Sumber: Bintang Merah Nomor Special Jilid II, Dokumen-Dokumen Kongres Nasional Ke-VI Partai Komunis Indonesia, 7-14 September 1959. Yayasan Pembaruan, Jakarta 1960
I. PENDAPAT TERHADAP LAPORAN UMUM
Kawan-kawan yang tercinta dan Sidang Kongres yang mulia.
Pertama-tama izinkanlah saya menyatakan persetujuan saya terhadap apa yang sudah disahkan dalam Kongres dengan bulat yaitu Laporan Umum Comite Central, Konstitusi dan Program Partai. Kepada Kawan-kawan anggota CC dan calon anggota CC baru saya sampaikan salut yang tulus ikhlas dan saya ucapkan selamat bekerja.
Setelah saya mengikuti Laporan Umum CC yang disampaikan oleh Kawan D. N. Aidit kepada Kongres yang mulia ini dengan teliti saya berpendapat bahwa apa yang telah disimpulkan itu sunguh-sungguh sudah mewakili seluruh perkembangan Partai selama memimpin situasi di tanah air kita sejak Kongres ke-V sampai Kongres ke-VI ini. Lebih dari itu, Laporan Umum telah memberikan syarat-syarat dan arah bagaimana dan ke mana kita harus menuju untuk meratakan jalan pelaksanaan tugas taktik dan strategi Partai. Dengan mempergunakan rumusan-rumusan dalam Laporan Umum sebagai senjata saya yakin bahwa kita akan bisa mengalahkan perintang-perintang satu demi satu dan hanya kemenangan Plan Partai yang akan datanglah yang akan susul-menyusul mendatang.
Dalam pada ini saya akan memusatkan pandangan saya kepada usaha-usaha Partai di lapangan penerbitan.
II. YAYASAN “PEMBARUAN”
Berbicara tentang penerbitan Partai mau tidak mau kita harus memberikan tempat yang sepantasnya kepada peranan Badan Penerbit Progresif Yayasan “Pembaruan”. Sejak berdirinya pada pertengahan tahun 1951 sampai tahun 1959 ini, lebih kurang 8 tahun, Yayasan “Pembaruan” bertumbuh kokoh sejalan dengan makin tegapnya perkembangan kekuatan progresif di Indonesia. Sebagai badan penerbit yang progresif Yayasan “Pembaruan” sudah menunaikan tugasnya dengan sebisa-bisanya dan dengan hasil yang jauh lebih daripada orang menyangka semula. Di tengah-tengah persaingan yang menentukan mati-hidupnya sebagai perusahaan, Yayasan “Pembaruan” berhasil mengisi kekosongan kota-kota dari peredaran buku-buku revolusioner. 80 agen Yayasan “Pembaruan” dan 3 toko besar telah berdiri; ini belum terhitung para penjual buku eceran yang diorganisasi langsung oleh para agen tersebut.
Kesukaran memperoleh literatur progresif pada waktu hari-hari bergeloranya Revolusi 1945 dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1948-an masih segar dalam ingatan kita. Ketika itu kita masih amat sedikit mempunyai buku revolusioner yang bisa memberikan petunjuk untuk memimpin revolusi, kita belum sempat menerjemahkan buku-buku klasik yang di Indonesia jumlahnya pun masih sangat terbatas itu. Boleh dikatakan waktu itu kita belum mempunyai obor teori yang terang. Tetapi dengan berdirinya Yayasan “Pembaruan” beserta kegiatannya kekurangan itu hari demi hari diatasi dan hanya kejernihan hari kemudian yang membentang.
Melalui Yayasan “Pembaruan” buku-buku klasik yang telah diterjemahkan sudah berjumlah tidak kurang dari 20 buku. Yang keluaran terakhir antara lain “Dua Taktik Sosiai-Demokrasi Dalam Revolusi Demokratis”, “Sosialisme dan Perang”, “Tentang Kontradiksi”, “Upah, Harga Dan Laba”, “Imperialisme, Tingkat Tertinggi Kapitalisme”. Terbitnya buku-buku klasik ini memungkinkan kaum Komunis dan progresif Indonesia lebih dapat mendalami teori-teori klasik revolusi, bagaimana kita harus mengatur maju dan mundurnya taktik, bagaimana harus menyusun kekuatan revolusi dan bagaimana kita harus menghajar habis-habisan musuh revolusi.
