V. I. Lenin
NEGARA dan REVOLUSI
Ajaran Marxis tentang Negara dan Tugas-tugas Proletariat di dalam Revolusi
BAB VI
PEMVULGARAN MARXISME OLEH KAUM OPORTUNIS
Masalah hubungan negara dengan revolusi sosial, dan hubungan revolusi sosial dengan negara, seperti juga masalah revolusi pada umumnya, sangat sedikit diperhatikan oleh teoritikus-teoritikus dan publisis-publisis terkemuka Internasionale II (1889-1914). Tetapi yang paling khas dalam proses pertumbuhan berangsur-angsur dari oportunisme yang menyebabkan keruntuhan Internasionale II di tahun 1914 adalah, bahwa bahkan ketika langsung menghadapi masalah ini mereka mencoba menghindarinya atau juga gagal mencermatinya.
Secara umum dan keseluruhan, dapat dikatakan bahwa dari sikap mengelak terhadap masalah hubungan revolusi proletar dengan negara, sikap mengelak yang menguntungkan bagi oportunisme dan yang memupuknya, lahirlah distorsi Marxisme dan pemvulgarannya yang sepenuhnya.
Untuk menggambarkan ciri proses yang menyedihkan ini, walaupun secara singkat, baiklah kita ambil teoritikus-teoritikus Marxisme yang terkemuka, Plekhanov dan Kautsky.
1. POLEMIK PLEKHANOV DENGAN KAUM ANARKIS
Plekhanov menulis sebuah brosur khusus mengenai masalah hubungan anarkisme dengan sosialisme: Anarkisme dan Sosialisme yang diterbitkan di Jerman pada tahun 1894.
Plekhanov membahas tema ini secara licik, dengan mengabaikan sama sekali apa yang paling mendesak, hangat dan secara politik paling hakiki dalam perjuangan menentang anarkisme, yakni hubungan revolusi dengan negara dan masalah negara pada umumnya! Dalam brosurnya itu menonjol dua bagian: yang satu bersifat sejarah dan sastra, dengan bahan-bahan yang berharga tentang sejarah gagasan-gagasan Stirner, Proudhon dan lain-lainnya; bagian yang lainnya bersifat filistin, dan mengandung pembahasan yang janggal tentang tema bahwa seorang anarkis tidak dapat dibedakan dengan seorang bandit.
Kombinasi tema yang paling lucu bagi seluruh kegiatan Plekhanov pada waktu menjelang revolusi dan selama periode revolusioner di Rusia; begitulah Plekhanov menunjukkan dirinya dalam tahun-tahun 1903-1917 sebagai seorang semi-doktriner dan semi-filistin yang dalam politik mengekor borjuasi.
Kita telah melihat bagaimana Marx dan Engels, dalam berpolemik dengan kaum anarkis, menjelaskan dengan luar biasa seksama pandangan-pandangan mereka mengenai hubungan revolusi dengan negara. Engels, ketika pada tahun 1891 menerbitkan karya Marx Kritik Terhadap Program Gotha, menulis bahwa "kami" (yaitu Engels dan Marx) "ketika itu, baru saja dua tahun sesudah Konggres Internasionale (I) di Den Haag (1) , sedang berada dalam klimaks perjuangan melawan Bakunin dan kaum anarkisnya".
Kaum anarkis mencoba menyatakan justru Komune Paris, boleh dikatakan, sebagai "kepunyaannya sendiri" yang membenarkan doktrin mereka; dan mereka dama sekali gagal untuk mengerti pelajaran-pelajaran dari komune dan analisa Marx mengenai pelajaran-pelajaran tersebut. Anarkisme telah gagal untuk memberikan sesuatu apapun bahkan yang agak mendekati kebenaran mengenai masalah-masalah politik yang kongkrit, yaitu, haruskah mesin negara yang lama dihancurkan ? dan apa yang harus menggantikan tempatnya ?
Tetapi berbicara tentang "anarkisme dan sosialisme", dengan menghindari seluruh masalah negara, tanpa mempedulikan seluruh perkembangan Marxisme sebelum dan sesudah Komune, ini berarti tak terelakkan tergelincir ke dalam oportunisme. Sebab yang paling diperlukan oleh oportunisme justru agar kedua masalah yang baru kita tunjukkan itu tidak dikemukakan sama sekali. Ini sudah merupakan kemenangan oportunisme.
2. POLEMIK KAUTSKY DENGAN KAUM OPORTUNIS
Tak diragukan lagi bahwa karya-karya Kautsky yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia jauh lebih banyak dari pada ke dalam bahasa lain manapun. Bukanlah tanpa alasan jika beberapa orang Sosial-Demokrat Jerman bergurau bahwa Kautsky lebih banyak dibaca di Rusia dari pada di Jerman (biarlah kita katakan, sambil lalu, bahwa gurauan ini mengandung isi sejarah yang jauh lebih mendalam dari pada yang diduga oleh yang pertama-tama mencetuskannya, yakni: kaum buruh Rusia, yang dalam tahun 1905 mengajukan permintaan yang luar biasa besarnya dan tak ada bandingannya akan karya-karya terbaik dari literatur Sosial-Demokrat yang terbaik di dunia dan yang memperoleh terjemahan dan edisi karya-karya tersebut dalam jumlah yang tak ada taranya di negeri-negeri lain, dengan demikian dapat dikatakan telah memindahkan dengan cara yang dipercepat pengalaman-pengalaman yang maha besar dari negeri tetangga yang lebih maju ke bumi muda gerakan proletar kita).
Di samping popularisasinya tentang Marxisme, Kautsky teristimewa terkenal di negara kita karena polemiknya dengan kaum oportunis dan dengan Bernstein sebagai pemimpin mereka. Tetapi satu fakta hampir tidak diketahui, fakta yang tidak boleh diabaikan jika kita bertugas menyelidiki bagaimana Kautsky terjerumus ke dalam kekacauan yang tak terkirakan memalukannya dan ke dalam pembelaan atas sosial-chauvinisme pada masa krisis yang maha hebat tahun-tahun 1914-1915. Fakta ini adalah bahwa dekat sebelum tampil melawan wakil-wakil terkemuka oportunisme di Perancis (Millerand dan Jaures) dan di Jerman (Bernstein), Kautsky telah menampakkan kebimbangan yang sangat besar. Jurnal Marxis Zarya (2) , yang diterbitkan di Stuttgart pada tahun 1901-1902 dan yang mempertahankan pandangan-pandangan revolusioner proletar, terpaksa berpolemik dengan Kautsky dan menamakan resolusi Kautsky, yang setengah-tengah, yang bersifat mengelak dan kompromi terhadap kaum oportunis pada Konggres Sosialis Internasional di Paris pada tahun 1900 (3) , sebagai resolusi yang "elastis". Dalam literatur Jerman telah diterbitkan surat-surat Kautsky dekat sebelum ia melakukan kampanye melawan Bernstein.
