Marx dan Neue Rheinische Zeitung (1848-49)[1]

Frederick Engels (1884)


Ditulis pada pertengahan Februari dan awal Maret, 1884. Pertama kali diterbitkan di Der Sozialdemokrat, No. 11, 13 Maret 1884.

Penerjemah: Pandu Jakasurya, disunting oleh Ted Sprague (8 Agustus 2015).

Sumber: Diterjemahkan dari versi bahasa Inggris “Marx and The Neue Rheinische Zeitung (1848-49)”, Frederick Engels. Marx and Engels Collected Works, volume 26, hal. 120. Lawrence & Wishart 2010.


Saat meletusnya Revolusi Februari, “Partai Komunis” Jerman, sebagaimana kami menyebutnya, hanya terdiri dari satu inti yang kecil, Liga Komunis, yang diorganisir sebagai sebuah badan propaganda rahasia. Liga ini bersifat rahasia semata karena pada waktu itu tidak ada kebebasan berserikat atau berkumpul di Jerman. Di samping perhimpunan-perhimpunan buruh di luar negeri, yang daripadanya Liga beroleh rekrutan, Liga hanya memiliki sekitar 30 komunitas, atau seksi, di dalam negeri sendiri dan anggota-anggota perorangan di banyak tempat. Namun, kekuatan tempur yang terbilang kecil ini memiliki seorang pemimpin, Marx. Semua anggota bersedia dipimpin olehnya. Ia adalah seorang pemimpin dengan kualitas nomor wahid. Berkat Marx, kita memiliki sebuah program yang terdiri dari prinsip-prinsip dan taktik-taktik masih memiliki keabsahan yang penuh hingga saat ini: Manifesto Komunis.

Di sini, perhatian utama kita adalah pada bagian taktis dari program tersebut. Bagian ini menyatakan secara umum:

“Kaum Komunis tidak membentuk sebuah partai tersendiri yang bertentangan dengan partai-partai kelas buruh lainnya.

“Mereka tidak mempunyai kepentingan-kepentingan yang terpisah dan terlepas dari kepentingan-kepentingan proletariat secara keseluruhan.

“Mereka tidak menegakkan prinsip-prinsip sektarian mereka sendiri, yang hendak dijadikan pola bagi gerakan proletar.

“Kaum Komunis dibedakan dari partai-partai kelas buruh lainnya hanya dengan hal-hal berikut: (1) Dalam perjuangan nasional kaum proletar di berbagai negeri, mereka menunjukkan dan mengedepankan kepentingan-kepentingan bersama seluruh proletariat, terlepas dari semua batasan kebangsaan. (2) Pada berbagai tahap perkembangan yang harus dilalui oleh perjuangan kelas buruh melawan borjuasi, mereka selalu dan di mana-mana merepresentasikan gerakan sebagai suatu keseluruhan.

“Oleh karena itu, kaum Komunis, di satu sisi, secara praktis, adalah lapisan paling tegas dari partai-partai kelas buruh di setiap negeri, lapisan yang mendorong maju semua lapisan yang lain; di sisi lain, secara teoretis, mereka memiliki kelebihan atas massa besar proletariat, dalam  hal pemahaman yang jelas atas garis perjuangan, syarat-syarat, dan hasil-hasil umum yang ultimat dari gerakan proletar.”

Berkenaan dengan partai Jerman, Manifesto Komunis menyatakan secara khusus:

“Di Jerman, Partai Komunis bertempur bersama dengan borjuasi selama borjuasi itu bertindak secara revolusioner dalam melawan monarki absolut, para pemilik tanah feodal, dan filistinisme.

“Tetapi mereka tidak pernah berhenti, barang sekejap pun, untuk menanamkan ke dalam kelas buruh kesadaran yang sejelas-jelasnya tentang antagonisme yang bermusuhan antara borjuasi dan proletariat, supaya kaum buruh Jerman bisa langsung menggunakan semua syarat sosial dan politik yang tidak boleh tidak mesti ditimbulkan oleh borjuasi bersama-sama dengan kekuasaannya, sebagai senjata terhadap borjuasi, dan supaya, setelah kejatuhan kelas-kelas reaksioner di Jerman, pertempuran melawan borjuasi itu sendiri bisa segera dimulai.