Tidak kalah pentingnya pula ialah persiapan untuk segera menerbitkan edisi baru “Manifes Partai Komunis” sebagai hasil perbaikan dan terjemahan yang sudah-sudah. Selain daripada itu untuk saling tukar-menukar pengalaman dengan Partai sekawan, saya kemukakan di sini bahwa sekarang sudah ada beberapa buku dari Yayasan “Pembaruan” yang disalin dalam bahasa asing di luar negeri misalnya buku-buku Kawan D. N. Aidit “Lahirnya PKI dan Perkembangannya” dan “Masyarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia” disalin dalam bahasa Inggris, Jerman, Rusia, Tiongkok dan Jepang.
Perlu juga saya laporkan bahwa untuk memberikan sumbangan kepada perjuangan Tani dan Wanita di Indonesia Yayasan “Pembaruan” telah berinisiatif membantu menerbitkan majalah “Suara Tani” dan membantu mengedarkan berbagai majalah progresif antara lain “Api Kartini” yang mendapat sambutan baik dari kalangan kaum tani dan wanita.
Di bidang penerbitan ini ternyata apa yang disebutkan oleh kaum reaksioner tentang tidak mungkinnya kita menandingi kemampuan mereka sungguh sudah ambyar ketika Yayasan “Pembaruan” dengan hasil yang gemilang ikut dalam Gelanggang Buku Nasional. Yang pertama terjadi pada permulaan tahun 1958 dan yang kedua berlangsung belum lama berselang akhir Juli tahun 1959 ini. Semuanya menunjukkan bagaimana uletnya Yayasan “Pembaruan” dalam menandingi penerbitan-penerbitan dan banyak jurusan dan ragam.
III. PENERBITAN SENTRAL PERIODIK
Mengenai penerbitan-penerbitan periodik Partai sekarang ini kita sudah melangkah lebih jauh. Jikalau pada waktu Kongres ke-V Partai baru mempunyai 3 penerbitan sentral yaitu “Bintang Merah”, “Harian Rakyat” dan “PKI Buletin”, maka tahun 1959 menjelang Kongres Nasional ke-VI Partai kita sudah mempunyai 8 penerbitan sentral periodik atau hampir lipat 3 kali. Yaitu “Harian Rakyat”, “Bintang Merah”, “Kehidupan Partai”, “PKI dan Perwakilan”, “Mimbar Komunis”, “Ilmu Marxis”, “Review of Indonesia” dan “Ekonomi dan Masyarakat”. Dengan begitu jelaslah bahwa kepada hampir setiap kegiatan Partai, sudah tersedia alat untuk menyampaikan pimpinan politik Partai. Perjuangan sehari-hari memperoleh pimpinan dari “Harian Rakyat”, mengenai keorganisasian intern Partai dipergunakan “Kehidupan Partai” sebagai senjata, meninggikan mutu pekerjaan di kalangan pemerintahan dan perwakilan di pusat dan di daerah berlangsung melalui “PKI dan Perwakilan”, untuk belajar dari Partai sekawan dan memperkokoh internasionalisme proletar dipakai “Mimbar Komunis”, yang telah merupakan edisi Indonesia dari “Masalah Perdamaian dan Sosialisme”. Untuk melempangkan dan menyukseskan pekerjaan di kalangan kaum intelektual dan meningkatkan taraf kebudayaan kader Komunis sendiri sungguh sangat berharga sumbangan yang disajikan oleh “Ilmu Marxis”, dan dalam membantu membongkar kepalsuan teori ekonomi borjuis dan memberikan pegangan kepada kader-kader Partai dalam perjuangan mengalahkan ekonomi imperialis serta feodal dan memenangkan ekonomi nasional sudah tersedia “Ekonomi dan Masyarakat”. Sedangkan untuk memberikan gambaran yang senyatanya kepada dunia luar tentang perkembangan situasi di Indonesia peranan “Review of Indonesia” cukup memperoleh sambutan.
IV. “HARIAN RAKYAT”
Khusus mengenai “Harian Rakyat” dengan bangga dapat saya beritahukan bahwa berkat aktivitasnya melawan “PRRI”-Permesta, DI-TII HR telah menerima surat penghargaan dari KASAD, KSAL dan KSAU. Selain itu HR berdiri di barisan paling depan dalam membela hak-hak demokrasi, terutama hak kebebasan pers. Selanjutnya perlu dilaporkan di sini bahwa oleh Dewan Redaksi senantiasa diusahakan perbaikannya baik tentang isi maupun cara pengolahannya agar pimpinan politik Partai kepada aksi massa pekerja sehari-harinya bisa lebih kena dan selalu membawakan kesegaran dalam perjuangan pembebasan dan perbaikan nasib sehari-hari.
