Tentang Sentralisme Demokratik dan Rejim Partai

Leon Trotsky (1937)


Sumber: On Democratic Centralism and The Regime. Trotsky Internet Archive

Penerjemah: Ted Sprague (Juni 2014)


Dari sebuah buletin internal Amerika Serikat pada 8 Desember 1937, sebelum terbentuknya SWP (Socialist Workers Party – Partai Buruh Sosialis)

Kepada Dewan Editor Socialist Appeal (USA):

Beberapa bulan belakangan ini, saya menerima sejumlah surat dari beberapa kamerad muda yang tidak saya kenal mengenai rejim internal dari sebuah partai revolusioner. Beberapa surat tersebut mengeluh mengenai “kurangnya demokrasi” di organisasi saudara, dan sikap mendominasi dari “para pemimpin” dan keluhan-keluhan lainnya yang serupa.

Individu-individu kamerad tersebut meminta saya untuk menyediakan sebuah “formula sentralisme demokratik yang jelas dan tepat”, yang dapat mencegah penafsiran yang keliru. Tidaklah mudah untuk menjawab surat-surat ini. Tidak satu pun koresponden saya yang mencoba mendemonstrasikan dengan jelas dan konkret, disertai dengan contoh-contoh yang riil, dimana terjadinya pelanggaran demokrasi ini.

Di pihak yang lain, saya, sebagai pengamat dari luar, dapat menilai bahwa, berdasarkan koran-koran dan buletin-buletin organisasi saudara, diskusi di dalam organisasi saudara telah dilaksanakan dengan kebebasan penuh. Buletin-buletin ini kebanyakan diisi oleh representasi dari kelompok minoritas. Saya diberitahu bahwa demikian juga di dalam pertemuan-pertemuan diskusi. Keputusan-keputusan belumlah dilaksanakan. Sepertinya mereka akan dilaksanakan melalui konferensi dengan pemilihan yang bebas. Maka dari itu, di manakah pelanggaran demokrasi tersebut memanifestasikan dirinya? Ini sangat sulit dimengerti.

Terkadang, menilai dari nada surat-surat tersebut, terutama dari ketidakjelasan keluhan-keluhan tersebut, tampaknya sang pengeluh semata-mata tidak puas bahwa mereka adalah kelompok minoritas sekalipun adanya demokrasi. Dari pengalaman saya sendiri, saya tahu bahwa ini tidaklah menyenangkan. Tetapi, apakah ada pelanggaran demokrasi?

Saya juga tidak berpikir bahwa saya mampu memberikan sebuah formula tentang demokratik sentralisme yang dapat secara “mutlak” menghilangkan kesalahpahaman dan penafsiran yang keliru. Sebuah partai adalah sebuah organisme yang aktif. Dia berkembang di dalam pergelutannya dengan rintangan-rintangan dari luar dan kontradiksi-kontradiksi dari dalam.

Pembusukan International Kedua dan International Ketiga, di bawah kondisi-kondisi epos imperialisme yang sangatlah sukar, menciptakan kesulitan-kesulitan yang tidak pernah terlihat di dalam sejarah bagi International Keempat. Kita tidak akan bisa mengatasinya dengan semacam formula ajaib. Rejim sebuah partai bukanlah sesuatu yang jatuh dari langit dan siap-saji, tetapi terbentuk setahap demi setahap di dalam perjuangan. Garis politik mendominasi rejim partai. Pertama-tama, kita perlu mendefinisikan masalah-masalah strategi dan metode-metode taktik secara tepat supaya bisa dipecahkan. Bentuk organisasi haruslah sesuai dengan strategi dan taktik.

Hanya kebijaksanaan yang tepat dapat memastikan rejim partai yang sehat. Ini bukan berarti bahwa perkembangan partai tidak akan menghasilkan problem-problem organisasi. Tetapi, ini berarti bahwa formula sentralisme demokratik niscaya mengekspresikan dirinya secara berbeda di dalam partai-partai dari negeri-negeri yang berbeda dan di dalam tahap-tahap perkembangan yang berbeda dari sebuah partai yang sama.

