Sumber: Bintang Merah. Tahun ke-IX, 1954, 2-3, Februari/Maret. Kongres Nasional Ke-V Partai Komunis Indonesia. Yayasan Pembaruan, Jakarta 1954.
Bintang Merah, Majalah Teori dan Politik Marxisme-Leninisme. Penanggungjawab: Djaetun. Diterbitkan oleh Yayasan "Pembaruan", Jalan Perunggu J. 4 - Galur, Jakarta, dengan surat izin pembagian kertas No. 1176/I/B2/247.
Saudara-saudara yang terhormat!
Pertama-tama izinkanlah saya atas nama Central Comite Partai Komunis Indonesia mengucapkan selamat datang dan banyak terima kasih kepada saudara-saudara yang sudah memerlukan mengunjungi malam resepsi Kongres Nasional ke V PKI ini.
Dari sini juga saya sampaikan terima kasih PKI kepada Partai-partai, organisasi-organisasi buruh, tani, pemuda, wanita, sosial, kebudayaan, dan kepada perseorangan-perseorangan yang sudah menyampaikan sambutannya secara tertulis kepada Kongres Nasional ke V PKI ini. Kami minta maaf, karena sambutan yang berharga itu tidak bisa kami bacakan semua dalam resepsi ini mengingat terbatasnya waktu.
Sebagaimana sudah dibacakan tadi, Partai-partai Komunis luar negeri menyampaikan pesan-pesan dan sambutan-sambutan yang hangat kepada Kongres Nasional ke V PKI. Mereka mengharapkan agar Kongres mendapat sukses besar, agar Kongres mendorong PKI lebih maju dalam pekerjaan mengonsolidasi kekuatan rakyat Indonesia menempuh jalan kemerdekaan nasional, demokrasi, dan perdamaian.
Disamping itu, sebagaimana saudara-saudara lihat dalam malam resepsi ini, Partai Komunis Australia, yaitu Partai Komunis dari salah satu negeri tetangga kita yang terdekat, mengirimkan utusan persaudaraannya untuk menghadiri Kongres PKI.
Saya kira sangat pada tempatnya, jika saya, atas nama Central Comite dan atas nama seluruh anggota PKI, menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas solidaritas Partai-partai Komunis luar negeri yang telah memberikan pesan-pesannya kepada Kongres PKI, dan kepada Partai Komunis Australia yang sudah mengirimkan utusannya.
Saudara-saudara yang terhormat!
Sebagaimana sudah diketahui, Kongres Nasional ke V PKI sebetulnya mau dilangsungkan dalam bulan Oktober 1948 di Yogyakarta. Tetapi ini tidak kejadian, karena didahului oleh tragedi nasional, Peristiwa Madiun, dan yang kemudian disusul oleh agresi kolonial Belanda kedua.
Sesudah Peristiwa Madiun dan agresi kolonial Belanda kedua, PKI tidak mungkin segera melangsungkan Kongres Nasional yan ke V. PKI lebih dulu harus menghimpun segenap kekuatannya kembali, mengonsolidasi diri dan mendorong maju perkembangan politik dalam negeri, agar dengan demikian tercipta syarat-syarat yang memungkinkan berlangsungnya Kongres PKI. Sekarang, sesudah lewat lima tahun, syarat-syarat itu sudah ada dan karena itulah PKI melangsungkan kongresnya sekarang.
Sambutan pada rencana Program PKI
Lima bulan sebelum Kongres Nasional ke V PKI dilangsungkan, bahan-bahan pokok yang akan dibicarakan di dalam Kongres, terutama rencana Program PKI, sudah disiarkan dengan luas dalam bahasa Indonesia maupun dalam beberapa bahasa daerah.
Rencana Program PKI tidak hanya didiskusikan oleh anggota-anggota PKI, tetapi juga dimintakan pendapat, kritik, dan usul-usul dari orang-orang di luar PKI. Dalam rangkaian menerangkan rencana Program PKI kepada orang-orang di luar PKI, sudah diselenggarakan lebih kurang 1500 rapat umum besar dan kecil, dan yang seluruhnya dikunjungi oleh lebih dari dua juta orang.
PKI meminta pendapat golongan-golongan dan orang-orang di luar PKI tentang rencana Programnya, semata-mata dengan pertimbangan untuk membikin lebih lancar kerja sama antara PKI dengan partai-partai dan golongan-golongan demokratis lainnya. PKI mempunyai pengalaman, bahwa kerja sama sering tidak lancar karena saling tidak mengetahui program masing-masing, atau ada kalanya kerja sama diadakan dengan tidak terang apa program kerja sama itu. PKI berusaha untuk mengurangi, dan sedapat-dapatnya menghilangkan pertentangan-pertentangan yang timbul karena salah paham. Jika ada pertentangan antara PKI dengan partai-partai atau golongan-golongan lain, hendaknya pertentangan itu memang berdasarkan prinsip, berdasarkan politik dan program. Jadi, jangan sampai ada pertentangan yang timbul hanya karena disebabkan oleh purbasangka yang sangat tidak baik itu.