Tetapi yang mempunyai arti yang jauh lebih besar adalah bahwa dalam polemiknya dengan kaum oportunis itu sendiri, dalam caranya mengajukan masalah dan caranya membahas masalah, kita lihat kini, ketika mempelajari sejarah pengkhianatan terbaru terhadap Marxisme dari pihak Kautsky, kecenderungan yang sistematis ke oportunisme justru dalam masalah negara.
Marilah kita ambil karya besar pertama Kautsky yang melawan oportunisme, yaitu Bernstein dan Program Sosial-Demokrat. Kautsky secara terperinci membantah Bernstein. Tetapi inilah yang khas:
Bernstein dalam tulisannya Premis-premis Sosialisme yang terkenal secara herostratis, menuduh Marxisme sebagai "Blanquisme" (tuduhan yang sejak itu diulangi ribuan kali oleh kaum oportunis dan kaum borjuis liberal di Rusia terhadap wakil-wakil Marxisme revolusioner, kaum Bolshevik). Dalam hal ini Bernstein secara khusus membicarakan karya Marx Perang dalam Negeri di Perancis dan mencoba &endash;seperti telah kita lihat, gagal sama sekali &endash;menyamakan pandangan Marx tentang pelajaran-pelajaran dari Komune dengan pandangan Proudhon. Perhatian khusus Bernstein tergugah oleh kesimpulan Marx yang ditekankannya dalam kata pendahuluan pada tahun 1872 untuk Manifesto Komunis dan yang berbunyi: "kelas buruh tidak dapat begitu saja merebut mesin negara yang sudah-jadi dan menggunakannya untuk tujuan-tujuannya sendiri".
Bernstein begitu "suka" pada ungkapan ini, sehingga ia mengulanginya tidak kurang dari tiga kali dalam bukunya, dengan mentafsirkannya dalam pengertian yang paling didistorsikan, yang oportunis.
Seperti yang telah kita ketahui, Marx ingin mengatakan bahwa kelas buruh harus menghancurkan, mematahkan, meledakkan (Sprengung &endash;ledakan, ungkapan yang digunakan oleh Engels) seluruh mesin negara. Tetapi bagi Bernstein tampaknya seolah-olah Marx dengan kata-kata tersebut memperingatkan kelas buruh supaya jangan bersemangat revolusioner yang berlebih-lebihan pada waktu merebut kekuasaan.
Pendistorsian yang lebih kasar dan lebih tidak senonoh terhadap ide Marx tidak dapat dibayangkan.
Alangkah, kemudian, Kautsky bertindak dalam bantahannya yang paling detil terhadap Bernsteinisme.
Ia menghindari penganalisisan atas pendistorsian yang paling mendalam terhadap Marxisme oleh oportunisme dalam hal ini. Ia mengajukan bagian yang telah dikutip di atas dari kata pendahuluan Engels untuk Perang dalam Negeri Marx dengan mengatakan bahwa menurut Marx, kelas buruh tidak dapat begitu saja merebut mesin negara yang sudah jadi, tetapi secara umum ia dapat merebutnya, dan hanya itulah. Mengenai hal bahwa Bernstein menganggap sebagai ide Marx justru sesuatu yang amat berlawanan dengan ide Marx yang sebenarnya, yaitu bahwa Marx sejak tahun 1852 telah mengemukakan "menghancurkan" mesin negara sebagai tugas revolusi proletar, mengenai ini Kautsky tidak mengeluarkan sepatah katapun.
Hasilnya adalah bahwa perbedaan yang paling hakiki antara Marxisme dengan oportunisme mengenai masalah tugas-tugas revolusi proletar telah dikaburkan oleh Kautsky!
"Kita dapat secara aman menyerahkan solusi dari permasalahan diktatur proletar kepada masa depan", kata Kautsky, dalam tulisannya "melawan" Bernstein (halaman 172, edisi bahasa Jerman).
Ini bukan polemik melawan Bernstein, tetapi, pada hakekatnya, konsesi kepada Bernstein, menyerah kepada oportunisme; sebab bagi kaum oportunis untuk sementara ini cukup dengan "sepenuhnya menyerahkan dengan perasaan aman kepada hari depan" semua masalah fundamental tentang tugas-tugas revolusi proletar.
Sejak tahun 1852 sampai 1891, selama 40 tahun, Marx dan Engels mengajarkan pada kaum proletar bahwa ia harus menghancurkan mesin negara. Sedang Kautsky pada tahun 1899, menghadapi pengkhianatan sepenuhnya kaum oportunis terhadap Marxisme mengenai hal ini, mengganti masalah apakah harus menghancurkan mesin ini dengan masalah bentuk-bentuk kongkrit penghancuran, dan menyelamatkan di bawah perlindungan kebenaran filistin yang ("tak terbantah" dan sia-sia) bahwa bentuk-bentuk kongkrit tidak dapat kita ketahui sebelumnya!
Sebuah jurang dalam membedakan antara Marx dengan Kautsky dalam sikap mereka terhadap tugas-tugas partai proletar untuk mempersiapkan kelas buruh u melakukan revolusi.
Marilah kita ambil karya Kautsky yang berikutnya, yang lebih matang, yang ditujukan juga dalam batas yang luas untuk membantah kesalahan-kesalahan oportunisme. Karya itu adalah fampletnya Revolusi Sosial. Di famplet ini penulis mengambil sebagai temanya yang khusus masalah "revolusi proletar" dan "rezim proletar". Penulis telah memberikan banyak sekali yang luar biasa berharganya, tetapi justru masalah negara dihindari. Dalam seluruh brosur itu dibicarakan tentang perebutan kekuasaan negara, dan Cuma itu saja, yaitu dipilih rumusan yang memberi konsesi kepada kaum oportunis, karena memperbolehkan perebutan kekuasaan tanpa penghancuran mesin negara. Justru hal yang oleh Marx pada tahun 1872 di dalam program Manifesto Komunis dinyatakan "sudah usang" dihidupkan kembali oleh Kautsky pada tahun 1902!