“Kaum Komunis mengarahkan perhatian mereka terutama ke Jerman, karena negeri itu berada di ambang fajar revolusi borjuis,” dst. (Manifesto, Seksi IV)

Tidak pernah sebuah program taktis membuktikan nilainya seperti program ini. Dirancang di ambang fajar sebuah revolusi [Revolusi 1848], program ini teruji oleh revolusi itu sendiri; kapan pun, sejak periode ini, sebuah partai buruh telah menyimpang daripadanya, penyimpangan itu akan menjumpai hukumannya sendiri; dan saat ini, setelah hampir 40 tahun, program ini berfungsi sebagai garis panduan bagi semua partai buruh yang tegas dan percaya diri di Eropa, dari Madrid hingga St. Petersburg.

Peristiwa-peristiwa Februari di Paris[2] mempercepat revolusi Jerman yang memang sudah akan meledak dalam waktu dekat, dan dengan demikian mengubah karakternya. Borjuasi Jerman, alih-alih menjadi pemenang berkat kekuatannya sendiri, malah menjadi pemenang dengan diseret oleh revolusi buruh Prancis. Sebelum ia sempat secara menentukan menggulingkan musuh-musuh lamanya – yakni monarki absolut, kepemilikan tanah feodal, birokrasi, dan borjuasi kecil yang pengecut – ia harus berhadapan dengan sesosok lawan yang baru, proletariat. Namun, pengaruh dari kondisi-kondisi ekonomi Jerman, yang jauh tertinggal di belakang Prancis dan Inggris, dan dengan demikian situasi keterbelakangan kelas di Jerman yang merupakan konsekuensi darinya, segera memperlihatkan dirinya di sini.

Borjuasi Jerman, yang baru saja mulai mendirikan industri berskala-besar, tidak mempunyai kekuatan dan keberanian untuk memenangkan bagi dirinya dominasi mutlak atas negara. Selain itu juga tidak ada keharusan yang mendesak bagi mereka untuk melakukan ini. Proletariat (yang belum berkembang hingga tingkatan yang sama, karena telah tumbuh dalam perbudakan intelektual yang menyeluruh, tidak terorganisir, bahkan masih belum sanggup mendirikan organisasi yang independen) hanya memiliki perasaan yang samar-samar tentang konflik kepentingan yang mendalam antara dirinya dan borjuasi. Karena itu, kendati faktanya borjuasi merupakan musuh bebuyutan dari kaum proletariat, proletariat Jerman tetap, di sisi lain, menjadi embel-embel politiknya. Kaum borjuasi Jerman merasa takut bukan pada kaum proletariat Jerman pada saat itu, tetapi pada apa yang kelak akan menjadi proletariat Jerman nanti dan pada apa yang telah menjadi proletariat Prancis. Oleh karenanya kaum borjuasi merasa bahwa keselamatan mereka hanya bisa datang dengan melakukan kompromi, bahkan kompromi yang paling pengecut, dengan monarki dan aristokrasi. Karena kaum proletariat masih belum menyadari peran historisnya, sebagian besar dari mereka harus, pada awalnya, mengambil peran sebagai sayap kiri ekstrem borjuasi, yang mendorong maju kelas borjuasi. Kaum buruh Jerman harus, di atas segalanya, memenangkan hak-hak yang mereka butuhkan untuk bisa mengorganisasi diri mereka secara independen sebagai sebuah partai kelas: kebebasan pers, berserikat, dan berkumpul – hak-hak yang telah diperjuangkan oleh borjuasi demi kepentingan kekuasaannya sendiri, namun yang dalam ketakutannya sekarang mulai ditentangnya ketika kaum buruh menuntutnya. Beberapa ratus anggota Liga lenyap ke dalam massa yang sangat besar yang tumpah-ruah ke dalam gerakan. Jadi, proletariat Jerman mula-mula tampil di panggung politik sebagai partai demokratik yang ekstrem.

Dengan cara ini, ketika kami mendirikan sebuah surat kabar yang besar di Jerman, panji kami ditentukan oleh kenyataan yang ada. Panji itu adalah panji demokrasi, tapi panji dari sebuah demokrasi yang di mana-mana menekankan di setiap poin karakter proletarian yang spesifik, yang sekarang belum bisa dituliskannya sekaligus pada panjinya. Bila kami tidak ingin melakukan itu, bila kami tidak ingin terlibat di dalam gerakan, mengikuti sisi proletariannya yang sudah eksis dan paling maju, dan mendorongnya lebih maju, maka tidak ada yang tersisa bagi kami kecuali mengkhotbahkan Komunisme dalam sebuah selebaran provinsial yang kecil dan mendirikan sebuah sekte kecil alih-alih sebuah partai aksi yang besar. Tapi kami sudah punya reputasi buruk sebagai pengkhotbah di padang gurun; kami telah mempelajari kaum Utopis dengan begitu baik untuk tidak mengulangi kesalahan mereka ini, dan inilah mengapa itu kami merancang program kami.