Kenyataan menunjukkan, bahwa rencana Program PKI mendapat sambutan yang hangat dari berbagai golongan dan perseorangan. Beratus-ratus pernyataan, dengan tertulis maupun dengan lisan, disampaikan kepada PKI.
Yang sangat menarik perhatian ialah, bahwa rencana Program PKI mendapat sambutan yang baik dari kaum nasionalis yang patriotik dan dari golongan-golongan agama yang progresif. Pada pokoknya, mereka mengatakan bahwa dengan rencana Program PKI diletakkan dasar-dasar untuk kerja sama yang sehat antara kaum nasionalis, kaum agama, dan Komunis. Rencana Program PKI melenyapkan keragu-raguan terhadap PKI. Rencana Program PKI membuka jalan baru, jalan yang terang, untuk perkembangan persatuan nasional di negeri kita dan untuk stabilitas pemerintah Ali Sastroamidjojo, yang programnya mengandung unsur-unsur demokratis dan yang mendapat sokongan partai-partai dan golongan-golongan demokratis. Memang, di dalam rencana Program PKI dinyatakan dengan jelas, bahwa PKI bersedia meneruskan sokongannya kepada pemerintah Ali Sastroamidjojo dan memberikan semua bantuan kepadanya apabila pemerintah ini suka menjalankan program yang demokratis.
Oleh beberapa pemimpin Masyumi dan PSI rencana Program PKI “sangat disesalkan”, karena program ini menurut mereka adalah terlalu konkret dan terlalu masuk akal, sehingga mudah dipahamkan oleh rakyat dan dengan demikian bisa menarik rakyat. Ini bisa dimengerti, karena dalam menyusun rencana Program, Central Comite PKI berusaha dengan sekuat tenaga untuk tidak mencantumkan perkataan atau kalimat yang berbau demagogi. Central Comite PKI berpegang pada prinsip, bahwa tidak ada gunanya program jika tidak bisa dilaksanakan.
Di antara pemimpin-pemimpin soska ada yang berkata: “Rencana Program PKI adalah baik, tetapi apakah PKI bisa melaksanakannya?” Mengenai ini perlu dijawab, bahwa PKI tidak membikin Program hanya untuk dilaksanakan oleh PKI sendiri. Dan saya kira, tidak ada program satu partai pun di negeri kita maupun di luar negeri, yang maksudnya untuk dilaksanakan hanya oleh partai itu sendiri, hanya oleh anggota-anggota partai itu sendiri. Program PKI, ya, tiap-tiap politik PKI, hanya mungkin direalisasi jika ia didukung oleh massa rakyat yang luas dan terorganisasi.
Tetapi, di sini juga harus dinyatakan, bahwa tidak semua anggota Masyumi atau PSI yang “menyesali” rencana Program PKI. Sesudah membaca rencana Program PKI dan sesudah mendengar penjelasan-penjelasannya di dalam rapat-rapat yang diadakan oleh PKI, tidak sedikit petani anggota Masyumi dan buruh atau pegawai anggota PSI yang datang kepada orang-orang Komunis dan mengatakan, bahwa “tidak semua anggota Masyumi adalah komprador dan tuan tanah”, bahwa “tidak semua anggota PSI adalah anti-Komunis dan anti-nasional”, bahwa mereka, petani Islam dan buruh atau pegawai sosialis, tidak mengerti serta tidak menyetujui politik anti-Komunis dan anti-nasional yang dijalankan oleh pemimpin-pemimpin mereka, dan bahwa apa yang dicantumkan di dalam rencana Program PKI adalah juga menjadi tuntutan mereka.
Semua ini perlu saya kemukakan dalam pertemuan ini, karena semuanya ini lebih meyakinkan kita, bahwa kesadaran politik rakyat kita telah membukakan kemungkinan yang tidak terbatas bagi perkembangan persatuan nasional di tanah air kita. Ini adalah sangat penting, karena ini adalah jaminan untuk berlangsungnya pemerintah Ali Sastroamidjojo yang programnya mengandung unsur-unsur demokratis, karena ini adalah jaminan untuk kemerdekaan nasional kita yang penuh.