Dalam famplet itu terdapat paragraf khusus yang membahas "Bentuk-bentuk dan senjata revolusi sosial". Di sini dibicarakan juga tentang pemogokan politik, tentang perang dalam negeri dan tentang "alat-alat kekuasaan negara besar modern, seperti birokrasi dan tentara", tetapi tentang apa yang sudah diajarkan oleh komune kepada kaum buruh sepatah katapun tidak dibicarakan. Jelas, Engels bukannya tanpa alasan memperingatkan terutama kaum sosialis Jerman supaya jangan menaruh "rasa hormat secara takhayul" kepada negara.
Kautsky menguraikan masalahnya sebagai berikut: proletariat yang berjaya "akan melaksanakan program demokrasi" dan memaparkan fasal-fasalnya. Tentang hal baru yang diberikan oleh tahun 1871 mengenai masalah penggantian demokrasi borjuis dengan demokrasi proletar, sepatah katapun tidak ada. Kautsky membatasi diri dengan kata-kata banyak yang kedengarannya "hebat".
"Jelas dengan sendirinya bahwa kita tidak akan mencapai kekuasaan di bawah tata tertib sekarang. Revolusi itu sendiri menyatakan perjuangan yang berjangka panjang dan mendalam, yang sudah akan mengubah susunan politik dan sosial kita yang sekarang".
Tak diragukan lagi, memang ini "jelas dengan sendirinya", seperti juga kebenaran bahwa kuda makan gandum haver dan bahwa Sungai Volga mengalir ke Laut Kaspia. Hanya sayang, bahwa dengan menggunakan kata-kata kosong dan bombastis tentang perjuangan yang "mendalam" dihindari masalah yang vital bagi proletariat revolusioner, yaitu dimana letak "kedalaman" revolusi proletariat dalam hubungan dengan negara, dalam hubungan dengan demokrasi, jika dikontraskan dengan revolusi-revolusi sebelumnya yang non-proletar.
Dengan menghindari masalah tersebut, Kautsky dalam kenyatannya memberi konsesi kepada oportunisme mengenai hal yang paling hakiki ini, dengan memaklumkan dalam kata-kata perang sengit melawan oportunisme, dengan menekankan arti penting "íde revolusi" (berapa harga "ide" ini jika orang takut memproragandakan kepada kaum buruh pelajaran-pelajaran kongkrit revolusi?), atau dengan mengatakan: "idealisme revolusioner di atas segala-galanya", atau dengan mengumumkan bahwa kaum buruh Inggris sekarang ini "hampir-hampir tidak lebih dari pada borjuis kecil".
"Bentuk-bentuk perusahaan yang paling beraneka ragam perusahaan &endash;birokrasi (??), perusahaan serikat buruh, perusahaan koperasi, perusahaan perseoranganÉ dapat berdiri berdampingan di dalam masyarakat sosialis", tulis Kautsky, "ÉMisalnya, ada perusahaan-perusahaan yang tidak bisa tanpa organisasi yang birokratis (??), seperti kereta api. Di sini organisasi demokratis dapat berbentuk sebagai berikut: kaum buruh memilih utusan-utusan yang merupakan sesuatu semacam parlemen, dan parlemen ini menetapkan peraturan kerja dan mengawasi pengurusan aparat birokrasi. Pengurusan perusahaan-perusahaan lain dapat diserahkan kepada Serikat Buruh-Serikat Buruh, yang lainnya lagi dapat diselenggarakan menurut prinsip koperasi" (halaman 148 dan 115, terjemahan bahasa Rusia, terbitan Jenewa, 1903).
Pembahasan demikian ini adalah salah, merupakan langkah mundur dibandingkan dengan penjelasan-penjelasan Marx dan Engels dalam tahun-tahun 1870-an dengan menggunakan pelajaran-pelajaran dari Komune sebagai contoh.
Dipandang dari segi organisasi "birokratis" yang seolah-olah diperlukan itu, kereta api sama sekali tidak berbeda dengan semua perusahaan industri mesin besar pada umumnya, dengan setiap pabrik, toko besar, perusahaan pertanian besar kapitalis. Teknik dalam semua perusahaan semacam itu mutlak menuntut disiplin yang paling keras, ketepatan yang paling tinggi dari setiap orang dalam menunaikan bagian pekerjaan yang diperuntukan baginya, sebab kalau tidak, ada bahaya seluruh perusahaan akan berhenti atau mesin rusak, barang hasil rusak. Di semua perusahaan semacam itu kaum buruh sudah tentu akan "memilih utusan-utusan yang merupakan sesuatu semacam parlemen".
Tetapi justru seluruh persoalannya adalah bahwa "sesuatu semacam parlemen" ini akan tidak merupakan parlemen dalam pengertian lembaga-lembaga parlementer borjuis. Justru seluruh persoalannya adalah bahwa "sesuatu semacam parlemen" ini akan tidak hanya "menetapkan peraturan kerja dan mengawasi pengurusan aparat birokrasi", seperti yang dibayangkan Kautsky, yang pikirannya tidak keluar dari bingkai parlementerisme borjuis. Dalam masyarakat sosialis "sesuatu semacam parlemen" dari utusan-utusan buruh itu sudah tentu akan "menetapkan peraturan kerja dan mengawasi pengurusan" atas "aparat" &endash;tetapi justru aparat ini tidak akan bersifat "birokrasi". Kaum buruh, setelah merebut kekuasaan politik, akan menghancurkan aparat birokrasi yang lama, meremukannya sampai ke dasarnya dan memusnahkannya sama sekali, menggantinya dengan yang baru yang terdiri dari kaum buruh dan pegawai-pegawai yang itu juga, dan untuk mencegah mereka berubah menjadi birokrat-birokrat akan segera diambil tindakan-tindakan yang telah diuraikan dengan terperinci oleh Marx dan Engels: 1.) tidak hanya dipilih tetapi juga dapat diganti sewaktu-waktu; 2.) upah tidak lebih tinggi dari pada upah buruh; 3.) segera beralih ke keadaan dimana semua melaksanakan fungsi mengawasi dan menilik, sehingga semua untuk sementara waktu menjadi "birokrat" dan sehingga karena itu tidak seorangpun dapat menjadi "birokrat".