Ketika kami tiba di Cologne, persiapan-persiapan oleh kaum demokrat, dan sebagian oleh kaum Komunis, telah dibuat di sana untuk menerbitkan sebuah koran yang besar; mereka ingin membuat koran itu koran yang murni lokal Cologne dan mengusir kami ke Berlin. Tapi dalam 24 jam, khususnya berkat Marx, kami berhasil meyakinkan mereka akan posisi kami, dan surat kabar itu menjadi surat kabar kami, dengan membuat konsesi menempatkan Heinrich Bürgers[3] ke dalam dewan editorial. Yang bersangkutan menulis satu artikel (dalam terbitan No. 2) dan tidak pernah menulis artikel lain lagi setelah itu.

Cologne adalah tempat yang harus kami tuju, bukan Berlin. Pertama, Cologne adalah pusat Provinsi Rhine, yang telah mengalami Revolusi Prancis, yang telah memperlengkapi dirinya dengan konsepsi-konsepsi legal modern dalam Code (Undang-Undang) Napoleon[4], yang sejauh ini telah mengembangkan industri berskala besar yang paling penting dan yang di dalam segala hal merupakan bagian Jerman yang paling maju kala itu. Berlin kala itu kami tahu dengan sangat baik berdasarkan pengamatan kami sendiri, dengan borjuasinya yang baru saja meretas, borjuasi kecilnya yang pengecut, yang gagah berani dalam perkataan tapi pengecut dalam perbuatan, kaum buruhnya yang belum berkembang sama sekali, massa kaum birokratnya, dan kebobrokan aristokratis dan pengadilannya, serta karakter keseluruhannya yang sekedar kota “Residenz”[5]. Namun, yang menentukan adalah yang berikut: di Berlin, Prussian Landrecht[6] yang buruk itu masih berlaku dan kasus-kasus politik diadili oleh para magistrat profesional; di Rhine, Code Napoléon adalah undang-undang yang berlaku, yang tidak mengenal pengadilan pers karena mengandaikan sensor[7], dan bila seseorang tidak melalukan kejahatan politik, tapi hanya kriminalitas, dia akan diadili di hadapan juri; di Berlin setelah revolusi, Schlöffel muda[8] dihukum satu tahun penjara karena masalah sepele, sementara di Rhine ada kebebasan pers tanpa syarat – dan kami menggunakannya hingga tetesan terakhir.

Maka kami mulai, pada 1 Juni 1848, dengan saham yang sangat terbatas, yang daripadanya hanya sedikit yang dibayar dan para pemegang saham itu sendiri sangat tidak bisa diandalkan. Separuh dari mereka meninggalkan kami segera setelah terbitan pertama muncul dan pada akhir bulan kami tidak lagi memiliki pemegang saham.

Penyusunan editorial sepenuhnya ada di tangan Marx. Sebuah koran harian yang besar, yang harus siap pada waktu yang telah ditentukan, tidak bisa melaksanakan suatu kebijakan yang konsisten dengan penyusunan lain manapun. Lebih jauh, kediktatoran Marx di dalam penyusunan editorial adalah sesuatu yang tak terelakkan, yang tidak diragukan dan diakui secara sukarela oleh kami semua. Terutama sekali adalah karena visinya yang jelas dan sikapnya yang tegas yang membuat terbitan ini menjadi koran Jerman yang paling terkenal selama tahun-tahun revolusi [1848-1849].

Program politik Neue Rheinische Zeitung terdiri dari dua poin utama: Sebuah republik Jerman yang tunggal, tersatukan, demokratis, dan perang dengan Rusia, termasuk restorasi Polandia.

Demokrasi borjuis-kecil terbelah pada waktu itu ke dalam dua faksi: Jerman Utara, yang tidak keberatan dengan sebuah kekaisaran Prusia yang demokratis; dan Jerman Selatan, terutama daerah Baden, yang ingin mengubah Jerman menjadi sebuah republik federasi seturut model Swiss. Kami harus melawan kedua faksi ini. Kepentingan-kepentingan proletariat bertentangan dengan Prusianisasi Jerman dan juga bertentangan dengan kelanjutan divisinya ke dalam negara-negara kecil. Kepentingan-kepentingan proletariat membutuhkan penyatuan Jerman menjadi sebuah nasion, yang dengan sendirinya akan mampu menyediakan sebuah medan pertempuran, yang bersih dari semua rintangan tradisional yang remeh-temeh, bagi kaum proletariat dan borjuasi. Kepentingan proletariat juga menentang kekuasaan Prusia. Negara Prusia dengan sistem pemerintahannya, tradisinya, dan dinastinya[9] justru merupakan musuh internal satu-satunya yang harus digulingkan oleh revolusi di Jerman; dan, lebih jauh, Prusia bisa mempersatukan Jerman hanya dengan memecah-belah Jerman, dengan mengeluarkan Austria Jerman. Pembubaran Prusia dan disintegrasi negara Austria, penyatuan sejati Jerman sebagai sebuah republik – ini adalah satu-satunya program revolusioner yang segera. Dan ini bisa digenapi melalui perang dengan Rusia dan hanya melalui perang itu. Nanti saya akan kembali lagi ke poin ini.