Untuk lebih mempopulerkan daerah yang pemerintahnya oleh rakyat dipercayakan kepada PKI dan daerah di mana PKI menjadi Partai pertama, “Harian Rakyat” pun menjalankan garis “turun ke bawah”, mengirimkan wartawan-wartawannya untuk membikin reportase tentang apa yang sudah diamalkan Partai kepada pemilihnya dan rakyat umumnya. Cara ini sekaligus memberikan pendidikan ideologis kepada kader-kader wartawan kita supaya belajar mengenal kenyataan konkret di daerah dan dapat senjata untuk melawan bahaya terhanyut dalam lumpur birokrasi. Belum semua daerah mutlak dan leading sempat dapat diperkenalkan, tetapi Dewan Redaksi menjanjikan bahwa semuanya akan mendapat gilirannya. Hal ini tidak berarti bahwa daerah yang belum menjadi daerah leading dan mutlak tidak dipopulerkan. Tidak demikian. Semua daerah tanah air tetap mempunyai haknya untuk ditulis dan diukir dalam “Harian Rakyat”. Justru untuk memenuhi kepentingan ini “Harian Rakyat” sudah mulai berusaha dalam tahun ini juga supaya di 17 tempat yang penting yaitu Bandung, Jogja, Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, Ambon, Manado, Makassar, Balikpapan, Samarinda, Banjarmasin, Pontianak, Kutaraja, Medan, Padang dan Palembang sudah ada pembantu tetapnya. Sebagian dari 17 tempat itu kini sudah terisi dan sebagian belum. Untuk ini diminta kepada CDB-CDB yang bersangkutan supaya tidak terlalu lama mengisinya.
Tentang oplah yang dua tahun yang lalu terganggu oleh adanya pemberontakan “PRRI”-Permesta, sekarang seiring dengan kemenangan operasi rakyat dan APRI dalam menindas pemberontak, berangsur-angsur pulih kembali, meskipun masih harus ditingkatkan lebih lanjut.
Kesukaran lain yang masih menghambat perkembangan “Harian Rakyat” ialah tentang pengangkutan atau pengiriman ke daerah-daerah dari tipografi. Mengenai pengiriman ke daerah-daerah ini banyak ditentukan oleh tidak lancarnya perhubungan Kereta Api, GIA dan PTT yang sangat mengganggu kontinuitas bagi pembaca. Meskipun ini faktor di luar kemampuan “Harian Rakyat”, kita terus berusaha untuk memperkecil hambatan ini.
Mengenai tipografi kesukarannya masih tetap berlangsung karena “Harian Rakyat” hingga kini masih belum mempunyai percetakan sendiri. Pencetakan “Harian Rakyat” masih tergantung pada percetakan lain, yang karena tuanya kerap kali mengganggu tepat serta koreknya pencetakan, walaupun kita sudah berusaha dengan alat yang serba kurang baik itu untuk memperbaiki. Untuk bisa mengatasi kekurangan ini sejak ulang tahun ke-VIII “Harian Rakyat” tahun ini kita telah mengeluarkan obligasi kepada para pencinta “Harian Rakyat” guna membeli mesin baru. Dengan ini kita harapkan untuk dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi wajah “Harian Rakyat” dapat memenuhi harapan para pencintanya.
Oleh karena “Harian Rakyat” sandaran utamanya tidak lain adalah massa pekerja, maka seperti yang dilaporkan oleh Kawan D. N. Aidit dalam Laporan Umum tetap menjadi tugas yang urgen bagaimana kita harus segera menemukan jalan untuk lebih memperluas peredaran “Harian Rakyat” dan bersamaan dengan itu bagaimana kita lebih intensif memasukkan uang langganan. Hanya dengan mengintensifkan peredaran dan pemasukan uang langganan “Harian Rakyat”-lah kita akan betul-betul menjadikan “Harian Rakyat” penuntun perjuangan massa pekerja.