Kautsky sama sekali tidak merefleksikan kata-kata Marx: "Komune adalah badan pekerja, bukan merupakan badan parlementer, legislatif dan eksekutif pada saat yang bersamaan".
Kautsky sama sekali tidak mengerti perbedaan antara parlementerisme borjuis, yang mengkombinasikan demokrasi (bukan untuk rakyat) dengan birokratisme (terhadap rakyat), dengan demokratisme proletar yang segera akan mengambil tindakan-tindakan untuk memotong birokratisme sampai ke akar-akarnya dan yang akan mampu menjalankan tindakan-tindakan itu sampai selesai, sampai pada penghancuran sepenuhnya birokratisme, sampai pada pelaksanaan sepenuhnya demokrasi untuk rakyat.
Di sini Kautsky memperlihatkan "rasa hormat secara takhayul" terhadap negara dan "kepercayaan secara takhayul" terhadap birokratisme yang sama saja.
Marilah kita beralih pada karya Kautsky yang terakhir dan terbaik yang melawan kaum oportunis, yaitu brosurnya Jalan Menuju Kekuasaan (saya kira famplet ini belum diterbitkan dalam bahasa Rusia, sebab famplet itu terbit ketika di negeri kita reaksi sedang mengamuk, pada tahun 1909). Famplet ini merupakan langkah maju yang besar, karena tidak membicarakan program revolusioner pada umumnya, seperti brosur tahun 1899 yang menentang Bernstein, tidak membicarakan tugas-tugas revolusi sosial terlepas dari waktu terjadinya, seperti brosur Revolusi Sosial tahun 1902, tetapi membicarakan syarat-syarat kongkrit yang memaksa kita mengakui bahwa "jaman revolusi" sedang mendekat.
Secara definitif penulisnya menunjukkan meruncingnya kontradiksi-kontradiksi kelas pada umumnya dan imperialisme yang memainkan peranan yang teristimewa besarnya dalam hubungan ini. Sesudah "periode revolusioner tahun 1789-1871" bagi Eropa Barat, ia berkata, periode yang serupa mulai pada tahun 1905 bagi Timur. Perang dunia sedang mendekat dengan kecepatan yang menakutkan. "Proletariat sudah tidak dapat lagi berbicara tentang revolusi yang terlalu pagi". "Kita telah memasuki periode revolusioner". "Jaman revolusioner sedang dimulai".
Kenyataan-kenyataan ini jelas sekali. Famplet Kautsky ini harus dijadikan ukuran untuk membandingkan apa yang dijanjikan hendak diperbuat oleh Sosial-Demokrat Jerman menjelang perang imperialis dengan betapa rendahnya ia telah merosot (termasuk Kautsky sendiri) ketika perang pecah. "Situasi sekarang", tulis Kautsky dalam famplet yang sedang kita bahas ini, "mengandung bahaya, bahwa kita (yaitu Sosial-Demokrat Jerman) mudah dianggap lebih lunak dari pada keadaan kita yang sebenarnya". Terbukti bahwa dalam kenyataannya Partai Sosial-Demokrat Jerman jauh lebih lunak dan oportunis dari pada tampaknya!
Yang lebih khusus lagi adalah bahwa meskipun begitu tegas pernyataan-pernyataan Kautsky tentang sudah mulainya jaman revolusi, tetapi dalam famplet, yang menurut kata-katanya sendiri ditujukan justru untuk menganalisa masalah "revolusi politik", ia sekali lagi menghindari sama sekali masalah negara.
Dari jumlah seluruh penghindaran, pembungkaman dan pengelakan masalah ini, hasilnya pastilah penyeberangan sepenuhnya ke oportunisme yang kini harus kita bicarakan.
Sosial-Demokrasi Jerman, pada diri Kautsky, seolah-olah menyatakan: saya tetap berpegang pada pandangan-pandangan revolusioner (1899), khususnya saya mengakui tak terelakkannya revolusi sosial proletariat (1902), saya mengakui tibanya jaman baru revolusi (1909). Tetapi walaupun demikian saya akan mundur menentang apa yang dikatakan Marx sudah pada tahun 1852, begitu diajukan masalah tugas-tugas revolusi proletar dalam hubungan dengan negara (1912).
Demikianlah masalahnya diajukan dengan blak-blakan dalam polemik Kautsky dengan Pannekoek.
3. POLEMIK KAUTSKY DENGAN PANNEKOEK
Pannekoek sebagai salah seorang wakil dari aliran "radikal kiri" yang di dalam barisannya termasuk Rosa Luxemburg, Karl Radek dan lain-lainnya, tampil melawan Kautsky, dan aliran ini dalam mempertahankan taktik revolusioner dipersatukan oleh keyakinan bahwa Kautsky menyeberang ke posisi "sentris", yang secara tak berprinsip terombang ambing antara Marxisme dengan oportunisme. Ketepatan pandangan ini dibuktikan sepenuhnya oleh perang, ketika aliran "sentris" (yang secara salah dinamakan Marxis) atau Kautskyisme sepenuhnya membuka diri dalam segala kebutuhan yang memuakkan.
Dalam artikel "Aksi-aksi Massa dan Revolusi" (Neue Zeit, 1912, Volume XXX, No. 2) yang menyinggung masalah negara, Pannekoek menggambarkan sikap Kautsky sebagai sikap "radikalisme pasif", sebagai "teori menunggu tanpa bertindak". "Kautsky tidak mau melihat prose revolusi" (hlm. 616). Dengan mengemukakan masalah secara demikian, Pannekoek mendekati tema yang menarik perhatian kita, yaitu tugas-tugas revolusi proletar dalam hubungan dengan negara.
"Perjuangan proletariat", ia menulis "bukanlah semata-semata perjuangan menentang borjuasi untuk kekuasaan negara, tetapi perjuangan menentang kekuasaan negara É Isi revolusi proletar adalah penghancuran dan pembubaran (Auflösung) alat-alat kekuasaan negara dengan bantuan alat-alat kekuasaan proletariat É.Perjuangan baru akan berhenti jika, sebagai hasil perjuangan itu, organisasi negara sudah dihancurkan sama sekali. Organisasi mayoritas kemudian akan mendemonstrasikan keunggulannya dengan menghancurkan organisasi minoritas yang berkuasa" (halaman 548).