Sekarang tergantung kepada putera-putera Indonesia yang terbaik, sampai ke mana kesempatan memperkembangkan persatuan nasional ini dapat digunakan sepenuhnya. Sekarang tergantung kepada kita, sampai ke mana tradisi persatuan bangsa mau dipertahankan terhadap tiap-tiap usaha siapa pun, usaha dari dalam maupun dari luar negeri, yang mau memecah-belah dan melemahkan persatuan nasional.
Kongres untuk kemerdekaan nasional, demokrasi dan perdamaian
Saudara-saudara yang terhormat!
Kongres Nasional ke V PKI dinamakan Kongres untuk kemerdekaan nasional, demokrasi dan perdamaian. Kenapa Kongres ini dinamakan demikian?
Kita namakan Kongres ini kongres untuk kemerdekaan nasional, karena sudah menjadi keyakinan kita semua, putera-putera Indonesia lelaki dan wanita, bahwa kemerdekaan yang kita miliki sekarang bukanlah kemerdekaan yang penuh atau kemerdekaan yang sejati. Kemerdekaan sekarang bukanlah kemerdekaan sebagaimana yang dicita-citakan oleh Revolusi Nasional kita, Revolusi Agustus 1945. Persetujuan KMB yang diciptakan oleh Hatta-Roem-Sultan Hamid dengan kaum imperialis Belanda bukanlah persetujuan yang memerdekakan kita dari belenggu imperialisme Belanda.
Sebaliknya, persetujuan KMB telah melegalisasi dan menjamin kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia, kekuasaan yang oleh Revolusi Agustus sudah dinyatakan tidak sah dan tidak diakui lagi.
Dengan persetujuan KMB yang khianat itu sudah dikembalikan kepada Belanda atau “pemilik-pemilik” asing lainnya sumber ekonomi kita seperti perkebunan, pabrik-pabrik, tambang-tambang, pengangkutan, sentral listrik, bank, dan lain-lain. Menurut persetujuan KMB, Indonesia tidak bisa melakukan satu tindakan pun di lapangan hubungan keuangan atau perdagangan dan politik luar negeri pada umumnya, jika tidak berunding lebih dulu dengan Belanda. Indonesia terikat oleh apa yang dinamakan Uni Indonesia-Belanda yang berada di bawah Ratu Belanda. Pegawai-pegawai kolonial Belanda, sipil maupun militer, tetap di Indonesia dan bekerja sebagai “penasihat-penasihat” atau “pegawai-pegawai ahli” dengan gaji dan jaminan yang jauh lebih baik daripada pegawai-pegawai bangsa Indonesia.
Karena Indonesia belum merdeka penuh, karena kemerdekaan Indonesia bukanlah kemerdekaan sejati, maka Kongres Nasional ke V PKI berkewajiban mencari jalan untuk mengatasi keadaan yang pincang ini. Kongres Nasional ke V PKI akan berusaha memecahkan semua masalah pokok dan penting daripada revolusi Indonesia, semua masalah pokok dan penting untuk kemerdekaan nasional rakyat Indonesia.
Kita namakan Kongres ini Kongres untuk demokrasi, karena soal demokrasi bagi gerakan kemerdekaan nasional kita adalah seperti nasi bagi kehidupan bangsa kita. Kita yakin, bahwa demokrasi yang sejati hanya mungkin jika Indonesia sudah merdeka penuh. Tetapi kita yakin pula, bahwa untuk meluaskan gerakan kemerdekaan nasional, kebebasan demokratis adalah sangat kita butuhkan.
Dibanding dengan ketika masih pemerintah Hatta, Natsir, dan Sukiman, selama pemerintah Ali Sastroamidjojo kebebasan demokratis sedikit terjamin. Adanya sedikit kebebasan demokratis ini telah membawa gerakan rakyat sedikit lebih maju.
Kemajuan gerakan rakyat Indonesia di waktu-waktu belakangan ini telah membikin sulit kedudukan kaum imperialis dan kaki tangannya di Indonesia. Kedudukan terjepit dari partai-partai yang menjadi tulang punggung imperialis di Indonesia, yaitu Masyumi dan PSI, telah membikin pemimpin-pemimpin Partai-partai ini menjadi mata gelap dan secara nekat melakukan semua daya upaya untuk memfasiskan sistem pemerintahan. Berbagai intimidasi, provokasi dan sampai kepada percobaan kudeta (perebutan kekuasaan) sudah mereka lakukan. Dengan tujuan yang sama, yaitu untuk memfasiskan sistem pemerintahan, kaum imperialis dan kaki tangannya mengadakan aktivitas teror dengan gerombolan-gerombolan bandit DI, TII, Pusa (Masyumi), dan sebagainya. Tetapi ternyata, bahwa semua usaha memfasiskan sistem pemerintahan menemui kegagalan. Mereka terbentur pada persatuan nasional rakyat Indonesia.
