnya menunjukkan penyangkalan terhadap perjuangan untuk kepemimpinan kelas pekerja. Kita harus menyatakan garis keras ini: pengisolasian diri dari serikat-serikat buruh massa, yang merupakan pengkhianatan terhadap revolusi, tidaklah sesuai dengan keanggotaan Internasional Keempat.

Pada saat yang sama, Internasional Keempat sungguh-sungguh menolak dan mengutuk fetisme (pemujaan) serikat buruh, yang merupakan karakter dari aktivis serikat buruh dan sindikalis.

a) Karena tugas-tugas mereka, serikat-serikat buruh tidak mempunyai komposisi dan prasyarat dalam perekrutan anggota mereka, mereka tidak mampu menghasilkan sebuah program revolusioner yang final; oleh sebab itu, mereka tidak bisa menggantikan partai. Pembangunan partai nasional yang revolusioner sebagai bagian dari Internasional Keempat merupakan tugas utama di era transisional ini.

b) Serikat-serikat buruh, bahkan yang paling besar pun, hanya mencakup tidak lebih dari 20 sampai 25 persen kelas pekerja, dan dari persentase tersebut kebanyakan adalah lapisan kelas pekerja yang lebih terlatih dan berpenghasilan lebih tinggi. Mayoritas kelas pekerja yang lebih tertindas hanya akan terdorong ke medan perjuangan di saat-saat periode kebangkitan yang luar biasa di dalam gerakan buruh. Pada periode tersebut, adalah perlu untuk membuat organisasi ad hoc, yang akan mencakup seluruh rakyat yang berjuang: komite-komite mogok kerja, komite-komite pabrik, dan akhirnya soviet-soviet.

c) Sebagai organisasi yang merupakan ekspresi dari lapisan atas kaum proletar, semua pengalaman sejarah termasuk pengalaman serikat buruh anarko-sindikalis di Spanyol baru-baru ini menunjukkan bahwa di dalam serikat buruh berkembang sebuah tendensi yang kuat untuk berkompromi dengan rejim borjuis-demokrat. Di saat periode perjuangan kelas yang tajam, kepemimpinan serikat-serikat buruh ingin menjadi pemimpin dari gerakan massa guna mematikan gerakan tersebut. Hal ini sudah terjadi di saat periode mogok kerja, terutama di saat para buruh melakukan mogok kerja okupasi yang menggoyangkan prinsip kepemilikan borjuis. Di saat perperangan atau revolusi, ketika kaum borjuis terjerumus ke dalam kesukaran yang luar biasa, biasanya pemimpin-pemimpin serikat buruh ini yang lalu menjadi menteri-menteri borjuis.

Oleh sebab itu, seksi-seksi Internasional Keempat harus selalu berusaha memperbaharui kepemimpinan serikat-serikat buruh, dengan berani dan tegas mengganti para fungsionaris rutinis dan birokrat dengan pemimpin-pemimpin yang militan di saat-saat yang kritis; dan juga pada setiap saat yang memungkinkan membentuk organisasi independen yang militan yang lebih mempunyai hubungan dengan tugas-tugas perjuangan massa dalam melawan masyarakat borjuis; dan, jika perlu, tidak takut menghadapi perpecahan dengan aparatus konservatif dari serikat-serikat buruh. Bila menjauhi organisasi-organisasi massa guna membangun faksi-faksi sektarian adalah suatu tindakan yang kriminal, maka adalah sama kriminalnya bila kita secara pasif membiarkan gerakan massa revolusioner dikontrol oleh kelompok birokrat yang reaksioner atau kelompok birokrat konservatif yang berpura-pura sebagai kaum “progresif”. Serikat buruh bukanlah tujuan akhir dalam dirinya sendiri; serikat buruh hanyalah sebuah alat untuk mencapai revolusi proletariat.

Komite-Komite Pabrik

Di dalam sebuah epos transisional, gerakan buruh tidak memilki sebuah karakter yang sistematik dan seimbang, sebaliknya ia memiliki karakter yang penuh agitasi dan meledak-ledak. Slogan-slogan dan bentuk-bentuk organisasi haruslah disubordinasi oleh indikator-indikator gerakan. Untuk menghindari metode-metode yang bersifat rutin, layaknya menjaga tubuh dari penyakit, kepemimpinan gerakan harus merespon inisiatif massa secara sensitif.

Mogok kerja okupasi, yang merupakan ekspresi final dari inisiatif massa, melewati batas-batas prosedur kapitalis yang “normal”. Terpisah dari tuntutan-tuntutan para pemogok, pengambilalihan pabrik yang bersifat sementara ini menghantarkan sebuah pukulan yang telak terhadap patung berhala kapitalisme, yakni hak kepemilikan kaum kapitalis. Setiap mogok kerja okupasi mendorong ke depan secara praksis sebuah pertanyaan: siapakah bos dari pabrik tersebut? Kaum kapitalis ataukah para pekerja?

Bila mogok kerja okupasi menghantarkan pertanyaan tersebut secara episodik, maka komite pabrik memberikannya sebuah ekspresi yang terorganisir. Dipilih oleh seluruh pekerja pabrik, komite pabrik ini dengan segera akan mengimbangi pihak administrasi pabrik.

Terhadap kritik dari kaum reformis terhadap bos-bos tipe “economic royalist” [8] seperti Ford ketimbang bos-bos yang “baik hati” dan “demokratis”, kita akan mengibarkan slogan komite-komite pabrik sebagai pusat perjuangan melawan kedua tipe boss tersebut.

Umumnya, kaum birokrat serikat buruh akan menolak pembentukan komite pabrik, seperti halnya mereka menolak setiap langkah yang berani dalam memobilisasi massa.

Akan tetapi, seiring dengan semakin besarnya pengaruh gerakan, akan semakin mudah untuk menghancurkan perlawanan dari kaum birokrat. Di pabrik di mana serikat buruh sudah terbentuk sebelumnya di saat periode “damai”, komite pabrik akan eksis bersama dengan organ normal dari serikat buruh tersebut, tetapi komite pabrik ini akan memperbaharui personel serikat buruh tersebut dan melebarkan fungsi-fungsinya. Namun, signifikansi dari komite ini datang dari kenyataan bahwa ia akan menjadi kepemimpinan militan dari lapisan kelas pekerja ini, karena biasanya serikat buruh ini tidak mampu bergerak untuk beraksi. Dan dari lapisan pekerja yang lebih tertindas inilah datang batalion revolusi yang paling mampu berkorban.

Semenjak terbentuknya komite pabrik, sebuah kekuasaan ganda terbentuk di pabrik. Dari esensinya, ini merepresentasikan suatu kondisi transisional, karena ia mengandung di dalam dirinya dua rejim yang bertentangan: rejim kapitalis dan rejim proletariat. Signifikansi fundamental dari komite-komite pabrik terkandung di dalam kenyataan bahwa mereka membuka pintu, bila bukan ke periode revolusioner, maka ke periode pra-revolusioner -- antara rejim borjuis dan rejim proletariat. Gelombang mogok kerja okupasi yang menyebar di beberapa negeri membuktikan bahwa tersebarnya ide pembentukan komite pabrik bukanlah sesuatu yang artifisial atau prematur. Gelombang baru semacam ini akan menjadi tidak terelakkan di masa-masa mendatang. Adalah perlu untuk memulai kampanye mendukung komite pabrik bila waktunya telah tiba supaya kita tidak tertangkap basah terkejut oleh peristiwa tersebut.

“Rahasia-Rahasia Bisnis” dan Industri di bawah Kontrol Buruh

 Kapitalisme liberal, yang berdasarkan kompetisi dan perdagangan bebas, sudahlah sepenuhnya menjadi barang masa lalu. Penerusnya, yaitu kapitalisme monopoli, tidak mengurangi karakter anarkis dari pasar, sebaliknya ia memberikannya sebuah karakter yang tak terkontrol. Perlunya “mengontrol” ekonomi, yakni meletakkan “peraturan” pemerintah atas industri dan perlunya “perencanaan” ekonomi, sekarang sudah diakui – setidaknya hanya dalam kata-kata saja – oleh hampir semua tendensi borjuis dan borjuis kecil, dari kaum fasis sampai kaum Sosial Demokrat. Bagi kaum fasis, ini adalah untuk menjarah rakyat secara “terencana” demi tujuan militer. Kaum Sosial Demokrat siap mengeringkan lautan anarki ekonomi dengan sendok “perencanaan” yang birokratis. Para insinyur dan para profesor menulis banyak artikel mengenai "teknokrasi". Di dalam eksperimen-eksperimen “relugasi” mereka yang pengecut, pemerintah-pemerintah demokratik berbenturan dengan sabotase dari kapitalis besar yang tidak dapat dikalahkan.

Hubungan yang sesungguhnya antara para penghisap dengan para “pengontrol” demokratis ini dapat dikarakterkan dengan kenyataan bahwa para tuan-nyonya “reformis” ini gemetar dengan penuh rasa hormat dan puja di hadapan konglomerasi bisnis dan “rahasia-rahasia” bisnis mereka. Disini, prinsip “tidak campur tangan” dengan bisnis mendominasi. Pembukuan antara para kapitalis dengan masyarakat luas tetap menjadi rahasianya kaum kapitalis: mereka bukan merupakan masalah yang harus dikhawatirkan oleh masyarakat. Motivasi yang diberikan untuk menyokong prinsip "rahasia" bisnis ini seolah-olah bersumber dari prinsip kompetisi bebas, seperti halnya di saat era kapitalisme liberal. Dalam kenyataannya, konglomerasi ini tidak mempunyai rahasia sama sekali di antara mereka. Rahasia bisnis di era sekarang ini merupakan usaha terselubung kapitalisme monopoli untuk melawan kepentingan masyarakat. Usaha-usaha untuk membatasi otokrasi para “economic royalist” hanya akan menjadi lelucon yang menyedihkan selama pemilik swasta alat-alat produksi mampu menyembunyikan metode-metode eksploitasi, penjarahan, dan penipuan dari para produsen dan konsumen. Penghapusan “rahasia-rahasia bisnis” merupakan langkah pertama menuju pengendalian industri yang sebenarnya.

Bukan hanya hak para kapitalis saja, tetapi juga hak para buruh untuk mengetahui “rahasia-rahasia” pabrik, konglomerasi bisnis, seluruh cabang industri, seluruh ekonomi nasional secara menyeluruh. Yang terutama, bank-bank, industri berat dan transportasi sentral harus berada di bawah pengawasan yang ketat.

Tugas-tugas yang harus segara dilaksanakan oleh para buruh yang sudah mengontrol alat-produksi adalah menjelaskan debit dan kredit (hutang dan piutang) masyarakat, dimulai dari tiap-tiap bisnis; untuk menentukan bagian dari pendapatan nasional yang telah dicuri oleh tiap-tiap kapitalis dan semua penjarah secara menyeluruh; untuk mengekspos kolusi-kolusi dan penipuan-penipuan yang dilakukan oleh bank-bank dan konglomerasi; akhirnya, untuk menunjukkan ke seluruh anggota masyarakat penyia-nyiaan tak bermoral dari tenaga kerja manusia yang merupakan akibat dari anarki kapitalisme dan pengejaran laba.

Tidak ada seorang pejabat dari negara borjuis yang mampu melaksanakan tugas tersebut, tidak peduli sebesar apapun otoritas yang ingin kita berikan kepada dia. Seluruh dunia telah menyaksikan ketidakmampuan Presiden Roosevelt dan Perdana Menteri Blum dalam melawan “60 Keluarga Besar” AS atau “200 Keluarga Besar” Prancis [9]. Untuk menghancurkan perlawanan dari para penghisap ini, diperlukan tekanan masif dari kelas proletar. Hanya komite-komite pabriklah yang benar-benar mampu mengontrol produksi, dengan memanggil bantuan dari para spesialis (akuntan, ahli statistik, ahli teknik, ilmuwan, dll) yang sungguh-sungguh setia kepada rakyat – dan bukan sebagai “teknokrat” tetapi sebagai konsultan.

Perjuangan melawan tingkat pengangguran yang tinggi tidak akan bisa dilaksanakan tanpa mengorganisir proyek-proyek publik yang luas dan berani. Akan tetapi, proyek publik ini dapat memiliki sebuah signifikansi yang berkelanjutan dan progresif bagi masyarakat, dan juga bagi para penganggur, hanya apabila proyek-proyek publik ini dilaksanakan sebagai bagian dari sebuah rencana umum yang berlangsung selama bertahun-tahun. Di dalam kerangka rencana umum ini, rakyat pekerja akan menuntut untuk melanjutkan industri/bisnis swasta yang ditutup karena krisis ekonomi, dan melanjutkannya sebagai proyek-proyek publik. Di dalam kasus seperti ini, kontrol buruh akan digantikan oleh manajemen langsung oleh buruh.

Penggagasan rencana ekonomi, bahkan rencana ekonomi yang paling mendasar – dari kacamata kaum yang tereksploitasi, bukan kaum yang mengeksploitasi – akan menjadi hal yang tidak mungkin apabila tidak ada kontrol buruh, dalam kata lain, tanpa pengawasan ketat oleh buruh terhadap semua mekanisme terbuka atau tertutup dari ekonomi kapitalisme. Komite-komite yang mewakili perusahaan-perusahaan swasta harus bertemu di dalam sebuah konferensi guna memilih komite-komite konglomerasi, komite-komite seluruh cabang industri, komite-komite daerah ekonomi, dan akhirnya, komite-komite industri nasional secara menyeluruh. Maka dari itu, kontrol buruh menjadi sebuah sekolah perencanaan ekonomi. Dari pengalaman kontrol ini, kelas proletar akan mempersiapkan dirinya sendiri untuk secara langsung menjalankan industri nasional bila waktunya tiba.

Untuk para kapitalis, terutama kapitalis kecil dan menengah, yang secara sukarela kadang-kadang menawarkan untuk membuka pembukuan mereka kepada para pekerja – biasanya untuk mendemonstrasikan perlunya menurunkan gaji – para pekerja menjawab bahwa mereka tidak tertarik dengan pembukuan bisnis-bisnis perorangan yang bangkrut atau setengah-bangkrut, tetapi hanya tertarik dengan pembukuan semua kapitalis secara keseluruhan. Kaum pekerja tidak dapat dan tidak ingin menurunkan taraf hidup mereka demi kepentingan tiap-tiap kapitalis, yang juga adalah korban dari rejim mereka sendiri. Tugas yang harus dilakukan adalah untuk mengorganisir kembali seluruh sistem produksi dan distribusi ke dalam basis yang lebih rasional dan terhormat. Bila penghapusan rahasia bisnis merupakan kondisi yang diperlukan di dalam kontrol buruh, maka kontrol buruh adalah langkah pertama menuju ekonomi yang berdasarkan sosialisme.