Perumusan Pannekoek untuk mengemukakan pikiran-pikirannya mempunyai kekurangan yang sangat besar. Tetapi walaupun demikian artinya jelas, dan sungguh menarik bagaimana Kautsky membantahnya.
"Sampai sekarang", ia menulis, "pertentangan antara kaum Sosial-Demokrat dengan kaum anarkis terletak dalam hal bahwa yang pertama ingin merebut kekuasaan negara, yang kedua &endash;menghancurkannya. Pannekoek menginginkan kedua-duanya" (halaman. 724).
Meskipun uraian Pannekoek tidak jelas dan kurang kongkrit (di sini tidak dibicarakan kekurangan-kekurangan lain dari artikelnya, yang tidak menyangkut tema yang sedang dibahas), tetapi Kautsky justru telah menangkap hakekat masalah yang prinsipil yang dikemukakan oleh Pannekoek, dan dalam masalah yang fundamental dan prinsipil ini Kautsky sama sekali meninggalkan posisi Marxisme dan sepenuhnya menyeberang ke oportunisme. Perbedaan antara kaum Sosial-Demokrat dengan kaum anarkis didefinisikan olehnya secara salah sama sekali dan Marxisme telah diputar balik dan divulgarkan sepenuhnya.
Perbedaan antara kaum Marxis dengan kaum anarkis terletak dalam hal berikut ini: 1.) yang tersebut duluan, yang bertujuan menghapuskan negara sepenuhnya, mengakui bahwa tujuan ini dapat dicapai baru setelah dihapuskannya kelas-kelas oleh revolusi sosialis, sebagai hasil ditegakkannya sosialisme, yang menjurus ke melenyapnya negara; yang tersebut belakangan menghendaki dihapuskannya negara sepenuhnya dengan seketika, tanpa mengerti syarat-syarat pelaksanaan penghapusan tersebut. 2.) Yang tersebut duluan mengakui sebagai keharusan bahwa proletariat, setelah merebut kekuasaan politik, menghancurkan sama sekali mesin negara yang lama dan menggantinya dengan yang baru, yang terdiri dari organisasi kaum buruh yang bersenjata, menurut tipe Komune; yang tersebut belakangan, yang bersikeras menghancurkan mesin negara, sama sekali tidak mempunyai gambaran yang jelas dengan apa proletariat akan menggantinya dan bagaimana proletariat akan menggunakan kekuasaan revolusioner; kaum anarkis bahkan menolak penggunaan kekuasaan negara oleh proletariat revolusioner, menolak diktatur revolusionernya. 3.) Yang tersebut duluan menuntut adanya persiapan proletariat untuk revolusi, dengan jalan menggunakan negara yang sekarang; kaum anarkis menolak hal ini.
Dalam melawan Kautsky, Marxisme di dalam perdebatan tersebut diwakili justru oleh Pannekoek, sebab Marxlah yang mengajarkan bahwa proletariat tidak dapat begitu saja merebut kekuasaan negara dalam arti bahwa aparat negara yang lama berpindah ke tangan baru, tetapi harus menghancurkan, mematahkan aparat ini dan menggantinya dengan yang baru.
Kautsky meninggalkan Marxisme dan menyeberang ke pihak kaum oportunis, karena pada Kautsky tidak terdapat sama sekali justru masalah penghancuran mesin negara ini, yang sama sekali tidak dapat diterima oleh kaum oportunis, dan memberikan lubang bagi mereka dalam arti "perebutan" ditafsirkan sebagai semata-mata memperoleh mayoritas.
Untuk menyelubungi pendistorsiannya atas Marxisme, Kautsky berlagak seperti seorang yang setia pada teks: ia menyodorkan "kutipan" dari Marx sendiri. Dalam tahun 1850 Marx menulis tentang kaharusan "pemusatan kekuatan secara tegas di tangan kekuasaan negara". Dan Kautsky bertanya dengan merasa menang: tidakkah Pannekoek ingin menghancurkan "sentralisme" ?
Ini sudah merupakan sulap belaka yang serupa dengan perbuatan Bernstein yang menyamakan Marxisme dengan Proudhonisme dalam pandangan mengenai federalisme sebagai ganti sentralisme.
"Kutipan" yang diambil Kautsky itu tidak tentu ujung pangkalnya. Sentralisme bisa baik dengan mesin negara yang lama maupun yang baru. Apabila kaum buruh secara sukarela menyatukan kekuatan bersenjata mereka, maka ini akan merupakan sentralisme; tetapi ia akan berdasarkan "penghancuran sepenuhnya" aparat negara yang sentralistis &endash;tentara tetap, polisi, birokrasi. Kautsky sepenuhnya bertindak sebagai seorang penipu dengan menghindari argumen-argumen Marx dan Engels yang sangat terkenal tentang Komune dan dengan merenggut kutipan yang tidak bersangkut paut dengan masalahnya.
" É Barangkali Pannekoek hendak menghapuskan fungsi-fungsi kenegaraan para pejabat?" Kautsky melanjutkan. "Tetapi kita tidak bisa tanpa pejabat baik dalam organisasi partai maupun dalam organisasi Serikat Buruh, apalagi dalam administrasi negara. Program kita tidak menuntut penghapusan pejabat-pejabat negara, tetapi menuntut supaya pejabat-pejabat dipilih oleh rakyatÉ Soal yang kita bicarakan sekarang bukan tentang bentuk apa yang akan diambil oleh aparat administrasi 'negara masa depan', melainkan tentang apakah perjuangan politik kita menghancurkan (hurufiah: membubarkan, auflöst) kekuasaan negara sebelum kita merebutnya (huruf miring dari Kautsky). Kementerian mana beserta pejabat-pejabatnya yang kiranya dapat dihapuskan?" Disebutlah satu demi satu: kementerian pendidikan, kementerian kehakiman, kementerian keuangan dan kementerian pertahanan. "Tidak, tidak satupun dari kementerian-kementerian yang sekarang akan dihilangkan oleh perjuangan politik kita menentang pemerintahÉ. Saya ulangi, untuk menghindari kesalahpahaman: soalnya bukan tentang bentuk apa yang akan diberikan kepada 'negara masa depan' oleh Sosial-Demokrasi yang menang, melainkan bagaimana oposisi kita mengubah negara yang sekarang" (halaman 725)
Ini tipu daya yang jelas: Pannekoek mengemukakan justru masalah revolusi. Ini dinyatakan dengan jelas baik dalam judul artikelnya maupun dalam bagian-bagian yang dikutip di atas. Dengan meloncat ke masalah "oposisi", Kautsky justru mengganti pendirian revolusioner dengan pendirian oportunis. Jadi menurut Kautsky demikian: sekarang kita beroposisi, sedang setelah merebut kekuasaan kita bicarakan lagi secara khusus. Revolusi dilenyapkan! Dan inilah yang justru dikehendaki oleh kaum oportunis.
