Sumber: Alliance Between The Workers and Exploited Peasants, Collected Works, Volume 26, p. 333-35
Penerjemah: Anonim
Ditulis 18 November (1 Desember) 1917. Publikasi Pertama: Pravda No 194, 19 November 1917
Hari ini, Sabtu 18 November, dalam kesempatan pidato yang aku sampaikan pada Konggres Petani secara terbuka aku mengajukan pertanyaan yang segera pula kujawab. Hal yang mendasar adalah bahwa pertanyaan tadi dan jawaban yang kusampaikan mungkin secara tak langsung akan dipahami oleh seluruh khalayak pembaca meski jawaban itu nampak semata mata menurut pendapat aku sendiri tetapi pada dasarnya merupakan pendapat Partai Bolshevik seluruhnya.
Masalah itu adalah sebagai berikut:
Berkaitan dengan soal aliansi antara kelas buruh Bolshevik dengan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri, yang kebanyakan kaum tani yang pada saat ini terpercaya, aku berpendapat dalam pidatoku bahwa aliansi ini dapat menjadi suatu "koalisi sejati", sebuah aliansi yang paling murni, karena di situ tidak ada perbedaan kepentingan radikal antara buruh upahan dengan pekerja dan tani terhisap. Sosialisme sepenuhnya mampu mempertemukan kedua kepentingan tersebut. Hanyalah sosialisme yang mampu mempertemukan kepentingan mereka. Karenanya, betapa sangat mungkin dan pasti untuk sebuah "koalisi sejati" antara kelas proletar dengan kaum pekerja dan petani terhisap. Sebaliknya, suatu "koalisi" (aliansi) antara kelas buruh dan kelas-kelas terhisap di satu pihak, dengan kelas borjuis di lain pihak, mustahil dapat tercapai "koalisi sejati" karena kepentingan di antara kelas-kelas tersebut berbeda tajam.
Coba bayangkan, kataku, bilamana dalam pemerintahan terdapat segolongan mayoritas Bolshewik dan segolongan minoritas Sosialis-Revolusioner Kiri, atau bahkan saja mari coba kita asumsikan, hanya ada segolongan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri Komisaris Pertanian. Dapatkah kaum Bolshewik melangsungkan koalisi sejati di bawah syarat-syarat demikian ?
Mereka mungkin; karena dalam perjuangan mereka tidak mungkin didamaikan dalam melawan elemen-elemen kontra revolusioner (termasuk kaum Sosialis-Revolusioner Kanan dan para pembelanya), kaum Bolshewik akan menyokong untuk abstain dari voting tentang soal-soal yang bersangkutan dengan persoalan-persoalan kaum Sosialis-Revolusioner dalam program pertanahan yang diajukan melalui Konggres Kedua Soviet-Soviet Seluruh Rusia. Sebagai contohnya, persoalan tentang kepemilikan tanah merata dan redistribusi tanah di kalangan petani kecil.
Dengan melakukan abstain dari voting atas persoalan demikian kaum Bolshewik sedikitpun tidak akan mengubah program mereka.
Karena dengan kemenangan sosialisme (kontrol buruh terhadap pabrik-pabrik, yang kemudian diikuti dengan pengambilalihan ke tangan mereka, nasionalisasi bank-bank, dan pembentukan sebuah Dewan Ekonomi Pusat guna mengatur seluruh kehidupan ekonomi negeri) menyatakan bahwa kaum buruh menjadi diwajibkan untuk sepakat akan keadaan-keadaan transisional yang diajukan oleh kelas pekerja kecil dan tani yang terhisap, memberi bukti keadaan-keadaan demikian tidak merusak bagi alasan-alasan sosialisme. Tatkala masih seorang Marxis (1899-1909) Kautsky bahkan acapkali mengakui aku katakan bahwa keadaan-keadaan peralihan menuju sosialisme tidak bisa identik di negeri-negeri dengan wilayah pertanian luas dengan negeri berwilayah kecil.
Kita kaum Bolshewik seharusnya abstain dari voting ketika persoalan seperti ini diputuskan dalam Dewan Komisaris Rakyat atau di dalam Komite Eksekutif Sentral, karena jika kaum Sosialis-Revolusioner Kiri (termasuk juga kaum tani yang mendukung mereka) setuju akan kontrol kaum buruh, akan nasionalisasi bank-bank, dst-dst, kepemilikan tanah merata hanyalah satu keadaan peralihan menuju sosialisme sepenuhnya. Bagi proletariat untuk menentukan keadaan-keadaan peralihan seperti itu adalah absurd; adalah wajib memberikan demi kepentingan kemenangan sosialisme kepada kaum pekerja kecil dan petani terhisap dalam menentukan keadaan-keadaan peralihan tersebut karena mereka tidak mungkin mengganggu tujuan sosialisme.
Lebih lanjut lagi, seorang Sosialis-Revolusioner Kiri (jika aku tak salah, adalah kawan Feofilaktov) menanyakan kepadaku sebagai berikut:
"Bagaimana tindakan Bolshewik apabila dalam Majelis Pemilihan petani menetapkan undang-undang tentang kepemilikan tanah merata, sementara kaum borjuis menentang petani, dan keputusan diserahkan kepada kaum Bolshewik?"
Jawabanku: di bawah keadaan-keadaan demikian, ketika tujuan sosialisme dapat dijamin melalui pengenalan kontrol kaum buruh, nasionalisasi bank-bank, dll, aliansi antara kelas buruh dengan kelas pekerja dan petani terhisap membuat keharusan bagi partai proletar untuk mendukung kaum tani dan menentang kaum borjuis. Menurut pendapatku, kaum Bolshewik berhak menyampaikan suara saat deklarasi penolakan, dengan mengumumkan ketidaksepakatan mereka, dan seterusnya, namum di tengah situasi seperti ini untuk abstain dari voting bisa mengkhianati sekutunya di dalam perjuangan bagi sosialisme hanya karena satu perbedaan dengan mereka soal tertentu. Dalam situasi demikian, kaum Bolshewik tidak akan mengkhianati kaum tani. Kepemilikan tanah merata dan keadaan-keadaan yang serupa tidak bisa dinilai sosialisme apabila kekuasaan yang di tangan Pemerintahan Buruh dan Tani, apabila kontrol kelas buruh diperkenalkan, bank-bank dinasionalisasikan, didirikannya sebuah badan ekonomi pusat buruh dan tani untuk mengarahkan (mengatur) seluruh kehidupan ekonomi negeri, dan begitulah seterusnya.
Demikianlah jawabanku.
N. LENIN