Oleh karena itu adalah juga menjadi kewajiban Kongres Nasional PKI untuk secara mendalam mendiskusikan masalah menjunjung tinggi panji-panji demokrasi dan masalah menghancurkan tiap-tiap usaha yang mau memfasiskan sistem pemerintahan. Kebebasan demokratis adalah penting untuk mengembangkan gerakan kemerdekaan nasional rakyat Indonesia dan untuk hidup langsungnya pemerintah Ali Sastroamidjojo yang programnya mengandung unsur-unsur demokratis.
Kongres ini kita namakan kongres untuk perdamaian, karena masalah yang paling vital bagi umat manusia sedunia sekarang, jadi juga bagi lelaki dan wanita Indonesia, ialah masalah membela perdamaian. Oleh karena itulah, tidak mungkin PKI tidak mempersoalkan masalah membela perdamaian di dalam Kongresnya. Apalagi jika kita mengingat, betapa besarnya bencana yang bisa menimpa Asia dan Pasifik, jadi juga menimpa Indonesia, berhubung dengan campur tangan Amerika di lapangan militer Jepang, Pakistan, Vietnam, dan lain-lain disamping soal Korea yang masih belum mendapat penyelesaian yang adil dan pasti.
Kemerdekaan nasional, demokrasi, dan perdamaian adalah tujuan tiap-tiap putera Indonesia, oleh karena itu soal-soal ini akan mendapat tempat yang istimewa di dalam Kongres Nasional ke V PKI.
Penyebaran cita-cita persatuan nasional adalah faktor yang menentukan
Saudara-saudara yang terhormat!
Saya kira juga pada tempatnya jika pada malam resepsi ini dan dalam menghadapi Kongres Nasional ke V PKI, saya menyatakan kesungguhan PKI dalam menggalang persatuan Nasional. PKI berkeyakinan, bahwa faktor yang menentukan bagi bangsa kita pada saat sekarang ialah faktor penyebaran cita-cita persatuan nasional di kalangan massa.
Banyak soal-soal penting lainnya, tetapi pada saat sekarang tidak ada faktor yang lebih menentukan bagi bangsa kita daripada faktor menyebarkan cita-cita persatuan nasional.
Sudah sejak puluhan tahun yang lalu pemimpin-pemimpin bangsa kita menyebarkan cita-cita persatuan nasional, tetapi penyebaran cita-cita ini sekarang tidak kalah pentingnya daripada puluhan tahun yang lalu. Oleh karena itulah PKI tidak akan henti-hentinya menyebarkan cita-cita persatuan rakyat dan persatuan bangsa di kalangan massa yang luas.
PKI bisa mengerti sepenuhnya, bahwa pada saat sekarang masih banyak lelaki dan wanita Indonesia yang belum dapat menerima beberapa bagian daripada program PKI, walaupun kaum Komunis memandang program PKI sekarang adalah program yang sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan tanah air kita sekarang ini. Tetapi walaupun demikian, banyak bukti-bukti yang menunjukkan, bahwa sebagian besar lelaki dan wanita Indonesia sekarang dapat menyetujui beberapa bagian dari program PKI, dan berdasarkan bagian-bagian dari program ini, yaitu bagian-bagian yang sesuai dengan program partai-partai dan golongan-golongan demokratis lainnya, dapat dibentuk front persatuan nasional yang kuat dan kuasa, yang akan menetapkan dan memperjuangkan terlaksananya tujuan-tujuan politik dan ekonomi sesuai dengan tuntutan-tuntutan pada saat sekarang.
Front persatuan nasional yang dimaksudkan oleh PKI ialah front yang mempersatukan lelaki dan wanita Indonesia dari semua keyakinan politik, semua kepercayaan agama, dan kedudukan sosial, dan sudah tentu atas dasar keinginan bersama untuk mengatasi krisis ekonomi yang terus-menerus mencengkeram Indonesia, untuk mencegah diseretnya Indonesia ke dalam pakt agresif oleh imperialisme Amerika, untuk mempertahankan Irian Barat sebagai wilayah Republik Indonesia, untuk melawan dipersenjatainya kembali Jepang, untuk menggulung komplotan kolonialis Belanda anti-republik, untuk menjunjung tinggi panji-panji demokrasi, dan untuk memperjuangkan kemerdekaan nasional yang penuh bagi Indonesia. Front persatuan berarti perjuangan dan organisasi daripada perjuangan untuk tujuan-tujuan yang konkret di bawah panji-panji yang sesuai dengan kepentingan rakyat pekerja dan kepentingan seluruh bangsa.