Nada surat kabar Neue Rheinische Zeitung sama sekali tidak khidmat, serius, atau antusias. Kami memiliki lawan-lawan yang sama sekali keji dan kami memperlakukan mereka, tanpa kecuali, dengan cemooh sepenuhnya. Monarki, para camarilla,[10] kaum bangsawan, koran Kreuz-Zeitung[11], seluruh “reaksi” yang berkomplot, yang tentangnya kaum filistin secara moral marah – kami memperlakukan mereka hanya dengan ejekan dan cemooh. Begitu juga dengan berhala-berhala baru yang muncul di panggung melalui revolusi: para menteri Maret[12], Majelis-majelis Frankfurt dan Berlin, baik kaum Kanan maupun kaum Kiri di dalamnya. Edisi koran kami yang pertama dimulai dengan sebuah artikel yang mengolok-olok kebodohan parlemen Frankfurt, kehampaan pidato-pidatonya yang bertele-tele, kedangkalan resolusi-resolusinya yang pengecut. Edisi pertama ini membuat kami kehilangan separuh pemegang saham. Parlemen Frankfurt bahkan bukan sebuah klub debat; hampir tidak ada perdebatan yang terjadi di sana. Biasanya yang ada hanyalah disertasi-disertasi akademik yang telah dipersiapkan sebelumnya dan resolusi-resolusi yang diadopsi guna mengilhami kaum filistin Jerman, dan tidak ada seorang pun yang peduli.

Majelis Berlin lebih penting: ia berhadap-hadapan dengan kekuasaan yang riil, ia tidak berdebat dan mengeluarkan resolusi-resolusi di awang-awang, di negeri fantasi Frankfurt. Oleh karenanya ia dibahas lebih rinci. Tapi di sana pun, berhala-berhala kaum Kiri, Schulze-Delitzsch, Berends, Elsner, Stein, dan yang lainnya, diserang sama tajamnya seperti kolega-kolega mereka di Frankfurt; kebimbangan, keragu-raguan, dan kepicikan mereka kami ekspos tanpa ampun. Kami buktikan bagaimana di setiap langkah mereka mengkompromikan diri mereka dengan mengkhianati revolusi. Hal ini, tentu saja, membuat geram kaum borjuis kecil demokratik, yang baru saja menciptakan berhala-berhala ini untuk kepentingannya. Bagi kami, kegeraman ini adalah tanda bahwa serangan kami tepat sasaran.

Kami juga melawan ilusi, yang dengan penuh semangat disebarluaskan oleh borjuasi kecil, bahwa revolusi telah berakhir dengan hari-hari Maret dan bahwa sekarang kita hanya perlu mengantongi buah-buahnya. Bagi kami, Februari dan Maret dapat memiliki signifikansi dari suatu revolusi yang sejati bila mereka bukanlah kesimpulan akhir dari sebuah gerakan revolusi, melainkan, sebaliknya, titik-titik awal dari suatu gerakan revolusi yang panjang, yang di dalamnya, sebagaimana dalam Revolusi Prancis yang Agung [1789], rakyat berkembang lebih jauh melalui perjuangan-perjuangannya sendiri dan partai-partai menjadi semakin terdiferensiasi secara tajam hingga mereka bersesuaian seluruhnya dengan kelas-kelas yang besar: kelas borjuasi, kelas borjuasi kecil, dan kelas proletariat, dan yang di dalamnya posisi-posisi yang terpisah dimenangkan satu demi satu oleh proletariat dalam serangkaian pertempuran. Karena itu, di mana-mana kami menentang borjuasi kecil demokratik juga ketika ia berupaya menutup-nutupi atau mengabaikan antagonisme kelasnya terhadap proletariat dengan frase favorit mereka: “Bagaimanapun juga kita semua menginginkan hal yang sama; semua perbedaan berakar pada kesalahpahaman semata.” Tapi semakin kita tidak mengizinkan borjuasi kecil untuk menyalahpahami demokrasi proletar kita, semakin jinak dan semakin sepakat ia jadinya terhadap kita. Semakin tajam dan tegas kita menentangnya, semakin siap ia merunduk dan semakin banyak konsesi dibuatnya dengan partai kaum buruh. Kami telah melihat sendiri hal ini.