Demokrasi dan sentralisme sama sekali tidak menemukan diri mereka sendiri di dalam sebuah rasio yang konstan. Semua tergantung pada situasi-situasi yang konkret, pada situasi politik yang ada di dalam negeri, pada kekuatan partai dan pengalamannya, pada kualitas anggota-anggotanya, pada otoritas yang sudah berhasil dimenangkan oleh kepemimpinan. Sebelum konferensi, bilamana masalahnya adalah perumusan garis politik untuk periode ke depan, demokrasi berjaya daripada sentralisme.

Bilamana masalahnya adalah aksi politik, sentralisme menundukkan demokrasi di bawahnya. Demokrasi kembali menegaskan haknya bilamana partai merasakan perlu untuk memeriksa secara kritis aksi-aksinya sendiri. Keseimbangan antara demokrasi dan sentralisme mendasarkan dirinya di dalam perjuangan yang aktual, ada saatnya dia dilanggar dan kemudian kembali ditegakkan. Kedewasaan dari setiap anggota partai mengekspresikan dirinya terutama melalui kenyataan bahwa dia tidak menuntut dari rezim partai lebih dari apa yang bisa berikan olehnya. Seseorang yang menentukan sikapnya terhadap partai berdasarkan perasaan pribadinya yang tersinggung adalah seorang revolusioner yang payah.

Tentu saja kita harus memerangi setiap kesalahan yang dilakukan oleh kepemimpinan, setiap ketidakadilan, dan hal-hal yang serupa. Tetapi kita harus menilai “ketidakadilan-ketidakadilan” dan “kesalahan-kesalahan” tersebut bukan secara terpisah tetapi berhubungan dengan perkembangan partai secara menyeluruh dalam skala nasional dan internasional.

Sebuah pertimbangan yang tepat dan kemampuan melihat segala sesuatu secara proporsional di dalam politik adalah hal yang sangatlah penting. Seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk menciptakan gunung dari timbunan tanah atau membesar-besarkan hal yang kecil dapat merugikan dirinya sendiri dan partai. Nasib malang dari orang-orang seperti Oehler, Field, Weisbord, dan yang lainnya datang dari ketidakmampuan mereka untuk melihat segala sesuatu secara proporsional.

Pada saat ini, tidaklah sedikit kaum revolusioner setengah-hati, yang letih dari kekalahan-kekalahan, takut akan kesulitan, orang-orang muda yang sudah menua yang mempunyai lebih banyak keraguan dan kepongahan daripada kemauan untuk berjuang. Alih-alih secara serius menganalisa isu-isu pokok politik, individu-individu tersebut mencari formula-formula ajaib untuk semua problem, dalam setiap kesempatan mengeluh tentang rejim partai, menuntut mukjizat dari kepemimpinan, atau mencoba menutupi sikap skeptis mereka dengan celoteh ultra-kiri yang kekanakan-kanakan.

Kaum revolusioner tidak akan dapat dibentuk dari elemen-elemen seperti ini, kecuali kalau mereka mengambil tanggung jawab untuk dirinya sendiri untuk berubah. Di pihak yang lain, saya yakin bahwa generasi muda kaum buruh akan mampu mengevaluasi baik buruknya strategi dan program dari International Keempat dan akan bergabung di bawah panjinya dalam jumlah yang semakin besar.

Setiap revolusioner sejati, yang melihat rejim partainya melakukan sejumlah  kesalahan, harus pertama-tama mengatakan pada dirinya sendiri “Kita harus membawa masuk ke dalam partai selusin buruh yang baru”. Para buruh muda tersebut akan membuat orang-orang yang skeptis, yang suka mengeluh, dan pesimis untuk bersikap selayaknya. Hanya melalui jalan tersebutlah maka sebuah rezim partai yang sehat bisa dibangun di seksi-seksi International Keempat.