Rakyat Indonesia sudah merasakan dan mengalami sendiri betapa besarnya arti persatuan nasional. Dengan persatuan nasional rakyat Indonesia telah dapat memberikan kekuatan raksasa pada proklamasi kemerdekaan bulan Agustus 1945, dengan persatuan nasional rakyat Indonesia telah dapat memberikan perlawanan yang perwira terhadap agresi kolonial Belanda yang pertama dan kedua, dengan persatuan nasional rakyat Indonesia telah dapat menggagalkan Razzia Agustus Sukiman, dengan persatuan nasional rakyat Indonesia telah dapat menggagalkan ikatan MSA, dengan persatuan nasional rakyat Indonesia telah dapat menggagalkan percobaan kudeta 17 Oktober 1952, dengan persatuan nasional rakyat Indonesia telah dapat mendorong berdirinya pemerintah Ali Sastroamidjojo, dengan persatuan nasional rakyat telah dapat memberikan kekuatan kepada pemerintah Ali Sastroamidjojo terhadap serangan-serangan Masyumi-PSI yang mendapat inspirasi dan bantuan sepenuhnya dari imperialisme asing, dan dengan persatuan nasional juga rakyat Indonesia sedang berjuang untuk menghancurkan gerombolan-gerombolan bandit DI, TII, Pusa (Masyumi) terhadap Republik Indonesia.
Pengalamannya sendiri telah mengajar rakyat Indonesia, bahwa persatuan nasional mempunyai kekuatan yang luar biasa, dan oleh karena itu pulalah rakyat Indonesia menjadi yakin, bahwa perubahan yang komplit di lapangan politik pemerintahan yang sangat mereka inginkan, hanya bisa dengan jalan persatuan nasional dan dengan jalan perjuangan sebagai hasil daripada persatuan ini.
Dalam Laporan Umum yang akan disampaikan dalam Kongres Nasional ke V PKI antara lain dikatakan, bahwa:
“Front persatuan nasional adalah front yang paling demokratis dalam komposisinya maupun dalam cara bekerjanya. Front persatuan nasional mengikat bagian yang sangat terbesar daripada rakyat. Semua orang lelaki dan wanita Indonesia yang tidak menyukai penjajahan negeri asing atas Indonesia harus bersatu di dalam atau berdiri di belakang front ini. Hanya jika sudah dapat mempersatukan sebagian terbesar dari rakyat Indonesia, kita bisa berkata tentang front persatuan nasional yang benar-benar, yang luas dan yang kuat. Oleh karena itulah, kita tidak mungkin berbicara tentang front persatuan nasional yang benar-benar, yang luas dan kuat, sebelum kaum tani dapat ditarik ke dalam front ini, karena kaum tani di negeri ini merupakan lebih dari 70% daripada penduduk. Dengan tidak ikutnya kaum tani berarti tidak ikutnya bagian yang terbesar dari rakyat Indonesia, dan ini merupakan kelemahan yang sangat besar daripada front persatuan nasional kita”.
Jika kita mau mengetahui di mana letak kelemahan front persatuan nasional kita dari dulu sampai sekarang, ialah dalam hal belum dibangunkannya dan belum ditariknya kaum tani ke dalam front ini. Oleh karena itulah, disamping menggalang kerja sama dengan partai-partai dan organisasi-organisasi demokratis, disamping membikin blok-blok di dalam dan di luar parlemen, kewajiban yang pertama-tama dari PKI sekarang ialah menarik kaum tani ke dalam front nasional. Inilah jaminan untuk terciptanya front nasional yang luas, yang kuat, dan yang tak terkalahkan.
Demikianlah dengan singkat apa sebab-sebabnya PKI tidak henti-hentinya mempropagandakan cita-cita persatuan nasional. Dalam pekerjaannya ini PKI mendapat banyak rintangan-rintangan, fitnahan-fitnahan, dan tuduhan-tuduhan. Tetapi PKI yakin, bahwa hanya dengan persatuan nasional yang luas dan kuat rakyat Indonesia dapat membebaskan diri dan dapat membangun diri menjadi rakyat dan bangsa yang terhormat.
Ada orang yang berkata: “Anjuran persatuan nasional dari PKI adalah baik, tetapi PKI tidak konsekuen, karena PKI menyerang orang-orang seperti Sutan Syahrir, Natsir, Sukiman, dan sebagainya. Bukankah serangan PKI membikin orang-orang ini menentang persatuan nasional?”