Akhirnya, kami mengekspos “kretinisme atau kekerdilan parlementer” (sebagaimana Marx menyebutnya) dari berbagai badan yang disebut Majelis-majelis Nasional ini. Tuan-tuan ini telah membiarkan semua tuas kekuasaan lolos dari tangan mereka, sebagian dengan sukarela telah menyerahkan mereka lagi kepada pemerintah. Di Berlin, sebagaimana di Frankfurt, berdampingan dengan pemerintah-pemerintah reaksioner yang baru diperkuat, di sana berdiri majelis-majelis yang tidak berdaya, yang kendati demikian membayangkan bahwa resolusi-resolusi mereka yang impoten itu akan mengguncang dunia hingga ke dasar-dasarnya. Mereka semua, dari kaum Kanan hingga Kiri ekstrem, menipu diri mereka sendiri. Kami mengatakan secara blak-blakan kepada mereka bahwa kemenangan parlementer mereka akan terjadi bersamaan dengan kekalahan mereka yang sesungguhnya.

Dan inilah yang terjadi di Berlin dan di Frankfurt. Ketika kaum “Kiri” meraih mayoritas, pemerintah membubarkan seluruh Majelis; pemerintah bisa berbuat demikian karena Majelis telah kehilangan semua kepercayaan dari rakyat.

Ketika belakangan saya membaca buku Bougeart[13] tentang Marat[14], saya mendapati bahwa dalam lebih dari satu cara kita secara tidak sadar telah meniru model besar dari “Ami du Peuple” (bukan yang dipalsukan oleh kaum royalis), dan bahwa seluruh ledakan kemarahan dan seluruh penyelewengan sejarah (yang oleh karenanya dalam kurun waktu hampir satu abad kita hanya mengenal Marat yang telah terdistorsi) semata-mata disebabkan oleh fakta bahwa tanpa belas kasihan Marat telah menyingkirkan selubung dari berhala-hala waktu itu, yakni Lafayette, Bailly, dan lain-lainnya, dan mengekspos mereka sebagai pengkhianat revolusi; dan bahwa ia, seperti kami, tidak ingin revolusi dinyatakan selesai, melainkan terus berlangsung.

Kami secara terbuka memproklamirkan bahwa tendensi yang kami wakili bisa memasuki perjuangan untuk mencapai tujuan-tujuan riil partai kami hanya bila yang paling ekstrem dari partai-partai resmi yang ada di Jerman tampil ke depan; kemudian kami akan membentuk oposisi terhadapnya.

Namun, peristiwa-peristiwa memperlihatkan bahwa di samping cemoohan pada lawan-lawan Jerman kita, muncul juga semangat yang menyala-nyala. Insureksi kaum buruh Paris pada Juni 1848 menemukan kami pada pos kami. Sejak tembakan pertama, kami ada di pihak para pemberontak ini. Setelah kekalahan mereka, Marx memberikan penghormatan kepada para pemberontak yang telah gugur ini dalam salah satu artikelnya yang paling kuat[15].

Kemudian para pemegang saham terakhir kami meninggalkan kami. Tapi kami memiliki kepuasan menjadi satu-satunya koran di Jerman, dan hampir satu-satunya di Eropa, yang telah menjunjung tinggi panji proletarian yang telah dihancurkan pada momen ketika borjuasi dan borjuasi kecil dari semua negeri menginjak-injak mereka yang telah gugur dengan semburan umpatan.

Kebijakan luar negeri kami sederhana: mendukung semua rakyat revolusioner, dan menyerukan sebuah perang umum Eropa revolusioner melawan benteng perkasa reaksi Eropa – yakni Rusia. Sejak 24 Februari[16], jelas bagi kami bahwa revolusi hanya memiliki satu musuh yang sungguh-sungguh kuat, yakni Rusia, dan bahwa semakin gerakan mengambil dimensi Eropa, semakin musuh ini terdorong untuk memasuki pertempuran. Peristiwa-peristiwa Wina, Milan, dan Berlin akan menunda serangan Rusia, tapi serangan itu akan menjadi semakin pasti seiring dengan semakin dekatnya revolusi ke tanah Rusia. Tapi bila Jerman bisa berhasil dibawa untuk berperang melawan Rusia, itu akan menjadi akhir dari dinasti Hapsburg dan dinasti Hohenzollern dan revolusi akan berjaya sepenuhnya.