Masalahnya bukan tentang oposisi dan bukan tentang perjuangan politik pada umumnya, melainkan justru tentang revolusi. Revolusi adalah proletariat menghancurkan "aparat administrasi" dan seluruh aparat negara, dan menggantinya dengan yang baru, yang terdiri dari kaum buruh bersenjata. Kautsky memperlihatkan "rasa hormat secara takhayul" terhadap "kementerian-kementerian", tetapi mengapa kementerian itu tidak dapat diganti, katakanlah, dengan komisi-komisi ahli di bawah Soviet-Soviet Wakil Buruh dan Prajurit yang berdaulat dan berkuasa penuh?
Hakekat persoalannya sama sekali bukan apakah "kementerian-kementerian" akan tetap ada, apakah "komisi-komisi ahli" atau lembaga-lembaga lain akan dibentuk, itu sama sekali tidak penting. Hakekat persoalannya adalah apakah mesin negara yang lama (yang terikat oleh ribuan benang dengan borjuasi dan sepenuhnya diresapi oleh rutinisme dan kekolotan) tetap dipertahankan atau dihancurkan dan diganti dengan yang baru. Revolusi seharusnya bukan berupa kelas baru mengomando, memerintah dengan bantuan mesin negara yang lama, melainkan kelas baru itu menghancurkan mesin tersebut dan mengomando, memerintah dengan bantuan mesin yang baru &endash;Kautsky mengaburkan ide dasar Marxisme ini atau ia sama sekali tidak memahaminya.
Persoalan yang diajukan oleh Kautsky mengenai pejabat-pejabat dengan jelas menunjukan bahwa ia tidak memahami pelajaran-pelajaran dari Komune dan ajaran-ajaran Marx. "Kita tidak bisa tanpa pejabat baik dalam organisasi partai maupun dalam organisasi Serikat Buruh"É.
Kita tidak bisa tanpa pejabat di bawah kapitalisme, di bawah kekuasaan borjuasi. Proletariat ditindas, massa pekerja diperbudak oleh kapitalisme. Karena seluruh keadaan perbudakan upah, kemiskinan dan kesengsaraan massa, maka di bawah kapitalisme demokrasi dipersempit, terkekang, terpotong, terselubung. Karena itu dan hanya karena itulah fungsionaris-fungsionaris dalam organisasi politik dan organisasi Serikat Buruh kita menjadi bejat (atau lebih tepatnya, berkecenderungan menjadi bejat) oleh keadaan kapitalisme dan menampakkan kecenderungan berubah menjadi birokrat, yaitu orang-orang yang terpisah dari massa, yang berdiri di atas massa, yang berhak istimewa.
Itulah hakekat birokratisme, dan sementara kaum kapitalis belum disita miliknya, sementara borjuasi belum digulingkan, maka selama itu tak terhindarkan "birokratisasi" tertentu bahkan atas fungsionaris-fungsionaris proletar.
Jadi, menurut Kautsky demikian: karena masih akan ada fungsionaris-fungsionaris yang dipilih, berarti masih akan terdapat pula pejabat-pejabat di bawah sosialisme, masih akan terdapat birokrasi! Justru inilah yang tidak tepat. Justru dengan mengambil contoh Komune Marx menunjukan bahwa di bawah sosialisme fungsionaris-fungsionaris bukan lagi "birokrat-birokrat", bukan lagi "pejabat-pejabat", mereka bukan lagi seperti itu seiring dengan dilaksanakannya &endash;di samping prinsip pejabat harus dipilih &endash;juga prinsip pejabat dapat diganti sewaktu-waktu, dan juga penurunan gaji ke taraf upah buruh rata-rata, dan juga penggantian lembaga-lembaga parlementer dengan "badan-badan pekerja, yaitu badan-badan yang membuat undang-undang dan sekaligus melaksanakannya".
Pada hakekatnya, seluruh argumen Kautsky dalam menentang Pannekoek dan khususnya dalil Kautsky yang cemerlang bahwa kita tidak bisa tanpa pejabat baik dalam organisasi partai maupun dalam organisasi Serikat Buruh, menunjukkan Kautsky mengulangi "dalil-dalil" lama Bernstein dalam menentang Marxisme pada umumnya. Dalam bukunya yang bersifat renegat, Prasyarat-prasyarat Sosialisme, Bernstein berjuang melawan ide demokrasi "primitif", berjuang melawan apa yang ia namakan "demokratisme doktriner" &endash;mandat-mandat yang mengikat, pejabat-pejabat yang tidak menerima imbalan, badan-badan perwakilan pusat yang tidak berdaya, dsb. Untuk membuktikan bahwa "demokratisme primitif" ini tanpa dasar. Bernstein menunjuk pada pengalaman serikat buruh-serikat buruh Inggris sebagaimana ditafsirkan oleh suami isteri Webb (4). Katanya, serikat buruh-serikat buruh selama 70 tahun perkembangannya, yang berlangsung seolah-olah "dalam kebebasan penuh" (halaman 137, edisi bahasa Jerman), menjadi yakin justru akan ketiadagunaan demokratisme biasa; parlementerisme yang dikombinasikan dengan birokrasi.
Pada kenyataannya serikat buruh-serikat buruh itu tidak berkembang "dalam kebebasan penuh", melainkan dalam perbudakan kapitalis penuh, dimana, sudah tentu "tidak bisa dihindari" adanya sejumlah konsesi kepada kejahatan yang terdapat dimana-mana, kekerasan, kebohongan, pengucilan kaum miskin dari urusan pemerintahan "tinggi". Di bawah sosialisme banyak hal dari demokrasi primitif tak terhindarkan akan hidup kembali, sebab untuk pertama kali dalam sejarah masyarakat beradab, massa penduduk akan naik panggung keikutsertaan secara bebas tidak hanya dalam pemungutan suara dan pemilihan, tetapi juga dalam pemerintahan sehari-hari. Di bawah sosialisme semua akan memerintah secara bergilir dan akan cepat terbiasa dengan keadaan tidak ada yang memerintah.