V. MAJALAH DAERAH
Tentang penerbitan majalah daerah kita telah memperoleh kemajuan yang penting. Beberapa Daerah Besar sudah berhasil mengeluarkan majalahnya. Sesudah “Suara Ibukota” oleh Comite Jakarta Raya dengan oplah 5.000 lembar, menyusullah “Suara Persatuan” oleh CDB Jawa Tengah dicetak sebanyak 9.000 lembar, “Lombok Bangun” dengan wajah stensilan beredar sebanyak kurang lebih 1.000 eksemplar tiap terbit, “Jalan Baru” dengan oplah kurang lebih 5.000 eksemplar oleh CDB Sumatera Utara, “PKI Buletin” yang diterbitkan oleh CDB Sumatera Barat, “Bersatu” oleh CDB Sulawesi Selatan dan Tenggara yang menjadi pendorong front depan dalam menumpas gerombolan Permesta, DI-TII di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Tidak mau ketinggalan juga munculnya “Fajar” oleh Comite Pulau Bali, “Pelopor” oleh Comite Pulau Bangka, “Persatuan” oleh CDB Kalimantan Selatan dan “PKI Buletin” oleh CDB Jawa Timur.
Meskipun terbitnya majalah-majalah daerah itu sudah merupakan kemajuan yang besar artinya, bagi CDB-CDB yang belum sempat memenuhi plan penerbitan masih menjadi tugas utamanya untuk segera mengejar ketinggalannya. Dalam hal ini bisa dikemukakan pengalaman “Lombok Bangun”, “Fajar” dan “Bersatu” yang terbit dengan distensil. Dalam hal ini yang terpenting ialah segera terbitnya majalah Partai. Tentang penyempurnaannya sambil berjalan bisa dilakukan, daripada menunggu-nunggu syarat yang lebih baik tetapi tidak kunjung muncul yang berarti kita membiarkan rakyat di daerah terus-menerus dijejali propaganda yang memusuhi kepentingannya. Oleh karena itu bebaskan rakyat di daerah dan peracunan propaganda anti-rakyat dengan menerbitkan harian atau majalah daerah.
Bagi CDB-CDB yang sudah maju melangkah perlu memelihara ketahanannya dan mempercepat langkahnya agar tercapai lompatan yang lebih jauh. Membicarakan persoalan majalah daerah perlu diperhatikan tentang fungsi majalah daerah yaitu “majalah daerah adalah majalah daerah” yang masih perlu diusahakan jangan sampai menjadi terlalu umum. Juga sebaiknya diperhatikan tentang harmonisnya imbangan antara jumlah pemuatan tulisan-tulisan dan kawan-kawan fungsionaris dengan berita-berita/reportase daerah-daerah yang lebih bawah atau basis. Dengan menyusun imbangan yang baik akan berarti bahwa kegiatan massa di bawah bagaimana pun kecilnya tidak akan luput dari pemberitaan dan sekaligus akan memperkaya pemberitaan majalah daerah yang merupakan pemeliharaan hubungan dengan massa di bawah.
VI. BROSUR DAN MAJALAH
Mengenai penerbitan brosur dapat dilaporkan bahwa jumlah yang telah kita terbitkan setiap tahunnya menaik. Dari tahun 1954 sampai dengan tahun 1958 kita sudah berhasil menerbitkan 116 macam brosur dengan perincian sebagai berikut: 20 buku klasik, 5 bunga rampai, 6 kesusasteraan, 21 pustaka kecil Marxis, 14 dokumen/diktat Partai dan 15 serbaneka. Dari jumlah sekian ini ada beberapa brosur yang dicetak 2 sampai 3 kali dan seluruhnya berjumlah 1.575.000 eksemplar. Dan jikalau dalam tahun 1954, 1955, 1956 dan 1957 dijumlah semua kita rata-rata baru bisa menerbitkan saban 17 hari 1 brosur, dalam tahun 1958 dan tengah tahun pertama 1959 ini meningkat menjadi saban minggu satu brosur.
Untuk sumbangan memperdalam kesadaran mengenai pentingnya memupuk tumbuhnya internasionalisme proletar sebagai syarat mutlak untuk mengembangkan semangat patriotisme kita yang semurni-murninya, antaranya kita telah menerbitkan brosur tentang Vietnam, Irak, Jepang, Australia, Italia, Perancis, Hongaria, Polandia, Tiongkok, Uni Soviet, dan lain-lain.
Untuk memperdalam pengertian kita dalam menggalang Front Persatuan Nasional kita terbitkan pula “Front Tanah air Vietnam” dan tak lama lagi tentang “Front Persatuan Nasional di Irak”.