Kebijakan ini merasuki tiap-tiap isu surat kabar Neue Rheinische Zeitung hingga momen invasi yang sesungguhnya atas Hungaria oleh Rusia[17], yang sepenuhnya mengukuhkan prediksi kami dan menentukan kekalahan revolusi.

Ketika, pada musim semi 1849, pertempuran yang menentukan ini semakin mendekat, bahasa koran menjadi semakin berapi-api dan bergelora dengan setiap isu. Wilhelm Wolff menulis “Silesian Milliard” (delapan artikel)[18], dimana ia mengingatkan kaum tani Silesian bahwa mereka telah membayar terlalu mahal bagi pembebasan diri mereka dari perbudakan feodal: para tuan tanah telah menipu mereka dengan mengambil uang dan tanah mereka dengan bantuan pemerintah. Wolff menyerukan agar kaum tani Silesian menuntut kompensasi sebesar 1 miliar taler.

Pada waktu yang sama, pada bulan  April, esai Marx yang berjudul mengenai kerja upahan dan kapital muncul dalam wujud serangkaian artikel editorial[19], yang mengindikasikan dengan jelas tujuan sosial dari kebijakan kita. Tiap-tiap terbitan, tiap-tiap nomor khusus, menunjuk pada pertempuran besar yang sedang dipersiapkan, menunjuk pada penajaman antagonisme-antagonisme di Prancis, Italia, Jerman, dan Hungaria. Terutama nomor-nomor khusus yang diterbitkan pada bulan April dan Mei memuat seruan-seruan kepada rakyat untuk mempersiapkan diri untuk aksi langsung.

“Di luar sana, di dalam Reich”, orang-orang merasa takjub bahwa kami menjalankan aktivitas-aktivitas kami tanpa rasa takut, di dalam benteng Prusia yang nomor wahid, di hadapan garnisun berkekuatan 8000 tentara dan menghadapi gardu penjagaan. Tapi, dengan delapan senapan dan bayonet, 250 butir peluru di ruang editorial, serta topi-topi merah Jacobin para tukang cetak, para tentara memperhitungkan bahwa rumah kami adalah sebuah benteng yang tidak akan jatuh begitu saja dengan serangan tiba-tiba.
 
Akhirnya, pada 18 Mei 1849, pukulan itu datang.

Insureksi di Dresden dan Elberfeld ditumpas, insureksi di Iserlohn terkepung; Provinsi Rhine dan Westphalia dipenuhi dengan bayonet yang, setelah selesai merudapaksa Rhineland Prusia, bermaksud menyerang Palatinate dan Baden. Kemudian pada akhirnya, pemerintah datang untuk menutup kantor kami. Separuh dari staf editorial ditetapkan sebagai terdakwa, separuh lainnya dikenai deportasi sebagai orang-orang non-Prusia. Kami tidak bisa berbuat banyak, karena seluruh korps tentara berdiri di belakang pemerintah. Kami harus menyerahkan benteng kami, tetapi kami mundur dengan senjata-senjata dan barang-barang kami, dengan memainkan band dan mengibarkan bendera, yakni bendera terbitan yang terakhir, edisi merah, yang di dalamnya kami memperingatkan kaum buruh Cologne agar tidak melakukan usaha putsch yang tidak ada harapan, dan menyerukan kepada mereka:

“Dengan mengucapkan selamat tinggal kepada Saudara-saudara sekalian, para editor Neue Rheinische Zeitung berterima kasih atas simpati yang telah kalian tunjukkan kepada kami. Kata terakhir kami di mana-mana dan kapan pun: pembebasan kelas buruh![20]

Demikianlah Neue Rheinische Zeitung berakhir, tak lama sebelum menyelesaikan tahun pertamanya. Dimulai hampir tanpa sumber dana – sedikit yang telah dijanjikan, segera, seperti telah kami katakan, hilang – ia telah mencapai sirkulasi hampir 5000 eksemplar pada bulan September. Pengepungan kota Cologne menghentikan penerbitannya. Pada pertengahan Oktober, ia harus mulai lagi dari awal. Tapi pada Mei 1849, ketika ia dibredel, ia memiliki 6000 pelanggan, sementara koran Kölnische[21], kala itu, sesuai dengan pengakuannya sendiri, memiliki tidak lebih dari 9000 pelanggan. Sebelum atau sesudah Neue Rheinische Zeitung, tidak ada koran Jerman yang pernah memiliki kekuatan atau pengaruh yang sama, atau mampu menggugah massa proletar seefektif koran ini.

Dan itu semua, di atas segalanya, adalah berkat jasa Marx.