Marx dengan kecerdasannya yang kritis-analitis dan jenial telah melihat dalam tindakan-tindakan praktis Komune suatu titik-balik, yang ditakuti oleh kaum oportunis dan yang mereka tidak ingin mengakuinya karena kepengecutan mereka, karena mereka tidak mau memutuskan hubungan sama sekali dengan borjuasi, dan yang kaum anarkis tidak ingin melihatnya karena ketergesa-gesaan atau karena ketidak mengertian mereka akan syarat-syarat perubahan sosial yang besar-besaran pada umumnya. "Janganlah sekali-sekalipun berpikir tentang penghancuran mesin negara yang lama, sedang tanpa kementerian dan pejabat saja kita tidak bisa", demikianlah debat si oportunis yang sepenuhnya telah diresapi filistinisme dan yang pada hakekatnya bukan saja tidak percaya pada revolusi, pada daya cipta revolusi, tetapi juga takut setengah mati padanya (seperti kaum Menshevik dan kaum Sosialis Revolusioner kita).
"kita harus memikirkan hanya penghancuran mesin negara yang lama, tidak ada gunanya mendalami pelajaran-pelajaran kongkrit dari revolusi-revolusi proletar yang terdahulu dan menganalisa dengan apa dan bagaimana mengganti yang telah dihancurkan itu", demikianlah debat si anarkis (anarkis yang terbaik dan bukan anarkis yang mengikuti tuan-tuan sebangsa Tuan Kropotkin dan konco-konconya mengekor di belakang borjuasi); dan karena itu taktik si anarkis menjadi taktik nekad dan bukannya pekerjaan revolusioner untuk memecahkan tugas-tugas kongkrit secara berani pantang mundur dan bersamaan itu memperhitungkan syarat-syarat praktis gerakan massa.
Marx mengajarkan kepada kita supaya menghindari kedua kesalahan itu, mengajarkan keberanian tak kenal batas dalam menghancurkan seluruh mesin negara yang lama dan sekaligus mengajar kita supaya mengemukakan masalahnya secara kongkrit; dalam beberapa minggu Komune mampu mulai membangun mesin negara proletar yang baru dengan melaksanakan berbagai tindakan untuk memperluas demokratisme dan membasmi birokratisme sampai ke akar-akarnya. Marilah kita belajar keberanian revolusioner dari kaum Komunar, marilah kita lihat tindakan-tindakan praktis mereka sebagai bagan dari tindakan-tindakan praktis yang mendesak dan yang mungkin segera dilaksanakan dan kemudian, dengan menempuh jalan ini, kita akan mencapai penghancuran sepenuhnya birokratisme.
Kemungkinan penghancuran ini dijamin oleh hal bahwa sosialisme akan memperpendek hari kerja, akan mengangkat massa ke kehidupan baru, menempatkan mayoritas penduduk dalam syarat-syarat yang memungkinkan semua orang tanpa kecuali melakukan "fungsi-fungsi kenegaraan", dan ini akan menuju ke melenyapnya sepenuhnya segala negara pada umumnya.
" ÉTujuan pemogokan massa". Kautsky melanjutkan, "tidak akan mungkin berupa menghancurkan kekuasaan negara, melainkan hanya membuat pemerintah supaya memberikan konsesi-konsesi dalam masalah tertentu atau mengganti pemerintah yang bermusuhan dengan proletariat dengan pemerintah yang lebih menurut (entgegen kommende) proletariat É.Tetapi kapanpun dan dalam keadaan apapun ia" (yaitu kemenangan proletariat atas pemerintah yang bermusuhan) "tidak dapat menuju ke penghancuran kekuasaan negara, melainkan hanya ke perubahan (Verschiebung) tertentu perimbangan kekuatan di dalam kekuasaan negara É. Tujuan perjuangan politik kita karenanya tetap, seperti halnya sampai sekarang, merebut kekuasaan negara dengan memperoleh mayoritas dalam parlemen dan mengubah parlemen menjadi tuan atas pemerintahan" (halaman 726, 727, 732).
Ini tidak lain tidak bukan adalah semurni-murninya dan sevulgar-vulgarnya oportunisme, mengingkari revolusi dalam perbuatan sambil mengakuinya dalam kata-kata. Fikiran Kautsky tidak menjangkau lebih jauh dari pada "pemerintah É yang lebih menuruti proletariat" &endash;suatu langkah mundur ke filistinisme dibandingkan dengan tahun 1847, ketika Manifesto Komunis memproklamasikan "pengorganisasian proletariat sebagai kelas yang berkuasa".
Kautsky terpaksa harus melaksanakan "persatuan" yang dia cintai itu dengan para pengikut Scheidemann, Plekhanov, Vandervelde, yang semuanya setuju berjuang untuk pemerintah "yang lebih menuruti proletariat".
Sedang kita akan bercerai dengan pengkhianatan-pengkhianatan sosialisme ini dan akan berjuang untuk menghancurkan seluruh mesin negara yang lama, supaya proletariat yang bersenjata itu sendiri menjadi pemerintah. Ini adalah dua hal yang sangat berbeda.
Kautsky terpaksa harus berada dalam lingkungan yang menyenangkan dari para pengikut Legien dan David, pengikut Plekhanov, pengikut Potresov, pengikut Tsereteli, pengikut Cernov, yang sepenuhnya setuju berjuang untuk "perubahan perimbangan kekuatan di sl kekuasaan negara", untuk "memperoleh mayoritas dalam parlemen dan untuk kekuasaan penuh parlemen atas pemerintah" &endash;tujuan yang paling luhur, yang sepenuhnya dapat diterima oleh kaum oportunis dan yang membiarkan semuanya tetap dalam kerangka republik parlementer borjuis.