Pertama-tama perlu dijelaskan, bahwa PKI tidak mempunyai kepentingan perseorangan dalam menyerang orang-orang ini. PKI tidak akan menentang orang-orang ini jika seandainya tuan-tuan Syahrir, Natsir, Sukiman, dan lain-lain tidak memegang rol penting dalam dunia politik di Indonesia. Yang dijadikan sasaran oleh PKI ini bukanlah Syahrir biasa, Natsir biasa, atau Sukiman biasa yang mungkin kalau dicari bisa diketemukan di kampung-kampung dan desa-desa di negeri kita. Tidak, mereka bukan orang-orang biasa! Mereka adalah wakil-wakil politik daripada musuh-musuh rakyat Indonesia, wakil-wakil politik daripada imperialisme Belanda, Amerika dan Inggris.
Apakah salahnya menyerang wakil-wakil politik daripada musuh-musuh rakyat Indonesia? Apakah dalam front persatuan nasional harus masuk juga musuh-musuh rakyat Indonesia? Lagi pula, kapankah orang-orang seperti Syahrir, Natsir, Sukiman dan lain-lain itu menginginkan persatuan nasional? Tidakkah kita ingat, bahwa dalam sejarah gerakan kemerdekaan bangsa kita orang-orang ini adalah pemecah persatuan nasional? Kita harus menempatkan orang-orang ini pada tempatnya, didasarkan atas perbuatan mereka sendiri, yaitu tempat di luar persatuan nasional rakyat kita.
Jadi, justru untuk persatuan nasional, kita harus kupas habis-habisan praktek memecah dan perbuatan-perbuatan yang tidak nasional dari siapapun. Jika tidak demikian, persatuan nasional akan menjadi slogan kosong belaka, karena kemasukan elemen-elemen pemecah dan kemasukan musuh-musuh rakyat. Persatuan nasional bukan persatuan antara domba dan serigala, tetapi persatuan daripada golongan-golongan dan orang-orang yang berkemauan baik terhadap rakyat dan tanah air.
Adalah kewajiban PKI dan kewajiban tiap-tiap demokrat untuk menggagalkan semua usaha daripada pemecah persatuan. Adalah kewajiban Komunis untuk mengkritik politik memecah daripada pemimpin-pemimpin Masyumi-PSI, dan bersama-sama dengan itu dengan simpatik dan dengan penuh rasa persaudaraan menarik petani Islam dan buruh atau pegawai sosialis ke dalam front persatuan.
Ada lagi orang yang berkata: “Anjuran persatuan nasional dari PKI adalah baik, tetapi persatuan tidak mungkin tercapai karena PKI agresif”.
Pertama-tama perlu diterangkan, bahwa PKI tidak pernah agresif, dalam arti menyerang lebih dulu atau menyerang orang yang sepantasnya tidak diserang. PKI mengupas perbuatan tuan Natsir, karena tuan Natsir berbuat lebih dulu menyerang kaum buruh dengan peraturan larangan mogoknya. PKI mengupas perbuatan tuan Tedjasukmana habis-habisan karena tuan Tedjasukmana berbuat lebih dulu menyerang kaum buruh dengan Undang-Undang Darurat No. 16. PKI mengupas perbuatan tuan Sukiman habis-habisan karena tuan Sukiman menyerang lebih dulu kaum demokrat dan patriot Indonesia dengan Razzia Agustusnya. PKI mengupas perbuatan tuan Safrudin Prawiranegara, karena tuan Safrudin menyerang rakyat lebih dulu dengan gunting uangnya. PKI mengupas habis-habisan perbuatan kaum soska, karena kaum soska dengan berbagai macam jalan menyerang kehidupan rakyat dilapangan ekonomi dan politik. PKI mengupas habis-habisan perbuatan tuan Mohamad Roem, karena tuan Roem dengan tidak kenal ampun menyerang kaum tani dengan traktor mautnya.
Tepatkah PKI dinamakan agresif, karena PKI mengupas perbuatan orang-orang yang menyerang rakyat dengan maksud agar rakyat membela diri terhadap serangan-serangan itu atau serangan-serangan lain yang serupa itu? Apakah berbicara tentang sesuatu yang benar berarti agresi?
Ada lagi orang berkata: “Anjuran persatuan nasional dari PKI adalah baik, tetapi sayangnya persatuan nasional hanya digunakan oleh PKI untuk kepentingan PKI sendiri”. Pertama-tama perlu diterangkan, bahwa PKI tidak pernah dan tidak akan pernah mempunyai kepentingan sendiri. Kepentingan PKI adalah kepentingan nasion dan kepentingan rakyat. PKI berkeyakinan, bahwa tiap-tiap pukulan terhadap PKI adalah juga pukulan terhadap nasion dan rakyat Indonesia. Sejarah sudah membuktikan, bahwa tidak ada pukulan terhadap PKI yang hanya ditanggung oleh PKI sendiri, dan demikian pula tidak akan ada kemenangan PKI yang hanya untuk PKI sendiri.