Setelah diremukkan, staf editorial berhamburan. Marx pergi ke Paris di mana klimaks revolusi, yang saat itu sedang disiapkan di sana, meletus pada 13 Juni 1849[22]; Wilhelm Wolff menduduki kursi di parlemen Frankfurt – sekarang Majelis harus memilih antara dibubarkan dari atas atau bergabung dengan revolusi; dan saya pergi ke Palatinate dan menjadi seorang ajudan untuk korps relawan Willich.[23] ***


Catatan

[1] Engels menulis artikel ini untuk koran Der Sozialdemokrat untuk peringatan satu tahun meninggalnya Karl Marx. Artikel ini diterbitkan pertama kalinya dalam bahasa Inggris di Marx K. dan Engels F., Selected Works, Vol. 2, Co-operative Publishing Society of Foreign Workers in the USSR, Moscow-Leningrad, 1936.

[2] Peristiwa-peristiwa Februari 1848: Karena demonstrasi dan perkumpulan politik dilarang di Prancis, kaum oposisi yang kebanyakan adalah kelas menengah mulai menyelenggarakan acara-acara jamuan makan malam sebagai kedok untuk pertemuan politik. Kampanye jamuan makan malam ini dimulai pada Juli 1847.  Pada Februari 1848, pemerintahan melarang acara jamuan makan malam politik ini. Pelarangan ini membuat geram penduduk Paris, yang lalu turun ke jalan pada tengah hari 22 Februari 1848, menuntut Perdana Menteri Guillaume Guizot untuk turun. Massa rakyat mulai mendirikan barikade di jalan-jalan Paris. Esok harinya, pada pukul 2 siang, 23 Februari, Perdana Menteri Guizot mengundurkan diri. Mendengar kabar ini, massa rakyat berkumpul di luar gedung kementrian Luar Negeri. Para tentara berusaha membubarkan massa ini dan mulai menembaki para demonstran. 52 orang  mati. Massa rakyat Paris yang geram turun ke jalan dan berdemonstrasi di depan istana kerajaan. Barikade-barikade didirikan, pohon-pohon ditumbangkan, dan sejumlah gedung pemerintah dibakari. Raja Louis Philippe turun takhta dan melarikan diri ke Inggris. Dimulailah revolusi 1848, dan pada 26 Februari, kaum oposisi liberal membentuk sebuah pemerintahan provisional yang disebut Republik Kedua. [Ed.] 

[3] Yang di kemudian hari menjadi seorang liberal. [Catatan oleh editor Sozialdemokrat]

[4] Code Napoleon atau Undang-Undang Napoleon adalah undang-undang sipil yang disahkan di bawah pemerintahan Napoleon Bonaparte pada 1881, dan merupakan salah satu pencapaian dari Revolusi Prancis yang menumbangkan feodalisme. Code Napoleon ini menggantikan undang-undang dari rejim feodal sebelumnya, misalnya, ia melarang privilese berdasarkan kelahiran atau keluarga, menjamin kebebasan beragama, menekankan secara khusus bahwa jabatan pemerintah harus diberikan kepada orang yang paling memiliki kualifikasi, dsb. [Ed.]

[5] “Residenz”, bahasa Jerman kuno yang berarti “tempat tinggal”, merujuk pada kota-kota yang khususnya digunakan sebagai tempat tinggal para penguasa aristokrat dan keluarga monarki. Di Prussia pada jaman Marx, ada 3 kota “Residenz”, yakni Berlin, Königsberg, dan Breslau. [Ed.]

[6] Prussian Landrecht, atau lengkapnya “Allgemeines Landrecht für die Preußischen Staaten”, adalah undang-undang sipil Prussia yang disahkan pada 1794 di bawah Kaisar Frederick II. Undang-undang ini mengatur hukum sipil, hukum pidana, hukum publik, hukum administratif, dsb. Di bawah undang-undang ini, semua institusi lama feodalisme masih berlaku, tetapi pada saat yang sama juga diberlakukan institusi-institusi modern seperti pengakuan atas hak milik pribadi. [Ed.]

[7] Pengadilan pers adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi dimana pers atau media lewat pemberitaannya terhadap suatu kasus menciptakan bias terhadap tersangka, dimana tersangka diadili oleh pers dan diasumsikan bersalah atau tidak bersalah sebelum hakim atau juri memutuskan kasus tersebut. Untuk mencegah pengadilan pers, ada sejumlah peraturan yang membatasi atau menyensor pemberitaan media terhadap sebuah kasus yang sedang berlangsung. [Ed.]