Penyitaan Hak Milik Kelompok-Kelompok Kapitalis Tertentu

Selama periode transisional sekarang ini, program sosialisme untuk ekspropriasi, yakni penggulingan kaum borjuis secara politik dan likuidasi dominasi ekonomi mereka, tidak boleh menghalangi kita untuk menuntut ekspropriasi beberapa cabang industri yang penting bagi kepentingan nasional atau ekspropriasi kelompok borjuis yang paling parasitik, bila keadaan mengijinkan kita untuk melakukan hal tersebut.

Maka, untuk menjawab keluhan-keluhan panjang yang menyedihkan dari para tuan-nyonya demokrat mengenai kediktaturan “60 Keluarga Besar” dari Amerika Serikat dan “200 Keluarga Besar” dari Prancis, kita dorong tuntutan ekspropriasi 60 atau 200 keluarga feodal kapitalis tersebut.

Dengan cara yang sama, kita tuntut ekspropriasi korporasi-korporasi yang memonopoli industri perang, rel kereta api, sumber daya alam yang penting, dll.

Perbedaan antara tuntutan-tuntutan ini dan slogan “nasionalisasi” dari kaum reformis yang kebingungan adalah: (1) kita menolak memberikan kompensasi; (2) kita memperingatkan massa mengenai bahaya demagogi dari Front Rakyat yang, walaupun berbicara mengenai nasionalisasi, pada kenyataannya tetap merupakan agen kapitalis; (3) kita menyerukan kepada massa untuk hanya bersandar pada kekuatan revolusioner mereka sendiri; (4) kita menghubungkan masalah ekspropriasi dengan masalah pengambilalihan kekuasaan oleh buruh dan tani.

Perlunya mendorong slogan ekspropriasi dalam bentuk yang parsial di dalam agitasi sehari-hari, dan bukan hanya di dalam propaganda kita yang lebih komprehensif, ditentukan oleh kenyataan bahwa cabang-cabang industri yang berbeda berada di tingkat perkembangan yang berbeda satu sama lain, menempati posisi yang berbeda di dalam kehidupan masyarakat, dan melewati tahap-tahap perjuangan kelas yang berbeda. Hanya sebuah kebangkitan revolusioner kaum proletariat secara menyeluruh yang mampu melaksanakan ekspropriasi kaum borjuis secara total. Tugas dari tuntutan transisional adalah untuk menyiapkan kaum proletar untuk mengeksprosiasi kaum borjuis secara total.

Ekspropriasi Bank-Bank Swasta dan Nasionalisasi Sistem Kredit

Imperialisme berarti sebuah dominasi kapital finansial. Berdampingan dengan konglomerasi dan sindikat-sindikat bisnis, dan lebih sering justru mendominasi mereka, bank-bank mengkonsentrasikan di tangan mereka kontrol atas ekonomi. Di dalam struktur mereka ini, secara terkonsentrasikan bank-bank mengekspresikan seluruh struktur kapitalisme modern. Mereka mengorganisir keajaiban-keajaiban teknologi, perusahaan-perusahaan raksasa, konglomerasi-konglomerasi raksasa; dan mereka juga mengorganisir harga-harga tinggi, krisis, dan pengangguran. Bila pos komando bank-bank ini masih berada di tangan kapitalis-kapitalis pemangsa, maka tidak mungkin kita bisa mengambil satu langkah serius di dalam perjuangan melawan despotisme monopoli dan anarki kapitalisme – yang membantu satu sama lain di dalam usaha mereka untuk menghancurkan dunia. Untuk menciptakan sebuah sistem investasi dan kredit yang terkonsolidasi, sesuai dengan sebuah rencana yang rasional yang berdasarkan kepentingan seluruh rakyat, maka semua bank harus dimerger menjadi satu institusi nasional. Hanya ekspropriasi bank-bank swasta dan pengkonsentrasian seluruh sistem kredit ke tangan negara yang akan menyediakan sistem kredit tersebut dengan sumber daya material yang diperlukan untuk perencanaan ekonomi, bukan hanya di atas kertas dan birokrasi saja.

Ekspropriasi bank sama sekali bukan berarti penyitaan tabungan-tabungan yang berada di bank-bank tersebut. Sebaliknya, bank negara tunggal akan lebih mampu menciptakan kondisi yang lebih baik bagi para penabung kecil dibandingkan bank-bank swasta. Sebagaimana juga, hanya bank negara yang mampu memberikan kondisi yang lebih baik kepada para petani dan pedagang kecil dengan memberikan kredit murah. Bahkan yang lebih penting adalah keadaan di mana seluruh ekonomi – terutama industri besar dan transportasi yang diatur oleh institusi finansial tunggal – akan melayani kepentingan vital para buruh dan seluruh pekerja lainnya.

Akan tetapi, nasionalisasi bank hanya akan menciptakan hasil-hasil yang baik tersebut bila kekuasaan negara juga pindah sepenuhnya dari tangan para penghisap ke tangan kaum pekerja.

Garis Piket, Milisi Kelas Buruh, dan Penyenjataan Kaum Proletar

Mogok kerja okupasi adalah sebuah peringatan yang serius dari massa yang ditujukan bukan hanya kepada kaum borjuis, tetapi juga kepada organisasi-organisasi buruh, termasuk Internasional Keempat. Pada tahun 1919-20, para pekerja Italia menyita pabrik-pabrik dengan inisiatif dari diri mereka sendiri, dan dengan aksi tersebut mereka memberikan sinyal kepada “pemimpin-pemimpin” mereka akan datangnya revolusi sosial. “Pemimpin-pemimpin” ini menghiraukan sinyal tersebut. Akibatnya, fasisme meraih kemenangan.

Mogok kerja okupasi belumlah berarti penyitaan pabrik-pabrik seperti halnya di Italia, tetapi mereka adalah sebuah langkah yang penting menuju aksi penyitaan. Krisis sekarang ini dapat mempertajam perjuangan kelas sampai pada poin yang ekstrim dan membawa kita lebih dekat ke garis akhir di mana semuanya akan menjadi jelas. Tetapi ini bukan berarti bahwa situasi revolusioner datang dengan satu pukulan. Sebenarnya, kedatangan situasi revolusioner ditandai oleh serentetan gejolak yang berkelanjutan. Salah satunya adalah gelombang mogok kerja okupasi. Tugas seksi-seksi Internasional Keempat adalah untuk membantu kaum pelopor proletar untuk mengerti karakter umum dan tempo dari era sekarang ini dan untuk membuat perjuangan massa lebih produktif dengan kebijakan-kebijakan yang lebih tegas dan bersifat organisasional.

Menajamnya perjuangan proletar berarti menajamnya metode yang digunakan oleh kapitalis untuk memukul balik. Tidak diragukan sama sekali bahwa gelombang-gelombang baru mogok kerja okupasi akan menyebabkan pukulan balik yang lebih keras dari kaum borjuis. Persiapan untuk memukul balik sudah dilaksanakan oleh staf-staf rahasia dari konglomerasi besar. Suatu kemalangan bagi organisasi revolusioner, suatu kemalangan bagi kaum proletar bila mereka sekali lagi tidak siap menghadapi pukulan balik ini!

Kaum borjuis sama sekali tidak puas dengan pasukan polisi dan tentara yang ada. Di Amerika Serikat, bahkan di saat periode yang “damai”, kaum borjuis memiliki batalion buruh pengkhianat (“mangkir”) dan preman-preman bersenjata di pabrik-pabrik. Sekarang, batalion-batalion tersebut ditambah lagi oleh berbagai macam kelompok Nazi Amerika. Saat mereka merasa terancam, kaum borjuis Perancis memobilisasi pasukan-pasukan fasis yang semi-legal atau ilegal, termasuk di dalamnya adalah pasukan tentara. Ketika tekanan dari kaum pekerja Inggris menjadi lebih kuat, seketika itu juga kelompok-kelompok fasis jumlahnya meningkat berlipat ganda untuk menghancurkan para pekerja. Kaum borjuis mengerti bahwa di dalam periode sekarang ini konflik kelas secara tidak terelakkan cenderung berubah menjadi perang sipil. Contoh-contoh di Italia, Jerman, Austria, Spanyol, dan negara lainnya mengajarkan fakta tersebut lebih kepada kaum kapitalis dan pelayan-pelayannya daripada kepada pemimpin-pemimpin resmi kelas proletar.

Politisi-politisi Internasional Kedua dan Ketiga, dan juga kaum birokrat serikat buruh, secara sadar menutup mata mereka terhadap pasukan tentara bayaran kaum borjuis; bila mereka tidak menutup mata mereka, mereka tidak akan mampu mempertahankan aliansi mereka dengan kaum borjuis. Kaum reformis ini secara sistematis menanamkan ke dalam otak para pekerja bahwa kesucian demokrasi akan terjaga dengan sangat baik bila kaum borjuis mempunyai senjata lengkap dan kaum pekerja tidak bersenjata.

Tugas dari Internasional Keempat [10] adalah untuk mengakhiri kebijakan-kebijakan bodoh tersebut untuk selama-lamanya. Kaum demokrat borjuis kecil, termasuk kaum Sosial Demokrat, Stalinis, dan Anarkis, semakin mereka menyerah kepada fasisme dalam ketakutannya, semakin kencang mereka berteriak melawan fasisme. Hanya detasemen-detasemen pekerja bersenjata, yang didukung oleh puluhan juta pekerja, dapat mengalahkan kelompok-kelompok fasis ini. Perjuangan melawan fasisme bukan dimulai di kantor editorial kaum liberal, tetapi di pabrik-pabrik – dan berakhir di jalanan. Para buruh pengkhianat dan preman-preman bayaran adalah inti dasar dari pasukan fasis. Pasukan piket mogok kerja adalah inti dasar dari pasukan tentara proletar. Inilah titik tolak kita. Di setiap mogok kerja dan demonstrasi, kita perlu menyebarluaskan gagasan akan pentingnya membentuk kelompok buruh untuk pertahanan-diri. Adalah perlu untuk mengikutsertakan slogan ini di dalam program dari sayap revolusioner serikat buruh. Adalah perlu, bilamana memungkinkan, dimulai dengan kelompok kaum muda, untuk mengorganisir kelompok pertahanan-diri, untuk melatih dan memperkenalkan mereka bagaimana menggunakan senjata.

Sebuah kebangkitan gerakan massa yang baru harus digunakan untuk meningkatkan jumlah unit-unit pertahanan-diri ini, dan juga untuk menyatukan mereka dalam skala komunitas, kota, dan regional. Kebencian kaum buruh kepada buruh pengkhianat, preman-preman, dan kaum fasis perlu diberikan sebuah ekspresi yang terorganisir. Untuk memastikan keutuhan dan keamanan organisasi-organisasi buruh, pertemuan-pertemuan buruh, dan media pres buruh, sebuah slogan Milisi Buruh harus dikumandangkan.

Hanya dengan kerja agitasi dan organisasi yang sistematis, konsisten, tak kenal lelah, dan berani, yang selalu berdasarkan pengalaman rakyat sendiri, hanya dengan itu kita bisa menyingkirkan tradisi penurut dan pasif dari kesadaran mereka; bisa melatih detasemen-detasemen pejuang yang heroik yang mampu menjadi teladan bagi semua pekerja; bisa mengalahkan preman-preman konter-revolusioner; bisa meningkatkan kepercayaan diri kaum yang terhisap dan tertindas; bisa melemahkan fasisme di mata kaum borjuis kecil dan membuka jalan bagi penaklukkan kekuasaan oleh kelas proletar.

Engels mendefinisikan negara sebagai “institusi orang-orang bersenjata”. Penyenjataan kaum proletar adalah elemen pendamping yang sangat penting bagi perjuangan pembebasan mereka. Bila kaum proletar berkehendak mempersenjatai dirinya, mereka akan menemukan jalan dan cara untuk melakukan hal tersebut. Dalam hal ini, Internasional Keempat akan mengambil kepemimpinan.

Aliansi Kaum Buruh dan Tani

Kaum pekerja pertanian adalah saudara perjuangan dan rekan kaum pekerja di pedesaan. Mereka adalah dua bagian dari satu kesatuan kelas yang sama. Kepentingan mereka tidak dapat dipisahkan. Tuntutan transisional kaum pekerja industrial, dengan sedikit perubahan disana dan disini, adalah juga program transisional kaum proletar pertanian.

Kaum tani merepresentasikan kelas yang berbeda: mereka adalah kaum borjuis kecil pedesaan. Kaum borjuis kecil terdiri dari lapisan yang berbeda-beda, dari lapisan semi-proletar sampai ke elemen-elemen yang mengeksploitasi. Berdasarkan pengamatan ini, tugas politik dari kaum proletar industrial adalah untuk membawa perjuangan kelas ke pedesaan. Hanya dengan demikian ia akan mampu menarik garis pemisah antara sekutunya dan musuhnya.

Keunikan dari perkembangan di tiap-tiap negara mengekspresikan dirinya secara unik di dalam status petani dan kaum borjuis kecil kota (pengrajin dan pemilik toko kelontong) yang ada di negara tersebut. Kelas-kelas ini, walaupun jumlahnya banyak, sebenarnya adalah perwakilan kelas dari sistem produksi pra-kapitalisme yang masih hidup. Seksi-seksi dari Internasional Keempat harus memformulasikan sebuah program tuntutan transisional yang menyangkut petani dan kaum borjuis kecil urban, yang bersifat konkrit dan sesuai dengan kondisi di tiap-tiap negara. Kaum pekerja yang termaju harus mempelajari bagaimana memberikan solusi yang jelas dan konkrit terhadap masalah-masalah yang disodorkan oleh kaum tani dan borjuis kecil yang kelak akan menjadi sekutunya.

Walaupun petani tetap akan menjadi produsen kecil yang “independen”, dia membutuhkan kredit murah, mesin-mesin pertanian dan pupuk dengan harga yang terjangkau, kondisi transportasi yang baik, dan kondisi pasar yang adil untuk hasil pertaniannya. Tetapi bank-bank, perusahaan-perusahaan kongsi, dan para pedagang merampok kaum tani dari segala sisi. Hanya kaum tani sendiri dengan bantuan kaum buruh dapat menghentikan perampokan ini. Komite-Komite yang dipilih oleh para petani kecil harus dibentuk secara nasional dan bersama-sama dengan komite-komite pekerja dan komite-komite pegawai bank mengambil alih kendali transportasi, kredit, dan operasi perdagangan yang berkaitan dengan pertanian.