Sedang kita akan bercerai dengan kaum oportunis; dan seluruh proletariat yang berkesadaran kelas akan bersama-sama kita dalam perjuangan &endash;bukan untuk "perubagan perimbangan kekuatan", melainkan untuk menggulingkan borjuasi, untuk menghancurkan parlementerisme borjuis, untuk republik demokratis tipe Komune atau republik Sovyet-Sovyet Wakil Buruh dan Prajurit, untuk diktatur revolusioner proletariat.
Lebih kanan dari pada Kautsky dalam sosialisme Internasional terdapat aliran-aliran semacam Bulanan Sosialis di Jerman (Legien, David, Kolb dan banyak lainnya, termasuk orang-orang Skandinavia, Stauning dan Branting), kaum Jauresis dan Vanderveldeis di Perancis dan Belgia; Turati dan Treves serta wakil-wakil lainnya dari sayap kanan partai Italia, kaum Fabian dan "kaum Merdeka" ("Partai Buruh Merdeka", yang pada kenyataannya selalu tergantung pada kaum Liberal) di Inggris ; dan sebangsanya. Semua tuan ini, yang memainkan peranan yang besar sekali, sangat sering peranan yang mendominasi dalam pekerjaan parlementer dan dalam pers partai, terang-terangan menolak diktatur proletariat dan melaksanakan oportunisme yang tak terselubung. Bagi tuan-tuan ini, "diktatur" proletariat "berkontradiksi" dengan demokrasi! Pada hakekatnya sama sekali tidak ada perbedaan yang serius antara mereka dengan kaum demokrat borjuis kecil.
Mempertimbangkan keadaan ini, kita berhak menarik kesimpulan bahwa mayoritas mutlak wakil-wakil resmi Internasionale II telah sepenuhnya terjerumus ke dalam oportunisme. Pengalaman Komune tidak saja telah dilupakan, tetapi juga telah diputar balik. Pada massa buruh bukan saja tidak ditanamkan bahwa saatnya sedang mendekat, saat mereka harus bertindak dan menghancurkan mesin negara yang lama untuk menggantinya dengan yang baru dan dengan demikian mengubah kekuasaan politik mereka menjadi dasar bagi pembangunan kembali masyarakat secara sosialis, bahkan pada massa ditanamkan yang sebaliknya, dan "perebutan kekuasaan" digambarkan sedemikian rupa sehingga memberikan ribuan lubang bagi oportunisme.
Pendistorsian dan tidak dibicarakannya masalah hubungan revolusi proletar dengan negara tidak bisa tidak memainkan peranan yang sangat besar, pada waktu negara, dengan aparat militernya yang diperkuat sebagai akibat persaingan imperialis, telah menjadi momok militer yang membinasahkan jutaan manusia untuk menyelesaikan sengkete apakah Inggris atau Jerman, kapital finans yang ini atau yang itu, yang akan menguasai dunia
KATA SUSULAN UNTUK EDISI PERTAMA
Famplet ini ditulis dalam bulan Agustus dan September 1917. Saya sudah menyusun rencana untuk bab berikutnya, yaitu bab ke-tujuh, "Pengalaman Revolusi Rusia 1905 dan Tahun 1917". Tetapi kecuali judulnya, saya tidak memiliki waktu untuk menuliskan satu baris pun dari bab itu; saya "terinterupsi" oleh krisis politik, saat menjelang Revolusi Oktober 1917. "Interupsi" demikian ini hanya menggembirakan hati. Tapi penulisan bagian kedua dari famplet ini ("Pengalaman Revolusi Rusia 1905 dan Tahun 1917") barangkali terpaksa harus ditunda untuk waktu yang lama; lebih menyenangkan dan lebih berguna untuk menempuh "pengalaman revolusi" dari pada menulis tentang itu.
Penulis
Petrograd
30 November 1917
ditulis dalam bulan
Agustus-September 1917dicetak menurut teks brosur
Penerbit Kommunist, 1919,
dicocokkan dengan naskah
dan edisi 1918Diterbitkan dalam bentuk famplet
Pada tahun 1918 oleh
Penerbit Zyizn i Znaniye
1 Kongres Den Haag Internasionale I diadakan pada tanggal 2-7 September 1872. Kongres ini dihadiri 65 orang utusan, antara lain Marx dan Engels. Masalah-masalah yang tercantum dalam acara: 1. Wewenang Dewan Umum 2. Aktivitas politik proletariat, dll. Kongres belangsung dalam perseteruan sengit dengan kaum Bakuninis. Konggres menerima resolusi tentang perluasan wewenang dewan umum. Mengenai masalah "aktivitas politik proletariat" dalam resolusi kongres dikatakan bahwa proletariat harus mengorganisasi partai politik sendiri untuk menjamin kemenangan revolusi sosial dan bahwa tugasnya yang besar ialah merebut kekuasaan politik. Dalam kongres itu Bakunin dan Guillame dikeluarkan dari Internasionale karena dianggap sebagai pengacau dan sebagai pendiri partai baru yang anti-proletar. [back]2 Zarya (fajar) &endash;majalah ilmu dan politik Marxis yang diterbitkan oleh dewan redaksi Iskra di Stuttgart pada tahun 1901-1902. Terbit empat nomor dalam tiga jilid. Dalam Zarya dimuat artikel-artikel Lenin: "Casual Notes", "The Persecutors of the Zemstvo and the Hannibals of Liberalism," empat bab pertama dari "The Agrarian Question and the 'Critics of Marx'" (dengan judul "Messrs. the 'Critics' on the Agrarian Question"), "Review of Internal Affairs" dan "The Agrarian Program of Russian Social-Democracy." [back]
3 Yang dimaksud di sini adalah Konggres Sosialis Internasional ke-V Internasionale II yang berlangsung dari tanggal 23-27 September 1900 di Paris dengan dihadiri oleh 791 orang utusan. Delegasi Rusia terdiri 23 orang. Mengenai masalah pokok &endash;masalah perebutan kekuasaan politik oleh proletariat &endash;mayoritas konggres menerima resolusi yang diusulkan oleh Kautsky dan yang oleh Lenin disebut "bersikap berdamai terhadap kaum oportunis". Di antara keputusan-keputusan konggres lainnya adalah mendirikan Biro Sosialis Internasional yang terdiri dari wakil-wakil partai sosialis semua negeri dengan sekretariatnya berkedudukan di Brussel. [back]
4 Yang dimaksud di sini adalah Sydney Webb dan Beatrice Webb, Demokrasi Industri. [back]