[8] Gustav Adolph Schlöffel (1828-1849), seorang mahasiswa dan revolusioner demokrat dari Jerman, diadili pada April 1848 karena dua artikelnya yang membela hak-hak rakyat pekerja. Kedua artikel ini terbit pada 19 April di jurnal Volksfreund (Sahabat Rakyat) edisi No. 5, sebuah jurnal yang dia terbitkan sejak Maret selama Revolusi 1848. Dia dihukum 6 bulan penjara dengan tuduhan menyebarkan agitasi pemberontakan. Dia meninggal di dalam sebuah pertempuran melawan para tentara Prusia pada Juni 1849. [Ed.]

[9] Dinasti Hohenzollern, sebuah dinasti yang berdiri sejak abad ke-11 dan ditumbangkan oleh Revolusi Jerman 1918. Dinasti ini menguasai wilayah yang mencakupi Jerman, Austria, Polandia, Lituania, Denmark, Belgia, Republik Ceko, dan Rusia. [Ed.]

[10] Camarilla adalah para penasihat atau kroni yang mengelilingi seorang penguasa atau raja. Mereka biasanya tidak memiliki jabatan resmi di dalam pemerintahan, tetapi mereka bermain politik di belakang layar. [Ed.]

[11] Kreuz-Zeitung adalah sebuah koran Jerman yang dicetak di Berlin dari 1848-1939. Koran ini didirikan pada saat Revolusi 1848 oleh kaum konservatif Prusia. [Ed.]

[12] Ini merujuk pada kabinet Camphausen-Hansemann yang dibentuk di Prusia pada 29 Maret, 1848. Kabinet ini terdiri dari kaum kelas menengah-atas liberal dan para bangsawan liberal. [Ed.]

[13] A. Bougeart, Marat, L'ami du peuple, vols I-II. [Ed.]

[14] Jean-Paul Marat (1743-1793) adalah seorang jurnalis dan politisi radikal selama Revolusi Prancis 1789. Dia adalah salah satu suara yang paling radikal selama Revolusi Prancis, dan menerbitkan koran L’ami du peuple (Sahabat Rakyat). [Ed.]

[15] K. Marx, “The June Revolution”.

[16] Pada 24 Februari 1848, Louis Philippe ditumbangkan di Eropa. Setelah mendengar kabar kemenangan revolusi di Prancis, kaisar Rusia, Nicholas I, memberikan perintah mobilisasi tentara di Rusia guna menghadapi revolusi di Eropa. [Ed.]

[17] Pada Maret 1849, Rusia menyerang Hungaria atas permintaan dari Franz Joseph, Raja Hungaria, untuk menumpas revolusi di sana. [Ed.]

[18] The Silesian Milliard (Die schlesische Milliarde) adalah serangkaian artikel yang ditulis oleh Wilhelm Wolff (1809-1864), sahabat dan kamerad dekat dari Marx dan Engels, dan yang diterbitkan di Neue Rheinische Zeitung from 22 Maret hingga 25 April, 1849. Pada 1886, artikel-artikel ini diterbitkan dalam bentuk pamflet, dengan pengantar oleh Engels. [Ed.]

[19] Karl Marx, “Kerja Upahan dan Kapital”.

[20] K. Marx, F. Engels, "To the Workers of Cologne"

[21] The Kölnische Zeitung (Cologne Gazette) adalah sebuah koran harian Jerman yang diterbitkan di Cologne sejak 1802. Selama Revolusi 1848-1849 dan rejim reaksi yang menyusul, koran ini merefleksikan kebijakan yang pengecut dan berkhianat dari kaum borjuis liberal Prusia, dan terus menerus menyerang koran Neue Rheinische Zeitung. [Ed.]

[22] Pada 13 Juni, 1849, partai borjuis kecil Montagnard mengorganisir sebuah demonstrasi damai di Paris untuk memprotes pengiriman tentara Prancis untuk menumpas revolusi di Italia, karena ini melanggar Konstitusi Republik Prancis, yang melarang pengiriman tentara Prancis ke luar negeri untuk mengintervensi kebebasan rakyat dari negeri-negeri asing. Demonstrasi ini dibubarkan oleh tentara. Kegagalan demonstrasi ini membuktikan kebangkrutan dari demokrasi borjuis-kecil Prancis. Sejak itu, pihak otoritas Prancis meluncurkan persekusi terhadap kaum demokrat, termasuk orang-orang asing yang tinggal di Prancis. [Ed.]

[23] Mengenai partisipasi Engels di dalam pemberontakan Baden-Palatinate pada 1849, ketika dia bergabung dalam korps relawan Willich, baca tulisan Engels “The Campaign for the Imperial Constitution in Germany,” yang ditulisnya pada 1984-1850. [Ed.]