Dengan memutarbalikkan fakta mengenai tuntutan-tuntutan buruh “yang berlebihan”, kaum borjuis besar dengan pandai mengubah isu harga barang menjadi pemisah yang memecah persatuan antara kaum buruh dan tani, dan antara kaum buruh dan kaum borjuis kecil perkotaan. Para petani, pengrajin, pedagang kecil, tidak dapat menuntut kenaikan gaji ketika harga-harga barang naik. Mereka tidak seperti kaum buruh industri, pegawai kantor dan pegawai negeri, yang bisa menuntut kenaikan gaji. Pergelutan negara dalam menghadapi harga-harga barang yang tinggi hanyalah sebuah muslihat untuk menipu rakyat. Tetapi, para petani, pengrajin, dan pedagang kecil, dalam kapasitasnya sebagai konsumen, dapat mengintervensi politik pengaturan-harga-barang bersama-sama dengan kaum pekerja. Menghadapi keluhan-keluhan kaum kapitalis akan ongkos produksi, ongkos transportasi dan perdagangan, para konsumen menjawab: “Tunjukkan pembukuan anda; kami menuntut kendali atas kontrol harga-harga barang.” Organ-organ untuk fungsi pengontrolan harga barang ini adalah komite-komite pengontrol harga barang, yang beranggotakan delegasi-delegasi dari pabrik-pabrik, serikat buruh, koperasi, organisasi-organisasi petani, “pedagang kecil” dari perkotaan, ibu rumah tangga, dsb. Dengan cara seperti ini, kaum pekerja dapat membuktikan kepada para petani bahwa alasan sesungguhnya mengapa harga-harga barang membumbung tinggi adalah bukan karena upah yang tinggi, tetapi karena laba besar kaum kapitalis dan ongkos dari anarki kapitalisme.

Program nasionalisasi tanah dan kolektivisasi pertanian tidak boleh dipaksakan kepada petani-petani kecil. Para petani akan tetap menjadi pemilik tanahnya selama dia masih percaya bahwa hal tersebut mungkin atau diperlukan. Untuk merehabilitisasi program sosialisme di mata petani, adalah perlu untuk mengekspos metode kolektivisasi Stalinis, yang bukan didikte oleh kepentingan para petani atau pekerja, tetapi oleh kepentingan kaum birokrat.

Penyitaan hak-milik kaum borjuis besar tidak berarti pemaksaan penyitaan properti para pengrajin dan pedagang kecil. Justru sebaliknya, pengendalian bank-bank dan perusahaan-perusahaan kongsi oleh kaum buruh – terlebih lagi, nasionalisasi mereka – dapat menciptakan kondisi yang jauh lebih baik bagi kaum borjuis kecil perkotaan untuk memperoleh kredit dan berdagang; jauh lebih baik dibandingkan di bawah dominasi monopoli yang tidak terkendali. Ketergantungan kepada kapital swasta akan digantikan oleh ketergantungan kepada negara, yang akan memberikan lebih banyak perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan sekutu-sekutunya bilamana rakyat pekerja mengendalikan negara tersebut di tangan mereka sendiri.

Partisipasi praktis dari para petani yang tertindas di dalam pengendalian berbagai macam aspek-aspek ekonomi akan memberikan mereka kesempatan untuk memutuskan untuk diri mereka sendiri: apakah akan menguntungkan bagi mereka untuk pindah ke sistem kolektivisasi pertanian – kapan dan dalam skala apa. Kaum buruh industri harus melihat diri mereka sebagai pihak yang berkewajiban untuk bekerja sama di dalam setiap kesempatan dengan para petani dalam perjalanan mereka menuju kolektivisasi; melalui serikat-serikat buruh, komite-komite pabrik, dan yang terutama, melalui pemerintahan buruh dan tani.

Aliansi yang dikedepankan oleh kaum proletar – bukan kepada "kelas menengah" secara umum tetapi kepada lapisan-lapisan borjuis kecil pedesaan dan perkotaan yang tereksploitasi, dalam melawan semua kaum penghisap termasuk mereka-mereka yang dari “kelas menengah” – harus berdasarkan persetujuan sukarela, bukan paksaan; dan aliansi ini harus dikonsolidasikan di dalam sebuah “kontrak” yang khusus. “Kontrak” ini adalah program tuntutan transisional yang diterima secara sukarela oleh kedua belah pihak.

Perjuangan Melawan Imperialisme dan Perperangan

Situasi dunia secara keseluruhan, dan sebagai akibatnya juga kehidupan politik internal tiap-tiap negeri, sekarang dikabuti oleh ancaman perang dunia. Bencana yang semakin dekat ini sudah menyebabkan gelombang kecemasan bagi massa luas.

Dengan lebih penuh percaya diri, Internasional Kedua mengulangi garis politik tahun 1914 mereka yang buruk karena sekarang Komintern-lah yang pertama kali memainkan lagu sovinisme. Segera setelah bahaya perperangan mengambil bentuk yang konkrit, kaum Stalinis segera menjadi pendukung dari apa yang disebut “pertahanan nasional”; melebihi aksi dari kaum pasifis borjuis dan borjuis kecil. Maka dari itu, perjuangan revolusioner melawan perperangan jatuh sepenuhnya di pundak Internasional Keempat.

Kebijakan Bolshevik-Leninis mengenai masalah ini, yang diformulasikan di dalam tesis Sektrariat Internasional (War and the Fourth International, 1934), masih menyimpan semua kekuatannya sampai sekarang.

Di dalam periode mendatang, kesuksesan sebuah partai revolusioner akan bergantung secara utama pada kebijakannya mengenai masalah perang. Sebuah kebijakan yang tepat mengandung dua elemen: sikap tanpa kompromi terhadap imperialisme dan perperangan mereka, dan kemampuan untuk mendasarkan program partai dari pengalaman massa.

Kaum borjuis dan agen-agennya menggunakan masalah perperangan untuk menipu rakyat dengan abstraksi-abstraksi, formula-formula umum, retorika-retorika: “netralitas”, “pertahanan kolektif”, “mempersenjatai diri untuk mempertahankan perdamaian”, “perjuangan melawan fasisme”, dan sebagainya. Semua formula tersebut pada akhirnya tereduksi menjadi fakta bahwa masalah perang, atau dalam kata lain nasib rakyat, ada di tangan kaum imperialis, staf-staf pemerintah mereka, diplomat-diplomat mereka, jendral-jendral mereka, dengan semua intrik dan perkomplotan mereka dalam melawan rakyat.

Internasional Keempat sangat menentang segala abstraksi yang mempunyai peran yang sama di dalam kubu demokrat seperti halnya di dalam kubu fasis, yakni abstraksi mengenai “kehormatan”, “darah”, “ras”. Tetapi, tidaklah cukup hanya dengan menentang. Kita perlu membantu massa untuk membedakan esensi konkrit dari abstraksi palsu ini, dengan menggunakan kriteria, slogan, dan tuntutan yang dapat membuktikan kepalsuan abstraksi tersebut.

“Pelucutan Senjata?” – Tetapi seluruh permasalahannya adalah siapa yang akan melucuti siapa. Satu-satunya pelucutan yang dapat mencegah atau menghentikan perang ini adalah pelucutan kaum borjuis oleh kaum pekerja. Tetapi untuk melucuti kaum borjuis, kaum pekerja harus mempersenjatai diri mereka sendiri.

“Netralitas?” – Tetapi kaum proletar tidaklah netral sama sekali di dalam perperangan antara Jepang dan Tiongkok, atau perang antara Jerman dan Uni Soviet. “Apakah ini berarti membela Tiongkok dan Uni Soviet?” Tentu saja! Tetapi bukan oleh kaum imperialis yang akan mencekik Tiongkok dan Uni Soviet.

“Membela tanah air?” – Tetapi melalui abstraksi ini, kaum borjuis melihatnya sebagai membela laba dan jarahan mereka. Kita siap membela tanah air kita dari kaum kapitalis asing, bila kita pertama-tama mengikat tangan dan kaki kaum kapitalis kita sendiri dan mencegah mereka dari menyerang negara asing lainnya; bila kaum buruh dan tani di negera kita menjadi penguasa negerinya sendiri, bila kekayaan bangsa ini dipindahkan dari tangan kaum minoritas yang kecil ke tangan rakyat; bila pasukan tentara menjadi senjata kaum yang tertindas, bukannya senjata kaum penindas.

Kita perlu menerjemahkan ide-ide fundamental tersebut ke dalam ide-ide yang lebih konkrit dan relevan, tergantung dari arus peristiwa di lapangan dan orientasi kesadaran massa. Dan juga, kita harus bisa membedakan dengan tegas perbedaan antara pasifismenya kaum diplomat, profesor, jurnalis, dengan pasifismenya tukang kayu, buruh tani, dan buruh perempuan. Pasifisme yang pertama adalah sebuah topeng dari imperialisme; sedangkan pasifisme yang kedua adalah ekspresi ketidakpercayaan terhadap imperialisme, sebuah ekspresi dari massa yang kebingungan. Ketika kaum tani kecil atau kaum pekerja berbicara mengenai pembelaan tanah air, yang mereka maksud adalah mempertahankan rumahnya, keluarganya, dan keluarga lainnya dari serangan militer, bom, dan gas beracun. Bagi kaum kapitalis dan jurnalis-jurnalisnya, membela tanah air berarti penaklukan koloni-koloni dan pasar, peningkatan “pendapatan negara di dalam dunia” yang dilakukan secara predatoris. Pasifisme dan patriotisme kaum borjuis adalah penuh kebohongan. Di dalam pasifisme dan bahkan patriotisme dari kaum tertindas, ada elemen-elemen yang merefleksikan sebuah kebencian terhadap perang yang destruktif dan keteguhan untuk berpegang pada apa yang mereka percaya baik untuk diri mereka; kita harus tahu bagaimana caranya menangkap elemen-elemen tersebut supaya kesimpulan yang diperlukan dapat tercapai.

Menggunakan pertimbangan-pertimbangan di atas sebagai titik tolak, Internasional Keempat mendukung setiap tuntutan, bahkan bila tuntutan tersebut tidak memadai, jikalau tuntutan tersebut dapat mendorong massa ke dalam aktifitas politik, membangunkan sikap kritis mereka dan menguatkan kendali mereka terhadap mesin-mesin borjuis.

Dari sudut pandang ini, seksi Amerika kita, contohnya, mendukung sepenuhnya proposal untuk mengadakan referendum mengenai masalah deklarasi perang. Kita mengerti bahwa perubahan demokratis sendirinya tidak akan mampu mencegah kelas penguasa untuk memprovokasi perang bila mereka menginginkan itu. Kita perlu memberikan peringatan yang jujur mengenai hal ini. Tetapi, walaupun massa mempunyai ilusi terhadap referendum ini, dukungan mereka terhadap referendum ini mencerminkan ketidakpercayaan kaum buruh dan tani terhadap pemerintahan borjuis. Tanpa mendukung ilusi ini, kita perlu dengan semua kekuatan mendukung ketidakpercayaan kaum tertindas terhadap penindasnya, ketidakpercayaan yang progresif ini. Semakin luas gerakan referendum ini, semakin cepat kaum pasifis borjuis akan menghindar dari referendum ini; pengkhianat Komintern akan semakin terekspos secara penuh; ketidakpercayaan rakyat terhadap kaum imperialis akan menjadi semakin tajam.

Dari sudut pandang tersebut, kita perlu mengedepankan tuntutan: hak pilih bagi laki-laki dan perempuan di atas umur 18 tahun. Mereka-mereka yang akan dipanggil untuk mati bagi tanah air harus memiliki hak untuk memilih sekarang. Perjuangan menentang perang harus pertama-tama dimulai dengan mobilisasi revolusioner kaum muda.

Masalah perang ini harus diterangi dari segala sudut, dengan bertolak dari sisi dimana rakyat harus menghadapi masalah perperangan ini.

Perang adalah bisnis yang sangat besar, terutama bagi industri perang. Oleh karena itu, “60 Keluarga Amerika” adalah kaum patriot yang terdepan dan provokator perang yang terutama. Kontrol buruh terhadap industri perang adalah langkah pertama dalam perjuangan melawan “produsen” perang ini.

Terhadap slogan kaum reformis: kenaikan pajak terhadap laba perang, kita dorong ke depan slogan: penyitaan laba perang dan penyitaan para penyeludup dalam industri perang. Dimana industri militer sudah “dinasionalisasi”, slogan kontrol buruh adalah slogan yang masih menyimpan kekuatan penuh. Kaum proletar tidak mempercayai pemerintahan kaum borjuis seperti halnya dia tidak mempercayai setiap kaum kapitalis.

Tidak seseorangpun dan tidak satu senpun untuk pemerintah borjuis ini!

Tolak program penyenjataan, dukung program proyek pekerjaan umum yang berguna!

Kebebasan penuh bagi organisasi-organisasi buruh dari kendali polisi-militer!

Sekarang juga, kita harus merebut kembali nasib rakyat dari tangan komplotan imperialis yang tamak dan kejam ini, yang merencanakan sesuatu yang buruk di belakang punggung rakyat. Berdasarkan ini, kami menuntut:

1) Hapus diplomasi rahasia secara total;

2) Semua perjanjian dan kesepakatan antara pemerintah harus dapat dapat diakses oleh semua kaum burun dan tani;

3) Pelatihan militer dan penyenjataan kaum pekerja dan tani di bawah kontrol langsung komite-komite buruh dan tani;

4) Pembentukan sekolah-sekolah militer untuk melatih komandan dari rakyat pekerja, yang dipilih oleh organisasi-organisasi buruh;

5) Ganti tentara tetap dengan milisi rakyat, yang terikat dengan pabrik-pabrik, tambang, pertanian, dsb.