Pukulan kolonialisme Belanda terhadap PKI pada tahun 1926-1927 pada hakikatnya adalah pukulan terhadap seluruh gerakan kebangsaan kita ketika itu. Demikian juga pukulan terhadap kaum komunis dalam Peristiwa Madiun adalah pukulan terhadap seluruh gerakan kemerdekaan.
Peristiwa Madiun adalah kesempatan yang diciptakan oleh kaum imperialis dan oleh partai-partai tulang punggungnya, yaitu Masyumi dan PSI, untuk mengonsolidasi diri guna memudahkan kompromi Indonesia dengan Belanda dan guna melemahkan gerakan kemerdekaan rakyat. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa pemerintah Hatta membikin persetujuan KMB dengan Belanda dan bahwa pemerintah Natsir dan Sukiman mengadakan bermacam-macam peraturan untuk mengekang hak-hak demokrasi bagi rakyat. Peristiwa Madiun seujung rambut pun tidak menguntungkan kaum nasionalis dan kaum agama yang jujur.
Demikian pula halnya dengan Razzia Agustus Sukiman. Walaupun PKI yang menjadi sasaran pertama, tetapi pada hakikatnya Razzia Agustus adalah serangan umum terhadap seluruh gerakan demokratis. Juga demikian dengan percobaan kudeta (perebutan kekuasaan) bulan Oktober 1952. Jika percobaan ini berhasil, maka yang akan menjadi sasaran pertama ialah PKI, tetapi ini hanya permulaan untuk memasukkan pemimpin-pemimpin partai demokratis lainnya ke dalam penjara. Razzia Agustus Sukiman maupun peristiwa 17 Oktober di bawah arsitektur kaum soska, tidak hanya mengancam keselamatan kaum Komunis, tetapi juga mengancam seluruh gerakan demokratis di Indonesia, mengancam seluruh kehidupan politik nasional rakyat Indonesia.
Semua usaha Masyumi-PSI untuk memfasiskan sistem pemerintahan sampai sekarang dapat digagalkan berkat adanya persatuan nasional rakyat Indonesia. Persatuan inilah yang telah berkali-kali menyelamatkan Indonesia dari bahaya fasisme. Dengan demikian menjadi jelaslah, bahwa sama sekali tidak benar jika dikatakan, bahwa persatuan nasional hanya untuk kepentingan PKI sendiri. Malahan di sini dapat dikatakan, bahwa cita-cita persatuan nasional sudah ada bibit-bibitnya sejak sebelum PKI berdiri. Persatuan nasional dengan nama “Radicale Concentratie” sudah berdiri dalam bulan November 1918, jadi sebelum PKI didirikan.
Tentang kejujuran dan kesungguh-sungguhan PKI dalam melaksanakan front persatuan nasional dapat dilihat dalam politik PKI sehari-hari, terutama dalam politik PKI menggalang persatuan di kalangan kaum buruh, kaum tani, pemuda, pelajar, wanita, dan sebagainya dimana PKI tidak henti-hentinya menganjurkan persatuan tiap-tiap golongan ini dengan tidak memandang perbedaan keyakinan politik dan agama. Kejujuran PKI juga dapat dilihat dalam politik PKI menyokong pemerintah Ali Sastroamidjojo, selama pemerintah ini mau menjalankan program-program yang demokratis, walaupun di dalam pemerintah ini tidak duduk satu orang pun anggota PKI. Juga dalam pemilihan umum nanti, PKI akan dengan jujur menjalankan politik front persatuan. Dalam pemilihan umum nanti PKI tidak hanya menganjurkan kepada rakyat supaya besatu menuju ke kotak pemilihan untuk memilih PKI, tetapi juga supaya memilih partai-partai demokratis lainnya.
Demikian sedikit jawaban kepada orang-orang yang menyangka, bahwa PKI mau menggunakan front persatuan nasional untuk kepentingan PKI sendiri.
Di sini tidak perlu saya ulangi dengan panjang lebar tentang fitnahan-fitnahan yang keji, yang dulu sering dilemparkan kepada PKI, misalnya fitnahan, bahwa PKI mau merobohkan republik, bahwa PKI a-nasional, bahwa PKI tukang sabot dan tukang teror, bahwa PKI agen negeri asing, dan sebagainya. Apakah maksud fitnahan-fitnahan ini? Fitnahan-fitnahan ini dilontarkan dengan maksud untuk merintangi terwujudnya persatuan nasional di kalangan rakyat Indonesia, untuk merintangi kerja sama antara partai-partai dan organisasi-organisasi demokratis dengan PKI. Tetapi, dengan gembira dapat saya kemukakan di sini, bahwa semua fitnahan itu sekarang sudah tidak laku lagi. Politik PKI yang nasional dan demokratis sudah dengan sendirinya membantah semua fitnahan itu.