Jikalau dijumlahkan seluruh penerbitan kita, termasuk majalah yang sudah mencapai 871.500 eksemplar, sampai akhir tahun 1958 oplahnya sudah mencapai 2.446.500 eksemplar (1.575.000 brosur ± 871.500 majalah).
VII. MENJELANG KONGRES
Untuk menghormat Kongres Nasional ke-VI Partai oleh Departemen Agitasi Propaganda segera akan diterbitkan beberapa buku kenang-kenangan Kongres, yaitu “PKI melalui Enam Kongres”, sebuah album yang memuat gambar-gambar penting selama sejarah kehidupan Partai sejak didirikannya sampai selesainya Kongres Partai sekarang ini dan “PKI dan Gerakan Revolusioner” yang memuat informasi-informasi pokok tentang berbagai segi Partai.
Satu hal yang patut diketengahkan dalam laporan di sini yaitu bahwa dalam rangka menyongsong Kongres Partai sekarang ini oleh Comite Central dibentuk suatu Komisi “Komisi Pilihan Tulisan D. N. Aidit” yang bertugas memilih tulisan-tulisan Kawan D. N. Aidit dalam periode dari tahun 1951 sampai dengan tahun 1958. Berhubung dengan banyaknya tulisan dan pidato yang harus dipilih dan terbatasnya syarat-syarat teknis buku “Pilihan Tulisan D. N. Aidit” menjelang Kongres ini baru dapat diselesaikan 1 jilid. Jilid ke-2 direncanakan bisa terbit akhir tahun ini. Dengan terbitnya “Pilihan Tulisan D. N. Aidit” ini para anggota dan kader Partai akan lebih terbantu dalam mendapatkan tulisan-tulisan atau petunjuk-petunjuk yang sangat berharga untuk memimpin pekerjaan Partai sehari-hari. Dan lebih dari itu buku ini tidak hanya indah dalam bentuk tetapi berbobot dalam isi. Begitu besar bobotnya buku itu, sehingga dengan memiliki dan mempelajarinya orang akan menemukan jawaban mengapa Rakyat Indonesia sekarang menuntut “Diselesaikan tuntutan-tuntutan Revolusi Agustus 1945 sampai ke akar-akarnya” dan “Terlaksananya Konsepsi Presiden Soekarno 100%”.
VIII. DISTRIBUSI
Partai sekarang sudah menetapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pendidikan di dalam Partai. Syarat-syarat teori dan tambahan pengetahuan untuk ini sudah banyak disediakan dengan menerjemahkan buku-buku klasik Marxisme-Leninisme yang dianggap paling mendesak untuk dipelajari. Disamping itu, meskipun Partai belum merasa puas tentang jumlah buku yang kita datangkan dari luar negeri, tetapi kiranya apa yang dibutuhkan, baik dalam bahasa Indonesia maupun asing sudah cukup tersedia.
Mengingat jumlah keanggotaan Partai dan kebutuhan yang sangat besar untuk meningkatkan taraf kebudayaan anggota-anggota pada taraf yang lebih tinggi lagi, juga mengingat makin meluasnya pengaruh Partai di kalangan massa, maka seperti halnya penekanan Kawan D. N. Aidit tentang penyebaran “Harian Rakyat”, juga distribusi brosur dan majalah harus pula menjadi kegiatan dan persoalan yang utama bagi Comite-comite Partai di daerah-daerah. Hendaklah Kongres ini menjadi permulaan untuk pemecahan salah satu segi yang penting dari penerbitan kita ini, yaitu distribusi, agar pekerjaan kita selanjutnya dapat maju dengan langkah yang lebih besar.
Kawan-kawan, Sidang Kongres yang mulia.
Di lapangan penerbitan ini sungguh sudah banyak yang kita capai tetapi yang belum kita capai masih jauh lebih banyak lagi. Dengan pimpinan Comite Central yang baru kita yakin bahwa jangkauan yang lebih jauh pasti akan kita rebut.
Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa, seperti halnya ide Sosialisme sudah merebut hati nurani manusia, brosur-brosur teori Marxisme-Leninisme pun mau tidak mau, diterima atau ditolak, dibenci atau dicintai, akhinnya toh akan beranjangsana di tiap rumah tangga.
Ya, memang tidak bisa lain. Bendera kita adalah bukan sembarang Bendera, Bendera kita adalah bendera kemerah-merahan. Langkah kita adalah bukan sembarang langkah, Langkah kita adalah langkah kemenangan. Sekianlah sambutan saya dan terima kasih.
Hidup Partai Komunis Indonesia!