Perang imperialis adalah kelanjutan dan penajaman dari politik predatoris kaum borjuis. Perjuangan kaum proletar dalam melawan perang imperialis adalah kelanjutan dan penajaman perjuangan kelas. Awal periode perang mengubah situasi dan secara parsial mengubah metode perjuangan antara kelas-kelas, tetapi tidak mengubah tujuan dan arah fundamental perjuangan ini. Kaum borjuis imperialis mendominasi dunia ini. Dalam karakternya yang fundamental, maka peperangan yang semakin dekat ini akan menjadi sebuah perang imperialis. Oleh karena itu, secara fundamental isi politik dari kaum proletar internasional adalah perjuangan melawan imperialisme dan perang imperialis. Di dalam perjuangan ini, prinsip dasarnya adalah: “musuh utama kita adalah negara kita sendiri” atau “kekalahan negara kita sendiri (imperialis) adalah lebih baik.”

Tetapi tidak semua negara di dunia adalah negara imperialis. Sebaliknya, mayoritas negara di dunia adalah korban imperialisme. Beberapa negara kolonial dan semi-kolonial pasti akan berusaha menggunakan perang ini untuk meringankan beban perbudakan mereka. Perang mereka bukan merupakan perang imperialisme, tetapi perang kemerdekaan. Adalah tugas kaum proletar internasional untuk membantu negara-negara yang tertindas ini di dalam perang mereka melawan penindas mereka. Tugas yang sama berlaku dalam hal membantu Uni Soviet, atau negara buruh manapun yang mungkin lahir sebelum atau selama peperangan. Kekalahan setiap negara imperialis di dalam perjuangan melawan negara buruh atau negara kolonial adalah hal yang lebih baik.

Akan tetapi, kaum buruh negara-negara imperialis tidak akan dapat menolong sebuah negara anti-imperialis melalui pemerintahan mereka sendiri, tidak peduli apapun hubungan diplomatik dan militer antara dua negara tersebut. Bila pemerintahan tersebut membentuk aliansi sementara, yang pada dasarnya adalah aliansi yang tidak dapat diandalkan, maka kaum proletar negara imperialis tetap akan menjadi oposisi kelas melawan pemerintahannya sendiri dan mendukung “sekutu” non-imperialis ini dengan metodenya sendiri, dengan kata lain melalui metode perjuangan kelas internasional (agitasi bukan hanya dalam melawan sekutu pengkhianat mereka, tetapi juga agitasi dalam mendukung pembentukan pemerintahan buruh di negara koloni; boikot dan mogok kerja di dalam situasi tertentu; penolakan boikot dan mogok kerja di situasi yang lain, dsb.)

Dalam mendukung negara kolonial atau Uni Soviet di dalam sebuah peperangan, kaum proletar sama sekali tidak mendukung pemerintahan borjuis dari negara kolonial atau birokrasi Thermidorian [11] Uni Soviet. Sebaliknya, kaum proletar menjaga kemandirian politik mereka secara penuh. Dengan memberikan bantuan di dalam perang yang memperjuangkan keadilan dan progresif, kaum proletar revolusioner akan meraih simpati para buruh di negara-negara kolonial dan Uni Soviet, mereka akan memperkuat otoritas dan pengaruh Internasional Keempat dan meningkatkan kemampuan mereka untuk membantu menumbangkan pemerintahan borjuis di negara-negara kolonial dan menumbangkan birokrasi yang reaksioner di Uni Soviet.

Di awal periode peperangan, seksi-seksi Internasional Keempat secara tidak terelakkan akan menemui diri mereka terisolasi: setiap perang mengejutkan massa dan mendorong mereka ke sisi aparatus pemerintahan. Kaum internasionalis harus berenang melawan arus. Akan tetapi, kehancuran and kesengsaraan yang dibawa oleh perang baru ini, yang di dalam bulan-bulan pertamanya akan menyebabkan kengerian yang penuh darah yang jauh melebihi periode 1914-18 (periode Perang Dunia Pertama), ini akan secara cepat menyadarkan massa. Ketidakpuasan massa dan pemberontakan mereka akan tumbuh dengan loncatan yang cepat. Seksi-seksi Internasional Keempat akan menemui diri mereka di muka gelombang revolusi. Program tuntutan transisional akan menjadi kenyataan yang membara. Masalah penaklukan kekuasaan oleh kaum proletar akan menjadi nyata.

Sebelum menghabisi atau menenggelamkan umat manusia ke dalam lautan darah, kapitalisme mengotori atmosfer dunia dengan kabut beracun kebencian nasional dan rasisme. Sentimen anti-Yahudi sekarang adalah salah satu goncangan yang paling jahat dari kematian kapitalisme.

Sebuah penyingkapan tanpa kompromi terhadap akar rasisme dan semua bentuk kecongkakan nasionalisme dan sovinisme, terutama sentimen anti-Yahudi, harus menjadi bagian dari tugas sehari-hari semua seksi Internasional Keempat, sebagai bagian yang paling penting dari perjuangan melawan imperialisme dan peperangan. Slogan dasar kita tetap sama: Buruh Sedunia, Bersatulah!

Pemerintahan Buruh dan Tani

Formula ini, yakni “pemerintahan buruh dan tani”, pertama kali muncul di dalam agitasi Bolshevik pada tahun 1917 dan diterima setelah Revolusi Oktober. Pada akhirnya, ini adalah sebutan populer bagi kediktaturan proletariat yang sudah terbentuk. Arti penting dari sebutan ini datang secara terutama dari kenyataan bahwa ia menggarisbawahi sebuah aliansi antara kaum proletar dan tani yang merupakan basis kekuatan Soviet.

Ketika para pemalsu sejarah dari Komintern mencoba menghidupkan kembali formula “kediktaturan demokratis kaum proletar dan tani” yang sudah terkubur oleh sejarah, mereka memberikan formula “pemerintahan buruh dan tani” sebuah karakter yang benar-benar berbeda, yang benar-benar bersifat “demokratis”, dalam kata lain sebuah karakter yang bersifat borjuis; ini bertolak belakang dengan kediktaturan proletariat. Kaum Bolshevik-Leninis secara tegas menolak slogan “pemerintahan buruh dan tani” versi demokrasi-borjuis. Kaum Bolshevik-Leninis selalu menekankan bahwa: bila partai kaum proletar menolak untuk melangkahi batas-batas demokrasi borjuis, maka aliansinya dengan kaum tani akan menjadi dukungan terhadap kaum kapitalis, seperti yang dilakukan oleh kaum Menshevik dan Sosial-Revolusioner pada tahun 1917, seperti halnya dengan Partai Komunis Tiongkok pada tahun 1925-27, dan seperti halnya dengan “Front Rakyat” di Spanyol, Prancis, dan negara-negara lainnya.

Dari bulan April sampai September 1917, kaum Bolshevik menuntut kaum Menshevik dan SR untuk pecah dari kaum borjuis liberal dan mengambil kekuasaan ke dalam tangan mereka sendiri. Di bawah ketentuan tersebut, Partai Bolshevik menjanjikan kepada Menshevik dan SR, yang merupakan perwakilan borjuis kecil dari kaum buruh dan tani, bahwa mereka akan memberikan bantuan revolusioner dalam melawan kaum borjuis. Pada saat yang sama, Partai Bolshevik secara tegas menolak masuk pemerintahan Menshevik dan SR dan menolak untuk bertanggungjawab secara politis atas pemerintahan tersebut. Bila Partai Menshevik dan SR memecahkan diri dari Partai Cadets (kaum liberal) dan imperialisme asing, maka “pemerintahan buruh dan tani” yang mereka bentuk akan segera mempercepat dan memfasilitasi pembentukan kediktaturan proletariat. Dan inilah sebenarnya mengapa kepemimpinan kaum demokrat borjuis kecil menolak dengan segala kekuatannya untuk membentuk pemerintahannya sendiri. Pengalaman Rusia menunjukkan, dan pengalamanan di Spanyol dan Prancis sekali lagi mengkonfirmasikan, bahwa bahkan di dalam kondisi yang sangat mendukung, partai-partai demokrasi borjuis kecil (SR, Sosial Demokrat, Stalinis, Anarkis) tidak mampu membentuk sebuah pemerintahan buruh dan tani, yakni sebuah pemerintahan yang independen dari kaum borjuis.

Walaupun begitu, tuntutan kaum Bolshevik yang ditujukan kepada Menshevik dan SR: “Pecah dari kaum borjuis, ambil kekuasaan ke dalam tanganmu sendiri!” mempunyai nilai pendidikan yang besar bagi rakyat. Ketidakinginan untuk mengambil kekuasaan, yang terekspos secara dramatis selama Hari-Hari Juli [12], membuat reputasi Menshevik dan SR hancur di mata rakyat dan mempersiapkan kemenangan Bolshevik.

Tugas utama dari Internasional Keempat adalah membebaskan kaum proletar dari kepemimpinan mereka yang lama, yang sifat konservatifnya tidak sejalan dengan ledakan-ledakan bencana kapitalisme yang sedang hancur dan merupakan halangan utama arus sejarah. Kritik utama yang dikedepankan oleh Internasional Keempat terhadap organisasi-organisasi tradisional kaum proletar adalah kenyataan bahwa mereka tidak ingin pecah dari politik kaum borjuis yang sudah setengah-mati. Di dalam situasi ini, tuntutan yang secara sistematis ditujukan kepada kepemimpinan lama ini adalah: “Pecah dari kaum borjuis, rebut kekuasaan!”; tuntutan ini adalah senjata yang teramat penting untuk mengekspos karakter pengkhianat dari partai-partai dan organisasi-organisasi Internasional Kedua, Ketiga dan Internasional Amsterdam [13]. Maka dari itu, slogan “pemerintahan buruh dan tani” dapat kami terima hanya di dalam kondisi seperti pada tahun 1917 dengan Partai Bolshevik, yakni sebagai slogan anti-borjuis dan anti-kapitalis. Tetapi bukan dengan karakter “demokratis” yang kemudian diberikan oleh para pemalsu sejarah tersebut, yang mengubah slogan tersebut dari jembatan menuju revolusi Sosialis menjadi penghalang utama revolusi Sosialis.

Dari semua partai dan organisasi yang mendasarkan diri mereka pada kaum buruh dan tani dan mewakili mereka, kami menuntut mereka untuk pecah secara politik dari kaum borjuis dan memasuki jalan perjuangan untuk membentuk pemerintahan buruh dan tani. Di dalam perjuangan ini, kami menjanjikan mereka dukungan penuh dalam melawan reaksi kapitalis. Pada saat yang sama, tanpa mengenal lelah kami akan mengembangkan agitasi seputar tuntutan-tuntutan transisional, yang menurut kami harus membentuk program-program dari “pemerintahan buruh dan tani” tersebut.

Apakah pembentukan pemerintahan buruh dan tani oleh organisasi-organisasi tradisional para buruh adalah satu hal yang mungkin? Seperti yang sudah kami paparkan sebelumnya, pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa ini kemungkinannya kecil sekali. Akan tetapi, kita tidak bisa secara pasti menyangkal kemungkinan teoretikal bahwa di bawah pengaruh kondisi-kondisi yang benar-benar unik (peperangan, kekalahan perang, krisis ekonomi, tekanan massa revolusioner, dsb), partai-partai borjuis kecil, termasuk partai-partai Stalinis, bisa bertindak lebih jauh dari apa yang mereka inginkan dalam memecahkan diri dengan kaum borjuis. Dalam segala hal, satu hal yang tidak boleh diragukan: bahkan jika hal yang sangat kecil kemungkinannya ini menjadi realitas dan “pemerintahan buruh dan tani” terbentuk, pemerintahan tersebut hanya akan menjadi sebuah episode pendek dalam perjalanan menuju kediktaturan proletariat yang sesungguhnya.

Akan tetapi, kita tidak perlu bermain tebak-tebakan. Agitasi seputar slogan pemerintahan buruh dan tani dalam segala situasi memiliki sebuah nilai pendidikan yang sangat besar. Dan ini bukanlah suatu kebetulan. Slogan umum ini sejalan dengan perkembangan politik masa sekarang ini (kebangkrutan dan kehancuran partai-partai borjuis yang lama, jatuhnya demokrasi, tumbuhnya fasisme, dorongan yang semakin cepat dari kaum buruh menuju politik yang lebih aktif dan agresif). Oleh karena itu, setiap tuntutan transisional harus menuju ke satu kesimpulan yang sama: kaum buruh harus memisahkan diri dari partai-partai tradisional kaum borjuis guna membangun kekuatan mereka sendiri, bersama-sama dengan petani.

Adalah suatu hal yang mustahil untuk bisa meramalkan apa yang akan menjadi tahap-tahap konkrit dari mobilisasi massa revolusioner. Setiap kali memasuki tahapan yang baru, seksi-seksi Internasional Keempat harus secara kritis mengorientasikan diri mereka dan mengedepankan slogan-slogan yang akan membantu buruh yang sedang berjuang untuk meraih politik yang independen, memperkuat hubungan kaum pelopor dengan rakyat, dan mempersiapkan penaklukkan kekuasaan revolusioner.

Soviet-Soviet

Komite-Komite Pabrik, seperti yang sudah kami paparkan sebelumnya, adalah elemen-elemen kekuasaan ganda di dalam pabrik. Sebagai akibatnya, keberadaan mereka hanyalah mungkin di bawah kondisi dimana tekanan dari massa meningkat. Hal yang serupa adalah benar adanya bagi kelompok-kelompok massa yang berjuang melawan peperangan dan komite-komite pengontrol harga-barang, dan semua pusat pergerakan yang baru. Kemunculan komite-komite tersebut adalah saksi dari kenyataan bahwa perjuangan kelas sudah melewati batas-batas organisasi tradisional kaum proletar.

Akan tetapi, organ-organ dan pusat-pusat yang baru ini akan segera merasakan kekurangan persatuan dan keterbatasan mereka. Tidak ada satupun tuntutan-tuntutan transisional yang dapat dipenuhi di bawah rejim borjuis yang masih berkutat. Pada saat yang sama, memburuknya krisis sosial akan menambah kesengsaraan rakyat dan juga akan meningkatkan ketidaksabaran, kemauan, dan tekanan mereka. Lapisan-lapisan kaum yang tertindas yang baru akan bangkit dan maju dengan tuntutan-tuntutan mereka. Jutaan “rakyat kecil” yang lelah, yang tidak pernah digubris oleh para pemimpin reformis, akan mulai menggedor pintu organisasi-organisasi buruh secara terus-menerus. Kaum pengangguran akan bergabung ke dalam gerakan ini. Para buruh tani, para petani yang sudah hancur atau setengah-hancur, kaum tertindas di perkotaan, para buruh perempuan, ibu-ibu rumahtangga, lapisan proletar intelektual – semua lapisan rakyat ini akan mencari persatuan dan kepemimpinan.