Malahan sekarang rakyat sudah bertanya, siapakah sebenarnya yang mau merobohkan republik, yang a-nasional, yang tukang sabot dan tukang teror, yang agen negeri asing, dan sebagainya? Rakyat bertanya sambil melirik kepada pemimpin-pemimpin Masyumi dan PSI, dan dalam hatinya berkata bahwa tuan-tuan itulah yang tepat dinamakan tukang robohkan republik, a-nasional, tukang sabot, tukang teror, agen negeri asing, dan sebagainya. Ya, sifat kritis daripada rakyat Indonesia sekarang sudah demikian rupa sehingga sulit mencari orang Indonesia yang berpikiran sehat yang mau dengan sukarela sekali lagi diperintah oleh Masyumi-PSI.
Demikianlah keyakinan PKI tentang front nasional, tentang perlunya dan tentang mungkinnya ia dibentuk oleh kita bersama.
Saudara-saudara yang terhormat!
Dengan tidak banyak ramai-ramai persatuan nasional sekarang tumbuh dengan suburnya. Persatuan nasional ini tumbuh di dalam perjuangan kaum buruh dan kaum tani membela hak-haknya dan di dalam perjuangan seluruh rakyat membela negerinya.
Dengan tidak pandang perbedaan keyakinan politik dan agama, kaum buruh Indonesia berjuang untuk perbaikan nasibnya di pabrik-pabrik, di tambang-tambang, di pelabuhan-pelabuhan, di kebun-kebun, di kantor-kantor, dan sebagainya.
Dengan tidak pandang perbedaan keyakinan politik dan agama, kaum tani Indonesia berjuang untuk melawan sisa-sisa pengisapan feodal, melawan tuan-tuan tanah, lintah darat, dan tuan-tuan kebon asing yang mau merampas tanah. Kaum tani kita berjuang di desa-desa di Jawa maupun di Sumatera, di Sulawesi maupun di Maluku, di Kalimantan maupun di Sunda Kecil.
Dengan tidak pandang perbedaan keyakinan politik, agama, dan kedudukan sosial, persatuan nasional kita tumbuh dalam perjuangan untuk menggagalkan serangan-serangan gerombolan bandit DI, TII, Pusa, dan sebagainya, tumbuh dalam perjuangan untuk menghapuskan Uni Indonesia-Belanda, untuk memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia, untuk menggulung komplotan kolonialis Belanda anti-Republik, untuk menggagalkan campur tangan negeri asing dalam soal-soal intern negeri kita.
Persatuan nasional kita tumbuh di dalam keadaan dimana perjuangan rakyat di seluruh dunia mendapat kemenangan di mana-mana. Perjuangan untuk kemerdekaan nasional mendapat kemenangan yang gemilang di Korea, di Vietnam, di Malaya, di Birma, di India, dan sebagainya. Gerakan demokratis tumbuh di semua negeri kapitalis, di negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan. Cita-cita perdamaian makin besar kekuasaannya di dunia. Konferensi Berlin yang belum lama ini dilangsungkan dan konferensi Jenewa yang akan datang adalah bukti yang senyata-nyatanya, bahwa kekuatan perdamaian sangat unggul, dan bahwa kekuatan perdamaian yang unggul dapat memaksa kaum imperialis datang ke meja perundingan.
Dalam keadaan seperti disebutkan di atas, dalam keadaan front persatuan nasional di negeri kita tumbuh dengan suburnya, tumbuh dari kesadaran rakyat kita sendiri dan mendapat dorongan yang kuat dari perkembangan gerakan kemerdekaan nasional dan demokrasi di seluruh dunia, PKI melangsungkan Kongres Nasionalnya yang ke V. PKI yakin, Kongresnya akan mendorong lebih maju perkembangan front persatuan nasional di negeri kita.
Front persatuan nasional di negeri kita mempunyai hari depan yang gemilang. Ini akan menjadi kenyataan, karena kita tidak akan henti-hentinya menyebarkan cita-cita persatuan nasional di kalangan rakyat kita.
PKI akan bekerja sebaik-baiknya untuk persatuan nasional rakyat Indonesia, sesuai dengan pertanggungan jawab sejarah yang diletakkan di atas pundaknya.
Hidup persatuan nasional rakyat Indonesia!
Hidup kerja sama partai-partai dan golongan-golongan demokratis!
Hidup Republik Indonesia!