Bagaimana caranya mengharmonisasikan tuntutan-tuntutan dan bentuk-bentuk perjuangan yang berbeda-beda ini, bahkan jika hanya dalam batasan satu kota? Sejarah telah menjawab pertanyaan ini: yaitu melalui soviet-soviet. Soviet-soviet ini akan menyatukan perwakilan-perwakilan dari semua kelompok perjuangan. Untuk tujuan ini, tidak ada seorangpun yang telah mengajukan sebuah bentuk organisasi yang berbeda; ya, karena sangatlah sulit untuk membayangkan bentuk organisasi yang lebih baik. Soviet-soviet tidaklah dibatasi oleh program-program partai yang sudah dibentuk sebelumnya. Mereka membuka pintu mereka lebar-lebar bagi semua yang tertindas. Melalui pintu-pintu ini, perwakilan dari semua strata masyarakat akan masuk karena terdorong oleh arus perjuangan secara keseluruhan. Organisasi ini, yang menjadi luas seiring meluasnya gerakan, akan diperbaharui lagi dan lagi di dalam rahimnya. Semua tendensi politik proletar dapat berjuang untuk meraih kepemimpinan soviet berdasarkan demokrasi yang terluas. Slogan soviet, oleh karena itu, memahkotai program tuntutan transisional.

Soviet hanya dapat lahir pada saat gerakan massa memasuki tahapan revolusioner yang terbuka. Semenjak kelahiran mereka, soviet, yang berperan sebagai pusat dimana jutaan rakyat pekerja bersatu di dalam perjuangan mereka melawan penindasnya, menjadi pesaing dan musuh dari pihak otoritas lokal dan kemudian menjadi pesaing dan musuh pemerintah pusat. Bila komite pabrik menciptakan kekuasaan ganda di dalam pabrik, maka soviet memulai periode kekuasaan ganda di dalam negara.

Kekuasaan ganda pada gilirannya adalah titik kulminasi dari periode transisional. Dua rejim, borjuis dan proletar, berlawanan dalam kondisi yang tak terdamaikan. Konflik di antara mereka adalah tidak terelakkan. Nasib masyarakat tergantung dari hasil pertentangan tersebut. Bila revolusi dikalahkan, maka kediktaturan fasis kaum borjuis akan timbul. Bila revolusi menang, maka kekuasaan soviet-soviet, yakni kediktaturan proletariat dan rekonstruksi sosialis di dalam masyarakat, akan lahir.

Negara-Negara Terbelakang dan Program Tuntutan-Tuntutan Transisional

Negara-negara kolonial dan semi-kolonial pada dasarnya adalah negara terbelakang. Tetapi negara terbelakang adalah bagian dari dunia yang didominasi oleh imperialisme. Oleh karena itu, perkembangan mereka memiliki karakter kombinasi: bentuk ekonomi yang paling primitif dikombinasikan dengan teknik dan kebudayaan kapitalis yang terbaru. Sama halnya dengan perjuangan politik kaum proletar dari negara-negara terbelakang yang memiliki karakter kombinasi: perjuangan paling mendasar untuk  kemerdekaan nasional dan demokrasi borjuis dikombinasikan dengan perjuangan sosialis melawan imperialisme dunia. Slogan-slogan demokratis, tuntutan-tuntutan transisional, dan masalah revolusi sosialis tidaklah terbagi ke dalam periode sejarah yang terpisah di dalam perjuangan ini, tetapi lahir dari satu sama lain. Kaum proletar Tiongkok baru saja mulai mengorganisir serikat-serikat buruh, dan mereka sudah harus mulai mengorganisir soviet-soviet. Dalam kondisi seperti itu, program ini benar-benar cocok bagi negara-negara kolonial dan semi-kolonal, setidaknya bagi negara-negara di mana kaum proletarnya sudah mampu menjalankan politik yang independen.

Tugas utama dari negara-negara kolonial dan semi-kolonial adalah revolusi agraria, yakni likuidasi warisan-warisan sistem feudal, dan kemerdekaan nasional, yakni penggulingan imperialisme. Kedua tugas tersebut dekat hubungannya dengan masing-masing.

Kita tidak mungkin menolak program demokratik; tetapi di dalam perjuangannya, massa harus tumbuh melebihi program tersebut. Slogan pembentukan Majelis (atau Konstituen) Nasional masih memiliki kekuatan yang besar di dalam negara-negara seperti Tiongkok dan India. Slogan ini harus dihubungkan dengan erat dengan masalah pembebasan nasional dan reformasi agraria. Sebagai langkah pertama, kaum buruh harus dipersenjatai dengan program demokratik ini. Hanya dengan demikian mereka akan mampu membangkitkan dan menyatukan para petani. Berdasarkan program demokratik yang revolusioner, kita perlu mempertentangkan kaum pekerja melawan kaum borjuis nasional. Kemudian, pada tahapan tertentu di dalam mobilisasi massa di bawah slogan-slogan demokrasi revolusioner, soviet-soviet dapat dan harus lahir. Peran historis soviet di dalam setiap periode tertentu, terutama di dalam relasi mereka dengan Majelis Nasional, akan ditentukan oleh level politik kaum proletar, ikatan mereka dengan para petani, dan karakter dari kebijakan-kebijakan partai proletar. Cepat atau lambat, soviet-soviet ini harus menggulingkan demokrasi borjuis. Hanya merekalah yang mampu membawa revolusi demokratik ke kesimpulannya dan juga membuka era revolusi sosialis.

Berat relatif dari tiap-tiap tuntutan demokratik dan transisional di dalam perjuangan proletar, ikatan mutual mereka dan urutan presentasi mereka, ditentukan oleh keunikan dan kondisi-kondisi spesifik dari tiap-tiap negara terbelakang, dan juga oleh sejauh mana keterbelakangan mereka. Walaupun begitu, tren umum dari perkembangan revolusi di semua negara terbelakang dapat ditentukan oleh formula revolusi permanen, seperti yang dicontohkan di tiga revolusi di Rusia (1905, Februari 1917, Oktober 1917).

Komintern telah menyediakan negara-negara terbelakang ini dengan contoh klasik bagaimana caranya menghancurkan revolusi yang kuat dan menjanjikan. Selama kebangkitan massa yang besar di Tiongkok pada tahun 1925-27, Komintern gagal memajukan slogan untuk membentuk Majelis Nasional, dan pada saat yang sama melarang pembentukan soviet. (Menurut rencananya Stalin, partai bourjuis Koumintang akan menggantikan Majelis Nasional dan soviet). Setelah massa sudah dihancurkan oleh Koumintang, Komintern mengorganisir sebuah soviet karikatur di Kanton. Setelah gagalnya pemberontakan Kanton yang tidak terelakkan, Komintern mengambil jalan perang gerilya soviet tani, dengan tidak menggubris kaum proletar industri. Tiba di jalan buntu, Komintern mengambil kesempatan dari perang Sino-Jepang untuk melikuidasi “Soviet Tiongkok” dengan goresan pena, dengan demikian mengsubordinasikan “Tentara Merah” tani dan juga Partai “Komunis” di bawah Koumintang, atau kaum borjuis.

Setelah mengkhianati revolusi proletarian internasional demi persahabatan dengan para tuan-budak yang “demokratis”, Komintern tidak dapat tidak mengkhianati juga perjuangan pembebasan rakyat kolonial, dan bahkan dengan sinisme yang lebih besar daripada Internasional Kedua sebelumnya. Salah satu tugas dari Front Rakyat dan “pertahanan nasional” adalah untuk menjadikan ratusan juta rakyat kolonial sasaran tembak bagi imperialisme “demokratik”. Panji perjuangan pembebasan rakyat kolonial dan semi-kolonial, yakni hampir separuh dari semua umat manusia, sekarang telah jatuh di tangan Internasional Keempat.

Program Tuntutan-Tuntutan Transisional di Negara-Negara Fasis

Sekarang, situasinya sangat jauh berbeda dari pernyataan ahli-ahli strategi Komintern bahwa kemenangan Hitler merupakan langkah menuju ke kemenangan Thaelmann [14]. Sampai hari ini, Thaelmann sudah berada di penjaranya Hitler selama lebih dari 5 tahun. Mussolini telah merantai Italia dengan fasisme selama lebih dari 16 tahun. Selama periode tersebut, partai-partai Internasional Kedua dan Ketiga bukan hanya tidak mampu memimpin gerakan massa, tetapi bahkan tidak mampu membentuk organisasi ilegal yang serius yang bisa dibandingkan dengan partai-partai revolusioner di Rusia pada saat era Tsarisme.

Tidak ada alasan yang bisa menjelaskan kegagalan-kegagalan ini dengan merujuk pada kekuatan ideologi fasisme. (Pada intinya, Mussolini tidak pernah memajukan ideologi apapun). “Ideologi”nya Hitler tidak pernah secara serius didukung oleh para buruh. Lapisan-lapisan masyarakat yang dulunya teracuni oleh fasisme, yakni lapisan kelas menengah, sudah mendapatkan cukup waktu untuk sadar. Kenyataan bahwa oposisi yang kurang lebih nyata dalam melawan fasisme hanya datang dari gereja Protestan dan Katolik tidak bisa dijelaskan karena kekuatan teori “ras” dan “darah keturunan” yang palsu dan gila, tetapi ini adalah karena kehancuran total ideologi demokrasi, Sosial Demokrasi, dan Komintern.

Setelah pembantaian Komune Paris, periode reaksi yang sangat kelam menyusul selama hampir 8 tahun. Setelah kekalahan revolusi Rusia tahun 1905, rakyat pekerja juga mengalami patah-semangat selama kurun waktu yang sama. Tetapi, dalam kedua kasus tersebut, fenomena ini hanyalah merupakan kekalahan fisik, yang dikondisikan oleh hubungan kekuatan kelas-kelas. Terlebih lagi di Rusia, kaum proletarnya baru saja lahir. Faksi Bolshevik saat itu bahkan belum merayakan ulang tahunnya yang ketiga. Ini sangatlah berbeda di Jerman di mana kepemimpinan proletar datang dari partai-partai yang kuat, di mana salah satunya telah eksis selama 70 tahun, dan yang satu lagi sudah eksis selama 15 tahun. Kedua partai ini, dengan jutaan pemilih di belakangnya, mengalami kelumpuhan secara moral dan menyerah sebelum bertempur. Sejarah tidak pernah melihat bencana seperti ini. Kaum proletar Jerman bukanlah dihancurkan oleh musuhnya di pertempuran. Mereka dihancurkan oleh kepengecutan, kebangkrutan, dan pengkhianatan partai-partai mereka sendiri. Tidaklah mengejutkan kalau kaum proletar Jerman sudah kehilangan kepercayaan terhadap semua yang dulunya mereka percaya selama tiga generasi. Kemenangan Hitler kemudian menguatkan Mussolini.

Kegagalan tugas-tugas revolusioner di Spanyol atau Jerman yang berkepanjangan adalah buah dari kebijakan kriminal dari Sosial Demokrasi dan Komintern. Kerja-kerja ilegal membutuhkan bukan hanya simpati dari massa tetapi juga antusiasme dari lapisan pelopornya. Tetapi, apakah antusiasme ini dapat diharapkan dari organisasi-organisasi yang secara historis sudah bangkrut? Mayoritas dari mereka yang maju ke depan sebagai pelopor adalah pemimpin-pemimpin eksil yang moralnya sudah hancur total, agen-agen Kremlin dan GPU [15], atau mantan menteri Sosial Demokrat, yang bermimpi bahwa para buruh dengan semacam keajaiban akan mengembalikan mereka ke kedudukan mereka yang hilang. Apakah mungkin membayangkan untuk satu menit saja bahwa para tuan-tuan ini mampu memainkan peran kepemimpinan masa depan bagi revolusi “anti-fasis”?

Dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di arena dunia – terpukul hancurnya pekerja Austria, kekalahan Revolusi Spanyol, degenerasi negara Soviet – tidak dapat memberikan bantuan kepada kebangkitan revolusioner di Italia dan Jerman. Karena sumber informasi politik yang diterima oleh kaum pekerja Jerman dan Italia sangat tergantung dari siaran radio, sangatlah mungkin bahwa stasiun radio Moskow, yang memadukan kebohongan-kebohongan Thermidorian dengan kebodohan dan ketidak-sopanan, adalah faktor yang sangat berpengaruh dalam menghancurkan moral para pekerja di negara-negara totaliter tersebut. Dalam hal ini seperti dalam hal yang lain, Stalin bertindak sebagai asistennya Goebbels [16].

Pada saat yang sama, antagonisme kelas yang membawa kemenangan fasisme dan yang masih tetap berlangsung di bawah fasisme, sekarang secara perlahan-lahan melemahkan fasisme. Massa rakyat semakin merasa tidak puas. Di bawah kondisi fasisme, ratusan dan ribuan buruh mengorbankan dirinya untuk tetap melanjutkan kerja revolusioner secara ilegal. Sebuah generasi yang baru, yang belum pernah mengalami secara langsung hancurnya tradisi-tradisi yang lama dan hancurnya harapan yang tinggi, telah maju ke depan. Secara tidak terelakkan, persiapan revolusi proletar tetap berlanjut di bawah batu nisan sistem totaliter yang berat. Tetapi, supaya enerji terselubung ini dapat meledak menjadi pemberontakan terbuka, kaum pelopor kelas proletar harus menemukan perspektif yang baru, program yang baru, dan panji baru yang belum ternoda.

Di sinilah letak kelemahan utamanya. Sangat sulit bagi kaum buruh di negara-negara fasis untuk menentukan program yang baru. Sebuah program diverifikasi oleh pengalaman. Dan pengalaman gerakan massa inilah yang tidak ada di negara-negara totaliter. Besar kemungkinannya bahwa sebuah kemenangan sejati kaum proletar di salah satu negara “demokratis” akan diperlukan untuk memberikan dorongan bagi gerakan revolusioner di daerah-daerah fasis. Dorongan yang sama dapat terjadi melalui krisis ekonomi atau militer. Sekarang, kita perlu meluncurkan kerja propaganda dan persiapan yang akan memberikan hasil yang besar di masa yang akan datang. Satu hal yang bisa kita katakan dengan penuh keyakinan untuk saat ini: ketika gerakan revolusioner datang di negara-negara fasis, gelombang revolusioner ini akan segera menyapu negara-negara tersebut dengan megah dan tidak akan berhenti sama sekali.

Dari sinilah terpapar perbedaan yang tidak dapat dileraikan antara Internasional Keempat dan partai-partai lama yang sudah hidup melebihi kebangkrutannya. “Front Rakyat” kaum eksil adalah jenis Front Rakyat yang paling jahat dan penuh khianat. Pada intinya, front tersebut menandakan kerinduan yang impoten akan koalisi dengan kaum borjuis liberal yang tidak eksis sama sekali. Bila front ini berhasil terbentuk, ini hanya akan menyiapkan rentetan kekalahan-kekalahan yang baru bagi kaum proletar, seperti halnya yang terjadi di Spanyol. Oleh karena itu, membeberkan secara tegas teori dan praktek “Front Rakyat” ini adalah kondisi utama untuk perjuangan revolusioner melawan fasisme.

Tentu saja, ini bukan berarti bahwa Internasional Keempat menolak slogan-slogan demokratik sebagai jalan untuk memobilisasi massa melawan fasisme. Sebaliknya, slogan-slogan semacam itu dapat memainkan peran yang serius pada momen-momen tertentu. Tetapi, formula demokrasi (kebebasan pers, kebebasan berserikat, dsb) bagi kami hanya merupakan slogan pendamping di dalam gerakan pembebasan kaum proletar dan bukanlah jerat yang mengikat leher kaum proletar oleh agen-agen kaum borjuis (Spanyol!). Segera setelah gerakan ini mengambil karakter massa, slogan-slogan demokratik tersebut akan dijalinkan dengan slogan-slogan transisional; bisa dibayangkan kalau komite-komite pabrik akan terbentuk sebelum para rutinis yang lama mengorganisir serikat-serikat buruh; kalau soviet-soviet akan memenuhi Jerman sebelum Majelis Konstituante bersidang di Weimar [17]. Ini juga benar di Italia dan di negara-negara totaliter dan semi-totaliter lainnya.

Fasisme menenggelamkan negeri-negeri ini ke lautan barbarisme politik. Tetapi ia tidak merubah susunan sosial negeri-negeri tersebut. Fasisme adalah alat di tangan kapital dan bukan pemilik tanah feudal. Sebuah program revolusioner haruslah berdasarkan dialektika perjuangan kelas dan bukan berdasarkan psikologi para pemimpin yang bangkrut dan ketakutan; ini wajib pula di negara-negara fasis. Internasional Keempat menolak dengan penuh rasa jijik metode-metode penipuan politik yang mendorong para Stalinis, mantan pahlawan “Periode Ketiga” [18], untuk kemudian tampil di belakang topeng-topeng kaum Katolik, Protestan, Yahudi, orang Jerman nasionalis, kaum liberal guna menutup wajah mereka yang buruk. Internasional Keempat di mana-mana selalu tampil di bawah panjinya sendiri. Internasional Keempat mengajukan programnya secara terbuka kepada kaum proletar di negara-negara fasis. Buruh yang paling maju dari seluruh dunia sudah sangatlah yakin bahwa penggulingan Mussolini, Hitler, dan agen-agen dan peniru-peniru mereka hanya dapat terjadi di bawah kepemimpinan Internasional Keempat.

Uni Soviet dan Masalah Periode Transisional

Uni Soviet lahir dari Revolusi Oktober sebagai sebuah negara buruh. Kepemilikan negara terhadap alat-alat produksi, yang merupakan syarat utama bagi perkembangan sosialis, membuka kemungkinan untuk perkembangan kekuatan produksi secara pesat. Tetapi aparatus-aparatus negara buruh ini mengalami kemerosotan penuh pada saat yang sama: ia berubah dari sebuah senjata kelas buruh menjadi sebuah senjata kekerasan birokratik terhadap kelas buruh, dan semakin menjadi senjata untuk menyabotase ekonomi negara. Birokratisasi dari sebuah negara buruh yang terbelakang dan terisolasi dan perubahan yang dialami birokrasi menjadi kasta istimewa yang berkuasa penuh merupakan penolakan teori sosialisme di satu negeri yang paling meyakinkan – bukan secara teori saja, tetapi juga secara praktek.

Oleh karena itu, Uni Soviet mengandung kontradiksi-kontradiksi yang sangat hebat. Tetapi ia tetap merupakan negara buruh yang mengalami degenerasi. Begitulah diagnosa sosial Uni Soviet. Analisa politiknya mempunyai sebuah karakter alternatif: kaum birokrat, yang semakin menjadi organ kaum borjuis sedunia di dalam negara buruh, akan menggulingkan bentuk properti yang baru ini dan mengembalikan negara ini ke kapitalisme; atau kelas buruh akan menghancurkan kaum birokrat dan membuka jalan bagi sosialisme.

Bagi seksi-seksi Internasional Keempat, terjadinya Pengadilan Moskow [19] bukanlah hal yang mengejutkan; dan pengadilan ini bukanlah terjadi karena kegilaan invididu dari sang diktatur di Kremlin, tetapi merupakan keturunan sah dari Thermidor. Mereka tumbuh dari konflik-konflik yang hebat dari dalam birokrasi Soviet sendiri, yang kemudian mencerminkan kontradiksi antara birokrasi dan rakyat, dan juga antagonisme yang semakin menajam di antara “rakyat’ sendiri. Karakter pengadilan ini yang “fantasik” dan penuh darah ini memberikan ukuran intensitas kontradiksi-kontradiksi tersebut dan juga meramalkan datangnya kesimpulannya.

Pernyataan-pernyataan publik dari para duta besar asing Kremlin, yang menolak untuk kembali ke Moskow, dengan pasti mengkonfirmasikan bahwa segala macam aliran politik dapat ditemukan di antara kaum birokrat: dari Bolshevisme sejati (Ignace Reiss [20]) sampai pada fasisme (F. Butenko). Elemen-elemen revolusioner di dalam birokrasi, yang hanya merupakan minoritas kecil, merefleksikan secara pasif kepentingan sosialis kaum proletar. Kaum fasis, yang merupakan elemen konter-revolusioner, yang tumbuh dengan tak terhalangi, mengekspresikan kepentingan imperialisme dunia dengan semakin konsisten. Kandidat-kandidat untuk peran komprador ini berpendapat bahwa lapisan penguasa yang baru ini hanya dapat menjaga hak-hak istimewa mereka dengan penolakan nasionalisasi, penolakan kolektivisasi dan penolakan monopoli perdagangan asing atas nama asimilasi “peradaban Barat”, yakni kapitalisme; dan pendapat ini bukan tanpa alasan sama sekali. Di antara dua kutub ini, ada tendensi-tendensi Menshevik-SR-Liberal yang bercampuran yang condong ke demokrasi borjuis.

Di dalam apa yang disebut sebagai masyarakat “tanpa kelas” ini, juga terdapat kelompok-kelompok yang serupa dengan yang ada di dalam birokrasi; hanya saja ini tidak terekspresikan setajam di birokrasi dan juga perbandingannya terbalik: yakni tendensi kapitalis yang sadar yang terdiri dari pertanian kolektif yang makmur dan yang hanya merupakan minoritas kecil dari populasi. Tetapi lapisan ini menyediakan dirinya dengan basis yang luas untuk tendensi-tendensi borjuis kecil yang mengeruk kekayaan dari kemiskinan masyarakat; dan tindakan-tindakan ini didukung secara sadar oleh birokrasi.

Di atas sistem yang dipenuhi antagonisme yang semakin tajam, yang semakin menggoyang keseimbangan sosial, oligarki Thermidorian yang sekarang terdiri dari klik Bonapartisnya Stalin, bergantung pada metode-metode teroris. Pengadilan fitnah baru-baru ini ditujukan sebagai serangan melawan sayap kiri. Ini juga digunakan untuk menyapu bersih pemimpin-pemimpin kelompok Oposisi Kanan, karena sayap Kanan dari Partai Bolshevik ini, dilihat dari sudut pandang kepentingan dan tendensi birokrasi, merupakan bahaya kiri. Kenyataan bahwa klik Bonapartis ini, yang juga takut kepada sekutu kanan mereka seperti Butenko, terpaksa harus mengeksekusi seluruh generasi Bolshevik Tua untuk melindungi dirinya, ini merupakan kesaksian yang pasti mengenai vitalitas tradisi revolusioner di antara massa dan juga rasa ketidakpuasan mereka.

Kaum demokrat borjuis kecil, yang kemarin baru saja menaksir Pengadilan Moskow sebagai emas murni, sekarang terus mengulangi bahwa “Trotskisme atau kaum Trotskis sudah lenyap di Uni Soviet”. Akan tetapi, mereka gagal menjelaskan mengapa semua pembersihan ini dilaksanakan di bawah panji perjuangan terhadap bahaya Trotskisme. Bila kita menganalisa “Trotskisme” sebagai sebuah program yang utuh dan selesai, dan bahkan sebagai sebuah organisasi, maka tidak diragukan kalau “Trotskisme” adalah sangat lemah di Uni Soviet. Akan tetapi, kekuatan yang tidak terhancurkan dari Trotskisme datang dari kenyataan bahwa ia bukan hanya mengekspresikan tradisi revolusioner tetapi juga oposisi kelas buruh Rusia yang sesungguhnya. Kebencian sosial yang disimpan oleh para buruh terhadap birokrasi – inilah “Trotskisme” yang sesungguhnya dari sudut pandangnya kelompok Kremlin. Birokrasi ini takut setengah mati, dan ketakutan ini mempunyai alasan yang jelas; mereka takut terhadap hubungan antara kemarahan kaum buruh yang dalam tetapi tak terorganisir dan organisasi Internasional Keempat.

Pembantaian generasi Bolshevik Tua dan perwakilan-perwakilan revolusioner dari generasi muda dan menengah telah mengubah keseimbangan politik untuk berayun ke kanan, ke arah sayap borjuis dari birokrasi dan sekutu-sekutunya dari seluruh penjuru Rusia. Dari sayap kanan ini, kita bisa meramalkan bahwa pada periode selanjutnya akan ada usaha-usaha yang lebih tegas untuk mengubah karakter sosialis Uni Soviet dan membawanya lebih dekat ke model “peradaban Barat” dalam bentuk fasisnya.

Perspektif ini mendorong suatu hal yang konkrit dalam masalah “pembelaan Uni Soviet”. Bila esok hari, kelompok borjuis-fasis dari “faksi Butenko” misalkan, mencoba untuk mengambil alih kekuasaan, maka “faksi Reiss” akan berada di sisi barikade yang berseberangan. Walaupun “faksi Reiss” ini akan menemukan dirinya menjadi sekutunya Stalin untuk sementara, ia tidak membela klik Bonapartis tersebut tetapi membela basis sosial Uni Soviet, yakni hak kepemilikan yang direbut dari kaum kapitalis dan diserahkan menjadi milik negara. Bila “faksi Butenko” bersekutu dengan Hitler, maka “faksi Reiss” akan membela Uni Soviet dari intervensi militer, di dalam negeri maupun di arena dunia. Pilihan yang lain adalah pengkhianatan.

Walaupun kita tidak boleh menyangkal terlebih dahulu kemungkinan membentuk “front persatuan”, di dalam situasi yang sangat spesifik, dengan kelompok birokrasi Thermidorian untuk melawan serangan terbuka dari konter-revolusi kapitalis, tugas politik utama di Uni Soviet tetap sama: penggulingan birokrasi Thermidorian ini. Semakin lama birokrasi ini mendominasi, pondasi elemen sosialis di dalam ekonomi akan semakin membusuk dan meningkatkan kemungkinan restorasi kapitalisme. Inilah arah yang ditempuh oleh Komintern sebagai agen dan sekutu kelompok Stalin dalam mencekik Revolusi Spanyol dan menghancurkan semangat kaum proletar internasional.

Seperti halnya di negeri-negeri fasis, kekuatan utama dari birokrasi ini bukan berasal dari dirinya sendiri, tetapi dari kekecewaan massa, dari ketiadaan perspektif baru dari massa. Seperti halnya di negeri-negeri fasis yang mana aparatus politik Stalin tidak jauh berbeda kecuali kekejamannya yang lebih tidak terkontrol, yang mungkin dilakukan sekarang di Uni Soviet hanyalah kerja propaganda persiapan. Seperti halnya di negeri-negeri fasis, kemungkinan besar dorongan untuk kebangkitan revolusioner kaum buruh Soviet akan datang dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar negeri. Perjuangan melawan Komintern di dalam arena dunia adalah bagian terpenting dari perjuangan melawan kediktaturan Stalinis sekarang ini. Banyak gejala-gejala yang menunjukkan bahwa kejatuhan Komintern akan mendahului kejatuhan klik Bonapartis dan birokrasi Thermidorian secara keseluruhan; dan ini karena Komintern tidak memiliki basis langsung di dalam GPU.

Sebuah kebangkitan revolusi yang baru di Uni Soviet, secara tidak meragukan, akan dimulai di bawah panji perjuangan melawan ketidakadilan sosial dan penindasan politik. Gulingkan hak-hak istimewa birokrasi! Gulingkan Stakhanovisme! Gulingkan aristokrasi Soviet! Persamaan gaji yang lebih baik untuk semua bentuk pekerjaan!

Perjuangan untuk kebebasan serikat-serikat buruh dan komite-komite pabrik, untuk kebebasan berserikat dan kebebasan pers, akan terbentang di dalam perjuangan untuk regenerasi dan perkembangan demokrasi Soviet.

Birokrasi Stalinis menggantikan soviet-soviet sebagai organ kelas dengan kebohongan hak memilih universal – layaknya Hitler-Goebbels. Kita harus mengembalikan kepada soviet-soviet bukan hanya bentuk demokrasi bebas mereka tetapi juga karakter kelasnya. Seperti dulunya ketika kaum borjuis dan kulak [21] tidak diperbolehkan untuk masuk ke soviet-soviet, maka sekarang perlu untuk menendang keluar para birokrat dan kaum aristokrat yang baru dari soviet-soviet. Di dalam soviet-soviet, hanya ada ruang untuk perwakilan-perwakilan kaum buruh, anggota-anggota pertanian kolektif dan anggota Tentara Merah.

Demokratisasi soviet adalah mustahil tanpa melegalisasi patai-partai soviet. Para buruh dan tani sendirilah dengan hak pilih bebas mereka akan menentukan partai-partai yang mereka akui sebagai partai-partai soviet.

Sebuah revisi terhadap ekonomi terencana secara menyeluruh dari atas sampai ke bawah demi kepentingan produsen dan konsumen! Komite-komite pabrik harus dikembalikan hak mereka untuk mengontrol produksi. Sebuah koperasi konsumen yang diorganisir secara demokratis harus mengontrol kualitas dan harga barang-barang.

Mengorganisir kembali pertanian-pertanian kolektif berdasarkan kehendak dan kepentingan para pekerja yang terlibat!

Kebijakan internasional yang reaksioner dari birokrasi ini harus digantikan dengan kebijakan internasionalisme proletarian. Semua korespondensi diplomatik dari Kremlin harus bisa diakses oleh semua orang. Tolak diplomasi rahasia!

Semua pengadilan politik, yang dipentaskan oleh birokrasi Thermidorian, harus diperiksa kembali secara terbuka dan jujur. Hanya kemenangan kebangkitan revolusioner dari rakyat yang tertindas dapat menghidupkan kembali rejim Soviet dan memastikan perkembangannya menuju sosialisme. Hanya ada satu partai yang mampu memimpin rakyat Soviet untuk bangkit – partai Internasional Keempat!

Gulingkan geng birokratik Kain-Stalin!

Hidup Demokrasi Soviet!

Hidup Revolusi Sosialis Internasional!

Melawan Oportunisme dan Revisionisme Tanpa Prinsip

Politik partainya Leon Blum di Prancis telah mendemonstrasikan kembali bahwa kaum reformis tidak mampu belajar apapun dari pelajaran sejarah yang paling tragis. Kelompok Sosial Demokrasi Prancis meniru, tanpa berpikir sama sekali, kebijakan politiknya kelompok Sosial Demokrasi Jerman dan berakhir dengan nasib yang sama. Dalam beberapa dekade, Internasional Kedua menjalin hubungan dengan rejim demokrasi borjuis, dan menjadi bagian dari demokrasi borjuis ini dan membusuk bersama-sama dengannya.

Internasional Ketiga telah menempuh jalan reformisme ketika krisis kapitalisme dengan jelas-jelas telah menaruh revolusi proletarian di dalam agenda hari ini. Kebijakan Komintern di Spanyol dan Cina – yakni kebijakan yang bersifat ketakutan pada kaum borjuis “demokrat” dan “nasional” – menunjukkan bahwa Komintern juga tidak mampu belajar lebih lanjut atau tidak mampu berubah. Birokrasi yang telah menjadi kekuatan reaksioner di Uni Soviet ini tidak dapat memainkan peran revolusioner di arena dunia.

Anarko-sindikalisme juga secara umum telah melewati proses evolusi yang serupa. Di Prancis, birokrat sindikalis Leon Jouhaux [22] sudah sejak lama menjadi seorang agen borjuis di dalam kelas buruh. Di Spanyol, anarko-sindikalisme menyingkirkan kerevolusionerannya dan menjadi roda kelima dari kereta perang demokrasi borjuis.

Organisasi-organisasi sentris yang tergabung dalam Biro London [23] hanya mewakili anggota badan tambahan “kiri” dari Sosial Demokrasi atau Komintern. Mereka telah menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk mengerti mana itu buntut dan mana itu kepala dari situasi politik dan ketidakmampuan untuk menarik kesimpulan revolusioner dari situasi politik. Pencapaian tertinggi mereka adalah POUM di Spanyol, yang di bawah kondisi revolusioner di Spanyol terbukti tidak mampu mengikuti garis revolusioner.

Kekalahan-kekalahan tragis yang diderita oleh kaum proletar dunia selama periode bertahun-tahun yang panjang telah menarik organisasi-organisasi resmi ini lebih jauh ke jurang konservatisme dan pada saat yang sama mengirim kaum “revolusionis” borjuis kecil untuk mengejar “metode baru”. Seperti yang sudah-sudah, selama periode reaksi dan kemunduran, para teoritisi palsu muncul di mana-mana, dengan hasrat ingin mengubah semua jalan pikiran revolusioner. Alih-alih belajar dari sejarah, mereka “menolaknya”. Beberapa dari mereka menemukan ketidakkonsistenan di dalam Marxisme, yang lain menyatakan keruntuhan dari Bolshevisme. Ada dari mereka yang menyalahkan doktrin revolusioner sebagai penyebab kekeliruan-kekeliruan dan kejahatan-kejahatan dari mereka yang mengkhianati doktrin tersebut; yang lain mengutuk obatnya karena obat tersebut tidak menjamin sebuah pengobatan yang instan dan ajaib. Mereka yang lebih berani berjanji akan menemukan sebuah obat ajaib yang akan memecahkan semua masalah, dan maka dari itu mereka merekomendasikan penghentian perjuangan kelas untuk sementara. Cukup banyak nabi-nabi “moral baru” yang bersiap-siap untuk menghidupkan kembali gerakan buruh dengan bantuan homeopati (pengobatan tradisional – Ed.) moral. Banyak dari nabi-nabi ini yang telah berhasil menjadi cacat moral sebelum tiba di medan perang. Jadi, dengan menggunakan aspek “metode baru”, resep-resep lama yang dulu sudah dikubur di arsip-arsip sosialisme pra-Marxisme ditawarkan kembali kepada kaum proletar.

Internasional Keempat menyatakan perang tanpa kompromi melawan birokrasi-birokrasi Internasional Kedua, Ketiga, Amsterdam, dan Anarko-sindikalis, dan juga organisasi-organisasi satelit mereka yang sentris; perang melawan reformisme tanpa reformasi; perang melawan demokrasi yang bersahabat dengan GPU; perang melawan pasifisme tanpa perdamaian; perang melawan anarkisme yang melayani kaum borjuis; perang melawan “kaum revolusioner” yang takut setengah-mati terhadap revolusi. Semua organisasi ini bukanlah sesuatu yang menjanjikan bagi masa depan, tetapi merupakan mayat hidup yang sudah membusuk dari masa lalu. Periode peperangan dan revolusi akan menghancurkan mereka.

Internasional Keempat tidak mencari dan tidak menciptakan obat ajaib yang bisa menyembuhkan segala penyakit. Internasional Keempat mendasarkan dirinya pada Marxisme sebagai satu-satunya doktrin revolusioner yang mengijinkan seseorang untuk mengerti realitas, untuk mengerti sebab kekalahan gerakan dan secara sadar mempersiapkan kemenangan. Internasional Keempat meneruskan tradisi Bolshevisme yang menunjukkan untuk pertama kalinya kepada kaum proletar bagaimana menaklukkan kekuasaan. Internasional Keempat menyapu bersih para ahli teori palsu dan guru-guru moral yang tidak pernah diminta kehadirannya. Di dalam masyarakat yang berdasarkan eksploitasi, moral yang tertinggi adalah moral revolusi sosial. Semua metode yang meningkatkan kesadaran kelas kaum buruh, kepercayaan mereka terhadap kekuatan mereka sendiri, dan kesiapan-diri mereka untuk mengorbankan diri di dalam perjuangan; semua metode tersebut adalah baik. Metode-metode yang tidak diijinkan adalah metode yang menanamkan di dalam jiwa kaum tertindas rasa takut dan penurut terhadap penindas mereka, yang menghancurkan jiwa perlawanan dan kemarahan rakyat, atau yang menggantikan kehendak massa dengan kehendak para pemimpin; keyakinan dengan paksaan; analisa realitas dengan demagogi dan fitnah. Inilah mengapa Sosial Demokrasi yang melacurkan Marxisme, dan Stalinisme yang merupakan anti-tesis dari Bolshevisme, keduanya adalah musuh besar revolusi proletar dan moral proletar.

Menghadapi kenyataan secara langsung; tidak mencari jalan pintas yang lebih mudah; memanggil sesuatu sesuai dengan namanya; menyampaikan kebenaran kepada rakyat, tidak peduli sepahit apa kebenaran tersebut; tidak takut menghadapi rintangan; bersikap jujur dalam hal yang kecil maupun yang besar; memformulasikan program berdasarkan logika perjuangan kelas; bersikap berani di saat waktunya bertindak – inilah asas-asas Internasional Keempat. Ia telah menunjukkan bahwa ia mampu berenang melawan arus. Gelombang sejarah yang akan datang ini akan menaikkannya.

Melawan Sektarianisme

Di bawah pengaruh dari pengkhianatan oleh organisasi-organisasi historis kaum proletar, berbagai macam tendensi-tendensi dan kelompok-kelompok sektarian lahir atau dihidupkan kembali di sekitar Internasional Keempat. Pada dasarnya, mereka menolak memperjuangkan tuntutan-tuntutan parsial dan transisional, yakni tuntutan-tuntutan untuk kepentingan dan kebutuhan pokok rakyat sekarang ini. Bagi para sektarian ini, mempersiapkan revolusi berarti meyakinkan diri mereka sendiri akan kehebatan sosialisme. Mereka menganjurkan untuk meninggalkan serikat-serikat buruh yang “lama”, dengan kata lain mereka menganjurkan untuk meninggalkan puluhan juta buruh yang terorganisir – mereka berpikir bahwa rakyat dapat hidup di luar kondisi perjuangan kelas yang sesungguhnya!

Kaum sektarian tidak menggubris perjuangan internal di dalam organisasi-organisasi reformis – mereka berpikir mereka dapat memenangkan kepercayaan rakyat tanpa berpartisipasi di dalam perjuangan sehari-harinya rakyat! Kaum sektarian menolak untuk membedakan demokrasi borjuis dan fasisme – mereka berpikir bahwa massa tidak akan merasakan perbedaan antara demokrasi borjuis dan fasisme.

Para sektarian hanya bisa membedakan dua warna: merah dan hitam. Mereka menyederhanakan realitas supaya tidak membahayakan diri mereka sendiri. Mereka menolak untuk membedakan dua kelompok perjuangan di Spanyol karena dua kelompok tersebut memiliki karakter borjuis. Untuk alasan yang sama, mereka pikir perlu untuk menjaga “netralitas” di dalam perang antara Jepang dan Cina. Mereka menolak bahwa ada perbedaan yang fundamental antara Uni Soviet dan negeri-negeri imperialis. Dan karena kebijakan-kebijakan reaksioner dari birokrasi Soviet, mereka menolak membela bentuk kepemilikan yang baru ini, yang diciptakan oleh Revolusi Oktober, dari serangan imperialisme. Karena mereka tidak mampu meraih perhatian massa, mereka kemudian dengan berapi-api menuduh massa tidak mampu mengerti ide-ide revolusioner.

Para politikus yang impoten ini umumnya tidak membutuhkan jembatan dalam bentuk tuntutan-tuntutan transisional karena mereka tidak berniat menyeberang ke pantai di seberang. Mereka hanya berkutat di satu tempat; memuaskan diri mereka sendiri dengan mengulangi abstraksi-abstraksi buruk yang sama. Kejadian-kejadian politik bagi mereka adalah momen untuk berkomentar, bukan untuk beraksi. Karena kaum sektarian, seperti halnya para pecundang dan ahli-sihir, tersandung oleh realitas dalam setiap langkah, mereka terus-menerus hidup dalam kondisi frustasi, mengeluh mengenai “rejim” dan “metode” dan tidak henti-hentinya terlibat di dalam intrik-intrik kecil. Di dalam lingkaran-lingkaran mereka sendiri, mereka biasanya menjalankan sebuah rejim despotisme. Politik sektarianisme yang impoten berfungsi untuk melengkapi, seperti sebuah bayangan, keimpotenan oportunisme. Ia tidak mempunyai pandangan revolusioner. Di dalam politik praktis, kaum sektarian bersatu dengan kaum oportunis, terutama dengan kaum sentris, setiap kali mereka melawan Marxisme.

Kebanyakan dari kelompok dan klik sektarian ini, yang hidup dari remah-remah yang secara kebetulan jatuh dari meja Internasional Keempat, memiliki keberadaan organisasi yang “independen” dengan klaim yang besar tetapi tanpa kemungkinan untuk sukses sama sekali. Tanpa membuang-buang waktu, Kaum Bolshevik-Leninis dapat dengan tenang membiarkan kelompok-kelompok ini menjalani takdirnya sendiri. Akan tetapi, tendensi-tendensi sektarian dapat juga ditemukan di antara anggota-anggota kita sendiri dan tendensi-tendensi ini dapat merusak kerja seksi-seksi International Keempat. Kita tidak mungkin memberikan mereka kompromi apapun bahkan untuk satu hari saja. Sebuah kebijakan yang tepat menyangkut serikat-serikat buruh adalah syarat utama keanggotaan Internasional Keempat. Dia yang tidak mencari dan tidak menemukan jalan menuju ke rakyat adalah bukan pejuang, tetapi ia adalah beban partai. Sebuah program diformulasi bukan untuk tulis-menulis atau klub diskusi, tetapi untuk aksi revolusioner jutaan umat manusia. Membersihkan anggota-anggota Internasional Keempat dari sektarianisme dan kaum sektarian yang tidak bisa disembuhkan adalah syarat utama bagi kesuksesan revolusioner.

Buka Jalan ke Kaum Buruh Perempuan! Buka Jalan ke Kaum Muda!

Kekalahan Revolusi Spanyol yang disebabkan oleh “pemimpin-pemimpinnya”, kebangkrutan memalukan dari Front Rakyat di Prancis, dan tereksposnya kebohongan pengadilan di Moskow – tiga kenyataan ini dalam kesatuannya telah memukul Komintern hingga hancur tak dapat diperbaiki, dan juga telah melukai sekutunya secara serius: yakni Sosial Demokrat dan Anarko-sindikalis. Tentu saja ini tidak berarti bahwa anggota-anggota organisasi-organisasi tersebut akan segera berpaling ke International Keempat. Generasi yang lebih tua, karena sudah menderita kekalahan-kekalahan yang telak, akan meninggalkan gerakan dalam jumlah yang besar. Dan juga, Internasional Keempat tidak bermaksud untuk menjadi sebuah tempat penampungan untuk kaum revolusioner yang sudah lumpuh, kaum birokrat yang patah-semangat dan para pengejar-karir. Justru sebaliknya, untuk menghadapi kemungkinan membanjirnya elemen-elemen borjuis kecil (yang sekarang banyak di aparatus organisasi-organisasi lama) ke dalam partai kita, langkah-langkah pencegahan yang ketat harus diambil: masa percobaan yang lebih lama bagi kandidat anggota yang bukanlah buruh, terutama bagi mereka yang mantan birokrat: mereka dilarang untuk menduduki posisi yang penting selama tiga tahun, dsb. Di dalam Internasional Keempat tidak ada dan tidak akan ada tempat untuk karir-isme yang merupakan kebusukan internal dari internasional-internasional yang lama. Internasional Keempat hanyalah untuk mereka yang berhasrat untuk hidup untuk gerakan, bukan hidup dari gerakan. Kaum buruh revolusioner harus merasa diri mereka sebagai tuan. Pintu organisasi kita terbuka lebar untuk mereka.

Tentu saja, bahkan di antara para buruh yang dulu pernah bangkit ke depan, tidak sedikit dari mereka yang letih dan patah-semangat. Mereka ini akan tetap menjadi penonton di pinggiran, setidaknya untuk periode selanjutnya. Ketika sebuah program atau sebuah organisasi terkikis habis, maka generasi yang memanggul program atau organisasi tersebut di pundaknya akan terkikis habis bersamanya juga. Gerakan massa akan dibangkitkan kembali oleh kaum muda yang bebas dari tanggungjawab masa lalu. Internasional Keempat memberikan perhatian yang khusus kepada generasi muda kaum proletar. Hanya rasa antusias yang baru dan jiwa agresif kaum muda yang dapat memastikan keberhasilan-keberhasilan awal dari perjuangan; dan hanya keberhasilan-keberhasilan inilah yang dapat mengembalikan elemen-elemen terbaik dari generasi yang lebih tua ke jalan revolusi. Begitulah dulu, maka begitulah juga di masa yang akan datang.

Organisasi-organisasi oportunis, karena karakter mereka, mengkonsentrasikan perhatian mereka kepada lapisan-lapisan atas dari kelas buruh dan maka dari itu tidak menggubris kaum muda dan buruh perempuan. Kebangkrutan kapitalisme memukul perempuan paling keras sebagai buruh dan ibu rumah tangga. Seksi-seksi Internasional Keempat harus mencari basis dukungan dari lapisan kelas buruh yang paling tertindas; yakni di antara buruh perempuan. Di sini, mereka akan menemukan sumber kesetiaan, solidaritas, dan kesiapan untuk berkorban yang tak terbatas.

Gulingkan Birokrasi dan karir-isme!

Buka jalan menuju kaum muda!

Berpaling ke buruh perempuan!

Slogan-slogan ini tertulis di panji Internasional Keempat.

Di Bawah Panji Internasional Keempat

Para skeptis bertanya: Tetapi, apakah waktunya sudah tiba untuk membentuk Internasional Keempat? Mereka mengatakan: tidak mungkin kita bisa membentuk sebuah Internasional secara “artifisial”; ia hanya bisa lahir dari peristiwa-peristiwa besar, dsb, dsb. Semua keberatan ini hanya menunjukkan bahwa para skeptis ini tidak berguna sama sekali dalam membentuk sebuah Internasional yang baru. Mereka tidak berguna sama sekali dalam segala hal.

Internasional Keempat telah lahir dari peristiwa-peristiwa besar: yakni kekalahan-kekalahan terbesar kaum proletar di dalam sejarah. Sebab dari kekalahan-kekalahan ini dapat ditemukan di degenerasi dan pengkhianatan kepemimpinan yang lama. Perjuangan kelas tidak mentoleransi sebuah interupsi. Internasional Ketiga, mengikuti Internasional Kedua, sudah mati peran revolusinya. Hidup Internasional Keempat!

Tetapi, apakah waktunya sudah tiba untuk memproklamasikan pembentukannya? ... para skeptis ini tidak bisa diam. Kita jawab: Internasional Keempat tidak perlu “diproklamasikan”. Ia eksis dan ia berjuang. Apakah ia lemah? Ya, anggotanya tidak banyak karena ia masih muda. Mereka masih merupakan kader-kader inti. Tetapi kader-kader ini adalah janji masa depan. Di luar kader-kader ini, tidak ada satupun tendensi revolusioner di muka bumi ini yang pantas menyandang nama Internasional Keempat. Bila Internasional kami masihlah lemah dalam jumlah, ia kuat di dalam doktrin, program, tradisi, di dalam penempaan kader-kadernya. Siapa saja yang tidak bisa melihat ini sekarang, biarlah mereka berdiri di luar untuk saat ini. Esok hari, semuanya akan tampak lebih jelas.

Sekarang saja, Internasional Keempat sudah dibenci oleh kaum Stalinis, Sosial Demokrat, borjuis liberal, dan fasis; dan Internasional Keempat pantas dibenci oleh mereka. Tidak ada dan tidak akan ada tempat baginya di dalam Front Rakyat. Tanpa kompromi, ia memerangi semua kelompok politik yang terikat dengan kaum borjuis. Tugasnya – menghancurkan dominasi kapitalisme. Tujuannya – sosialisme. Metodenya – revolusi proletarian.

Tanpa demokrasi internal – tidak akan ada pendidikan revolusioner. Tanpa disiplin – tidak akan ada aksi revolusioner. Struktur internal dari Internasional Keempat adalah berdasarkan sentralisme demokratik: kebebasan penuh untuk berdiskusi, kesatuan penuh dalam aksi.

Krisis yang sekarang dihadapi oleh umat manusia adalah krisis kepemimpinan proletarian. Kaum buruh yang maju, yang tersatukan di Internasional Keempat, menunjukkan kepada kelasnya jalan keluar dari krisis ini. Mereka menawarkan sebuah program yang berdasarkan pengalaman internasional di dalam perjuangan pembebasan kaum proletar dan semua kaum tertindas lainnya. Mereka menawarkan sebuah panji yang tidak ternoda.

Kaum buruh – laki-laki dan perempuan – dari semua negeri, berbarislah di bawah panji Internasional Keempat. Ini adalah panji kemenangan yang akan datang!


Catatan:

[1] “New Deal” adalah program-program yang diluncurkan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Roosevelt, pada tahun 1933-1938, untuk menanggulangi krisis moneter tahun 1930an yang memukul seluruh negara di dunia. 

[2] Front Popular atau Front Rakyat di Prancis adalah koalisi dari kelompok-kelompok “kiri” di Prancis yang dibentuk pada tahun 1930an. Anggotanya termasuk Partai Komunis Prancis yang dikontrol oleh kaum Stalinis, Partai Sosialis yang merupakan partai reformis kiri, dan Partai Radikal-Sosialis yang mewakili kelas borjuis kecil dan kaum borjuis liberal. Front ini dibentuk atas dasar platform anti-fasisme, tetapi pada akhirnya justru digunakan untuk menekan gerakan buruh dan berakhir pada kemenangan fasisme di Prancis.

[3] POUM, Partido Obrero de Unificacion Marxista atau Partai Persatuan Buruh Marxis, adalah partai didirikan oleh Andreu Nin dan Joaquim Maurin. Partai ini bergabung dengan Front Popular pada saat Revolusi Spanyol. Walaupun POUM banyak mengkritik kebijakan-kebijakan Partai Komunis Spanyol (Stalinis) dan Front Popular, mereka tetap berpartisipasi dalam pemerintahan Front Popular yang kerap menahan laju gerakan Revolusi Spanyol. Di bawah perintah Stalinis, pemerintahan ini pada akhirnya membubarkan POUM dan menangkapi semua anggota POUM.

[4] CIO, Congress of Industrial Organizations atau Kongres Organisasi-Organisasi Industri adalah sebuah federasi serikat-serikat buruh di Amerika Serikat dan Kanada dari tahun 1935 hingga 1955. Federasi ini sangatlah militan, tetapi pada tahun 1940an and 1950an terjadi gelombang pemecatan terhadap anggota-anggota yang radikal dan berhaluan komunis. Akhirnya pada tahun 1955, CIO bergabung dengan AFL (American Federation of Labour atau Federasi Buruh Amerika) dan menjadi AFL-CIO.

[5] Komintern (Komunis Internasional) atau juga dikenal sebagai Internasional Ketiga, dibentuk pada tahun 1919 oleh Bolshevik dimana semua partai komunis di dunia bergabung untuk cita-cita revolusi sosialis sedunia. Seiring dengan degenerasi Uni Soviet, Komintern juga menjalani nasib yang sama, dimana ia justru menjadi halangan bagi revolusi sosialis sedunia. Akhirnya Komintern dibubarkan oleh Stalin pada tahun 1943 untuk menyenangkan hati kaum imperialis bahwa Uni Soviet sudah tidak lagi berniat mengobarkan revolusi sosialis sedunia.

[6] Topi Phyrgian adalah topi berwarna merah yang menjadi simbol revolusi Prancis.

[7] Leon Blum (1872-1950) adalah perdana mentri Prancis selama periode Front Popular di Prancis (Juni 1936- Juli 1937). Dia adalah juga pemimpin Partai Sosialis. Dalam periodenya sebagai perdana menteri Prancis, para pekerja menduduki pabrik-pabrik dan siap meluncurkan revolusi. Tetapi dia merasa bahwa para pekerja Prancis tidak siap untuk meluncurkan revolusi, dan menyuruh para pekerja untuk kembali bekerja.

[8] Economic royalist adalah mereka yang berpendapat bahwa mereka diberikan hak oleh Tuhan untuk bisa lebih kaya daripada orang lain, dan bahwa tugas pemerintah adalah untuk mempertahankan hak tersebut. Bagi mereka, “kepentingan publik” itu berbahaya karena merupakan beban yang tidak adil bagi mereka yang kaya dan berkuasa.

[9] “60 Keluarga” adalah 60 keluarga terkaya di Amerika yang mengontrol Amerika, termasuk di dalamnya adalah keluarga Rockefeller, Ford, Standard Oil, Du Pont. Sedangkan “200 Keluarga” adalah 200 keluarga terkaya di Prancis yang mengontrol Prancis.

[10] Internasional Kedua, yang juga dikenal sebagai Sosialis Internasional, dibentuk pada tahun 1889 dengan bantuan Engels. Internasional Kedua adalah federasi dari partai-partai sosialis dan buruh di seluruh dunia. Pada bulan Agustus 1914, yakni saat meletusnya Perang Dunia Pertama, Leon Trotsky mendeklarasikan “matinya Internasional Kedua”. Dia membuat pernyataan ini karena kegagalan Internasional Kedua untuk menentang perang imperialis ini. Sebaliknya, partai-partai di dalam Internasional ini mendukung Perang Dunia Pertama dengan alasan untuk “membela tanah air”.

[11] Thermidor adalah sebuah situasi di dalam perkembangan revolusi dimana massa mulai mundur dari partisipasi aktif dan kepemimpinan revolusi diambil alih oleh kaum birokrat konservatif.

[12] Hari-Hari Juli adalah peristiwa yang terjadi dari 3 Juli 1917 hingga 7 Juli 1917 (kalender Rusia) dimana tentara dan pekerja industri kota Petrograd berdemonstrasi melawan Pemerintahan Provisional Rusia, dan berniat menumbangkan pemerintahan itu. Mereka menekan Komite Eksekutif Soviet, yang saat itu dipimpin oleh Menshevik dan SR, untuk mengambil kekuasaan dari Pemerintahan Provisional. Tetapi SR dan Menshevik menolak; akhirnya demonstrasi ini dipatahkan dengan kejam oleh Pemerintah Provisional. Periode reaksi menyusul dimana Partai Bolshevik dilarang dan pemimpin-pemimpinnya ditangkap dan dikejar.

[13] Internasional Amsterdam atau juga dikenal sebagai Federasi Internasional Serikat Buruh, dibentuk pada bulan Juli 1919 di sebuah konferensi di Amsterdam. Federasi ini dibentuk oleh pemimpin-pemimpin serikat buruh yang mendukung perang dunia pertama dan didominasi oleh agen-agen kapitalis di dalam gerakan buruh.

[14] Ernst Thaelmann (1886-1944) adalah pemimpin Partai Komunis Jerman, yang ditangkap oleh Nazi pada tahun 1933 dan dihukum mati atas perintah Hitler pada tahun 1944. Mengikuti garis politik Komintern, Partai Komunis Jerman menolak membentuk front dengan Partai Sosial Demokrat dan kaum sosialis untuk melawan ancaman fasisme Nazi karena Komintern memegang prinsip bahwa Sosial Demokrat adalah “sosial fasisme”. Akibatnya, Nazi meraih kekuasaan pada tahun 1933.

[15] GPU adalah Agen Polisi Rahasia Uni Soviet, yang digunakan oleh Stalin dan birokrasi Uni Soviet untuk menculik dan membunuh musuh-musuh politik mereka.

[16] Joseph Goebbels (1897-1945) adalah Menteri Penerangan dan Propaganda selama rejim fasis Nazi dari tahun 1933-1945. Dia adalah tangan-kanan Hitler yang mengepalai program anti-semitisme dan pembunuhan massal orang Yahudi.

[17] Republik Weimar adalah julukan yang diberikan kepada negara Jerman dari tahun 1919, setelah kekalahan Jerman di Perang Dunia Pertama, hingga 1933, yakni saat Adolf Hitler dan Partai Nazi mengambil kekuasaan.

[18] "Periode Ketiga": berdasarkan skema kaum Stalinis, periode ini adalah ‘periode terakhir kapitalisme’, periode kematiannya yang segera datang dan penggeserannya oleh soviet. Periode ini dianggap penting oleh komunis ultra-kiri dan taktik-taktik adventuris, khususnya konsep sosial fasisme.

[19] Pengadilan Moskow adalah pengadilan fitnah yang dipentaskan oleh birokrasi Uni Soviet selama kurun waktu 1936-38 untuk menangkap dan menghukum mati semua kaum oposisi.

[20] Ignace Reiss, mantan anggota GPU yang akhirnya pecah dari Stalin karena oposisinya terhadap birokratisasi Uni Soviet. Tidak lama kemudian, dia dibunuh oleh agennya Stalin pada tahun 1938.

[21] Kulak adalah istilah Rusia untuk petani kaya atau tuan tanah.

[22] Leon Jouhaux (1879-1954) adalah seorang aktivis buruh dari Prancis. Selalu bersikap reformis, ia hanya melihat serikat buruh sebagai organ perjuangan ekonomi bagi buruh. Ia menduduki jabatan tinggi di Internasional Amsterdam (Federasi Internasional Serikat Buruh), sebuah organisasi serikat buruh yang merupakan agen dari kapitalis. Ia juga meraih hadiah Nobel untuk perdamaian pada tahun 1951.

[23] Biro London adalah asosiasi internasional partai-partai kiri sosialis. Dibentuk pada tahun 1932 di sebuah konferensi di Vienna, Biro London ini berumur sangat pendek dan akhirnya menghilang tanpa bekas.